Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa vote dan komen yaa
Happy reading 💜
---
Hari menjelang gelap. Langit tampak sangat indah saat warna jingga terpampang nyata kian menyatu dengat warna hitam. Perpaduan warna jingga dan hitam itu membuatku sangat terpukau sampai aku tak bisa berkata-kata akan indahnya ciptaan Tuhan. Aroma senja yang sejuk ini adalah hal kecil yang aku suka bahkan aku sering menikmati senja ini sendirian seperti sekarang ini aku duduk seorang diri di tepi Sungai Han. Entah mengapa aku menyukai menghabiskan sisa waktu sore ku untuk melihat matahari yang terbenam, seakan masalahku ikut terbenam bersamanya.
Saat matahari akan terbenam dengan sempurna, aku ikut memejamkam mataku membenamkan dalam-dalam masalahku hari ini.
'Tuhan, entah apa rencana yang kau siapkan untukku. Aku harap rencana itu akan baik. Aku sudah melakukan banyak kesalahan setiap harinya. Aku tidak mau kau menghukumku begitu sakit. Karena hatiku sudah cukup sakit saat mengingat kesalahanku. Aku harap aku bisa menebus kesalahanku di lain waktu. Terimakasih untuk masih mengijinkanku bernafas sampai detik ini.'
Aku membuka mataku. Angin malam berlarian melintas didepanku. Aku rasakan hawa dingin mulai menusuk tulang-tulangku. Terlebih aku tak memakai mantel yang tebal. Tapi aku tak peduli akan kesehatan tubuhku. Yang ku pedulikan hanyalah kesehatan jiwaku.
Jiwaku hancur. Entah apa yang membuatku hancur. Aku seperti menjadi manusia yang tak berguna. Aku merasa hatiku pilu. Hatiku seperti hancur berkeping-keping. Tidak, bukan karena saat aku menghindar dari Jimin saat ku bertemu denganya di tempat ia bekerja, itu sudah 3 hari yang lalu mana mungkin. Dan bukan karena aku diputuskan oleh kekasihku. Kekasih saja aku tak punya bagaimana caranya aku putus? Tapi, pada saat aku mengabarkan diriku yang akan pulang karena menyesal telah menjadi anak yang durhaka.
Kalian tau?
Aku pergi ke Seoul karena kenekatanku dan juga ke egoisanku. Aku sungguh tak peduli apa yang orangtua ku katakan, saat mereka tau aku pergi seorang diri ke negara yang sangat terkenal akan pasar industri musiknya ini. Negara yang menjadi idaman para pecinta drama korea dan juga musik k-popnya. Yang ku pedulikan hanyalah bagaimana caranya aku bertemu mereka. Tepatnya salah satu dari mereka yaitu Jimin, sebelum Jimin pergi meninggalkan dunia musiknya selama kurang lebih 2 tahun untuk menjalankan kewajibannya untuk mengabdi pada negaranya.
Siang tadi aku menghubungi orangtuaku. Seakan aku siap menerima semua caci makian dari mulutnya. Aku mencoba dengan tenang menghubungi orangtuaku, walaupun sejujurnya aku sangat ragu dan takut akan makian mereka. Membayangkannya saja aku sudah menutup telingaku rapat-rapat seolah aku tak mau mendengarkannya. Tapi aku memberanikan diri karena mereka pasti mengkhawatirkan keadaanku disini.
Namun, ternyata lebih dari yang aku bayangkan. Saat aku menelponnya yang ku dapatkan malah kabar yang amat menyayat hatiku. Hatiku seperti tersayat habis oleh silet dan seperti tertancap beribu busur panah di jantungku membuatku hampir tak merasakan jika jantungku masih pada tempatnya bersarang.
Kabar itu membuat duniaku runtuh. Jika aku tidak nekat ke negara ini mungkin ibuku masih hidup. Ya, ibuku meninggal dunia setelah sehari kepergianku yang mendadak. Aku lupa jika ibuku mempunyai penyakit jantung. Dan aku membuatnya pergi untuk selama-lamanya. Dan juga ayahku membuatku untuk pergi juga selama-lamanya. Ayahku membenciku, sangat membenciku karena membuat ibuku pergi meninggalkannya. Aku ingin sekali melihatnya terakhir kali sebelum ibuku pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tapi ayahku melarang. Berkali-kali aku memohon maaf dan berkali-kali juga ayahku memohon agar aku jangan pernah kembali, kecuali mampu membuat ibuku kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionJanji adalah sebuah kesepakatan dari dua orang insan yang harus ditepati suatu hari nanti. Tapi, jika saat hari itu tiba dan salah satu dari orang itu meninggalkan janjinya, apa masih bisa disebut dengan Janji? Cerita ini terinspirasi dari lagu BTS...