BAB 3 - Reason

16 5 4
                                    

            Acara pernikahan sepupunya itu telah selesai satu jam yang lalu. Kini Kayra tengah duduk di balkon kamar Hotel, menatap lautan yang luas dengan bayangan rembulan, ditemani lagu favoritnya. Lagu yang dinyanyikan oleh laki-laki yang membuatnya jatuh cinta hingga saat ini.

Saat tengah asik mendengarkan lagu, Faya datang dengan dua gelas jus jeruk. Ia duduk disebelah Kayra, lalu menyimpan dua gelas itu diantara meja yang memisahkan kursi mereka.

Hening.

Tak ada percakapan pembuka diantara mereka atau pertanyaan basa-basi. Masing-masing tengah dengan pemikirannya. Entah karena lelah akan acara tadi sore, atau memang mereka malas hanya untuk berbicara.

Deburan ombak yang menghantam karang menjadi pengiring lamunan mereka. Sebenarnya Faya ingin bertanya sesuatu pada temannya itu, meski sebenarnya dia tau jawaban apa yang akan diberikan oleh Kayra.

"Kay?" Faya memanggil Kayra tanpa menatapnya.

Kayra yang merasa terpanggil hanya bergumam untuk menunjukkan bahwa dia mendengar panggilan Faya tanpa sedikit pun menoleh.

"Lo...... Yakin?" Tanya Faya dengan sedikit ragu.

"Yakin untuk?"

"Tentang kepindahan lo ke Korea?"

"Udah berapa kali lo nanya ini." Kayra menghembuskan nafas lelah. Matanya mengarah menatap Faya kali, sedangkan perempuan yang kini tengah memegang gelas masih menatap lautan.

"Gue yakin, Fay. Seratus persen yakin!" Kayra melanjutkan perkataannya.

Faya menyimpan gelasnya dan bersitatap dengan Kayra.

"Untuk apa lo kesana?"

"Kerja, Fay! Emang lo mikirnya gue mau ngapain kesana?" Kayra bingung dengan pertanyaan Faya. Memangnya ada alasan lain kenapa dia harus pergi ke Korea.

"Bukan karena laki-laki itu?" Kayra terdiam dengan pertanyaan yang diajukan Faya. Sedangkan Faya memutuskan kontak mata mereka, ia kembali melihat ombak yang menghantam karang.

Kayra masih dengan pikirannya. Dia baru menyadari sebenarnya apa alasan dia selain bekerja. Jika karena hanya untuk bekerja mencari pengalaman di Luar Negeri, mengapa harus Korea? Kenapa dia tak menetap saja di Paris?

"Gue...." Kayra bingung harus berkata apa pada Faya. Kata-kata seperti apa yang harus dia lontarkan pada temannya itu. Karena nyatanya, didalam lubuk hati paling dalam, tersembunyi nama seseorang yang menjadi satu-satunya alasan kenapa dia memilih Korea dibanding harus kembali menetap di Paris.

"Gue harap kepergian lo ke Korea bukan karena laki-laki itu!"

"Kenapa nggak boleh karena laki-laki itu?"

"Dia ilusi dalam hidup lo, dia hanya angan, dia enggak pernah nyata! Mau sampai kapan lo menyakiti diri lo?" Faya mengalihkan pandangannya ke arah Kayra, mata mereka saling bertemu.

Faya hanya tak ingin melihat Kayra terluka seperti beberapa tahun yang lalu. Dimana ketika laki-laki itu dikabarkan datting dengan seorang perempuan.

Faya bangkit dari duduknya meninggalkan Kayra seorang diri. Membiarkan temannya itu merenung akan perkataan dirinya. Sedangkan Kayra terdiam mendengar perkataan Faya.

Malam itu mereka akhiri dengan perkataan Faya yang terngiang dipikiran Kayra.

*******

         Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi Kayra masih mencintai kasur Hotel. Dia dari semalam memang sudah berniat melewatkan sarapan, badannya terlalu lelah hanya untuk sarapan.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang