"Kau melihat siapa, Ji?"
Suara lembut Jieun menginterupsi tatapan Jiyeon, lantas segera mengalihkan pandangan.
"Ah, bukan apa-apa."
"Mm .. " Jieun mengikuti arah pandangan Jiyeon sebelumnya, mengerti akan sesuatu gadis itu tersenyum menggoda. "Kau menyukai Taehyung, ya?"
"Ha?!" Jiyeon mengerjap kaget. Segera dengan cepat menggeleng. "Tidak, aku tidak menyukainya. Siapa bilang?!" protesnya.
"Ey! Baru saja kau menatapnya intens," sahut Jieun sembari berbisik yang kembali membuat amarah Jiyeon meledak-ledak. Namun sebelum Jiyeon membuka suara untuk merespon, Jieun lekas melanjutkan, "Tidak apa. Tidak apa, kok. Tatap lah Taehyung sepuasnya sebelum liburan musim dingin tiba," ujarnya sambil tertawa pelan.
"Sialan kau Jieun!"
Tawa Jieun begitu menjengkelkan mengisi rungu Jiyeon. Menarik nafas dalam-dalam untuk mengusir beban pikiran yang bersarang dalam kepala, sebelum Jieun mengajukan pertanyaan yang ingin ia hindari.
"Ji, kau masih menerima post-it menjijikkan itu?"
Ya Tuhan. Kepala Jiyeon kembali berdenyut nyeri.
"Ya," jawaban yang singkat. Segera menambah, "Tapi beberapa hari ini tidak lagi." Nadanya terdengar penuh kelegaan.
"Lalu? Kau sudah tahu siapa pengirimnya?"
Jiyeon menggigit bibir. Mendadak kerongkongannya tercekat tanpa sebab.
"Tidak."
Sontak Jieun berdecak gemas, "Kenapa tidak kau laporkan saja pada pihak sekolah?!"
"Tidak. Tidak perlu." Jiyeon mengibas-ngibaskan tangannya. "Sekolah tidak perlu ikut campur masalah ini."
Jawaban Jiyeon sukses membuat Jieun melongo luar biasa. Berpikir bahwa masih banyak lagi orang bodoh di luar sana dengan pendidikan yang minim, nyatanya Jiyeon yang berpendidikan tinggi sekalipun juga bodoh.
"Terserah kau saja."
•••
Liburan musim dingin tiba. Jiyeon tak sabar ingin pulang ke kampung halaman Ibunya di Daegu untuk menikmati liburan musim dingin yang panjang.
Melangkahkan tungkai pelan menapaki jalan menuju halte bis dengan kesendirian, Jiyeon sesekali bersenandung kecil di sela langkahnya. Jieun mendadak izin sebentar untuk pergi berkencan dengan sang kekasih. Sebenarnya Jiyeon merasa berat untuk pulang tanpa Jieun, akan tetapi dengan senyuman tipis Jiyeon membiarkan sahabatnya dan memilih pulang sendirian.
Agak takut manakala beberapa hari ini Jiyeon tak mendapati kiriman post-it. Khawatir menyerang seketika dan sempat berasumsi bahwa rencana lain akan dilancarkan kepadanya.
Namun, nihil.
Jiyeon merasa aman. Tidak ada masalah apapun.
Apakah ini adalah akhir sebenarnya?
Langkah Jiyeon terhenti saat sampai di bangku halte. Tak ada siapapun di sana kecuali ia sendiri. Lekas Jiyeon mengambil ponsel dan earphone untuk mendengarkan musik guna mengusir pikiran negatif.
Selang beberapa menit, Jiyeon merasa terhibur dengan dunianya sendiri. Namun, menit berikutnya satu pesan masuk dari nomor tak di kenal membuat Jiyeon mengernyitkan keningnya bingung.
Jemarinya dengan pelan membuka untuk melihat isi pesan tersebut.
Unknown :
Akhirnya keberanian ku sudah terkumpul. Aku akan segera datang padamu.Jantung Jiyeon berdetak tak kendali. Gadis itu menegang dengan tangan yang bergetar ketakutan. Lantas jemarinya dengan lincah membalas pesan tersebut.
Kau siapa?
Unknown :
Post-it, ingat?Berhenti memberikanku post-it menjijikkan itu.
Unknown :
Why? I think you like that.Nope. Thank you.
Tak ada balasan lagi. Jiyeon menarik nafas dalam-dalam manakala menyadari bahwa sebelumnya ia menahan pasokan udara untuk paru-parunya.
Tapi—
—ponselnya kembali berdering.
Unknown :
Aku sudah di dekatmu sekarang.Lekas Jiyeon mengedarkan pandangan. Tak menemukan eksistensi lainnya yang asing kecuali dirinya sendiri. Pun jalanan yang lengang menambah suasana makin horror.
Berhenti mempermainkan ku, dan katakan siapa dirimu?!
Unknown :
Aku tidak mempermainkan mu, Baby. Kau salah lihat, aku tepat di belakangmu.Jiyeon mengumpat dalam hati manakala menyadari bahwa bus yang akan ia tumpangi tak kunjung datang.
Nafas Jiyeon memburu tidak terkendali. Rasanya oksigen yang di butuhkan tak mencukupi lantaran dunia begitu amat luas menyediakan nya.
Unknown :
Menolehlah kebelakang, dan akan kutunjukkan siapa diriku sebenarnya.Jiyeon menurut. Dengan gerakan slow motion menolehkan kepala ke belakang.
Nihil.
Kosong.
Tidak ada siapapun.
Sontak Jiyeon mendengus sinis dengan senyuman miring nan tipis. Menyadari bahwa ia baru saja di permainkan dengan sosok tak kasat mata dan pengagum rahasianya.
Kembali menoleh ke depan sebelum—
"Hai, Baby."
Saat itu, Jiyeon benar-benar kehilangan dunianya.[]
END
KAMU SEDANG MEMBACA
POST-IT ✓
FanfictionPost-it misteri. Hidup Park Jiyeon yang semula penuh warna berubah suram seketika saat dirinya mulai mendapatkan kiriman post-it tak terduga. Based on a true story. © 2019 proudofjjkabs