Terungkap?

3.7K 574 100
                                    

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aku penasaran, omong-omong. Apa milikmu masih sempit? Masih tersegel untukku 'kan?
Jika iya, aku ingin merasai lubangmu yang hangat itu melingkupi milikku untuk pertama kalinya.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━























"Kali ini apa isinya?"

Dengan gerakan gesit—mengalahkan kecepatan cahaya—Jiyeon menyembunyikan post-it tersebut sebelum Jungkook dapat membacanya. Cukup membuat pemuda itu mengangkat sebelah alis keheranan.

"Kenapa kau ketakutan begitu?" tanyanya kemudian.

"Kau tidak boleh melihatnya." Jiyeon mendelik tidak terima. "Ini adalah privasiku. Jangan ikut campur, ya."

Decakan malas menguar dari belah bibir Jungkook sebelum pemuda itu menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi sembari memejamkan mata—kebiasannya di pagi hari.

"Tch! Siapa yang ikut campur. Aku hanya bertanya saja."

Nada suara Jungkook yang terdengar sarkasme membuat Jiyeon merasa bersalah. Mengigit kecil bibir bawahnya sejenak, lekas menyahut penuh sesal.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk—"

"Hei. Hei!" Jungkook berdecak tak suka. Menegakkan punggung dengan tatapan datarnya. "Kenapa meminta maaf? Aku tidak menyalahkan mu."

"T-tapi, tadi—"

"Tch!" Lagi-lagi Jungkook menyela. Kembali memejamkan mata sembari menambahkan, "Lupakan saja apa yang kukatakan sebelumnya. Dan diamlah. Aku ingin istirahat."

Sepasang manik Jiyeon mengamati setiap pergerakan Jungkook manakala pemuda itu kembali memejamkan mata untuk beristirahat. Datang pagi-pagi ke sekolah hanya untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda. Jiyeon geleng-geleng kepala melihatnya.

"Jungkook?"

"Apa?"

Menelan ludah getir sejenak, Jiyeon bertanya skeptis. "Menurutmu, siapa yang mengirim post-it ini padaku?"

"Kau pikir aku Tuhan?"

"Tch! Aku 'kan hanya bertanya. Kenapa nada bicaramu seperti itu." Jiyeon mengerucutkan bibirnya lucu.

Kali ini Jungkook membuka matanya, memperlihatkan sepasang iris kelabu yang sering menatap dengan dingin.

"Boleh aku bertanya?" Alih-alih menjawab, Jungkook justru melemparkan pertanyaan

Bola mata Jiyeon terfokus pada satu titik. Lekas mengangguk menyetujui. "Mau tanya apa?"

Jungkook melipat bibirnya, memperbaiki duduk yang tidak nyaman dan lekas menatap lamat wajah Jiyeon hingga gadis itu merasa sedikit risih.

"K-kau mau bertanya apa?"

"Boleh aku tahu, apa isi post-it nya?"

Tak langsung menjawab, Jiyeon mengalihkan pandangannya dengan menunduk bersamaan tubuhnya yang menegang seketika.

"Jiyeon?" panggil Jungkook sekali lagi.

"H-hanya kalimat pujian saja, kok," jawab Jiyeon singkat.

"Mm, lalu kenapa kau murung seperti itu?

Jiyeon kembali menoleh, "Benarkah?"

Jungkook mengangguk-angguk. "Akhir-akhir ini aku agak curiga dengan Taehyung," lanjutnya kemudian.

Sontak Jiyeon terhenyak dan menatap Jungkook menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Maksudmu?" tanya Jiyeon. Lekas menambahi sembari memperlihatkan post-it dalam pegangan yang sebelumnya tersembunyi. "Maksudmu, Taehyung pelakunya?"

Maka, anggukan pasti dari Jungkook adalah jawabannya.

"Iya."

Jiyeon terkejut dengan bola mata yang melebar. Mulutnya menganga. Gadis itu melirik keadaan sekitar sebelum mengikis jarak untuk menginterogasi Jungkook lebih lanjut.

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?"

Berdehem pelan sejenak, Jungkook lantas menjawab santai. Namun, ekspresi wajah Jiyeon berubah penuh teror.

"Beberapa hari ini aku sering melihatnya datang pagi-pagi dan berdiri lebih lama di bangku tempatmu duduk. Lalu saat istirahat, aku juga tidak sengaja melihatnya menulis sesuatu—

—di sini."[]

POST-IT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang