"Udah sore Rama, lebih baik kamu pulang sebelum Ayahnya Dara pulang. Naura nginep disini kan?" Ucap Bunda saat jam sudah menunjukan pukul 5 lebih.
"Emang Ayah pulang jam berapa bun?" Tanya Dara.
"Ya paling kaya biasa, maghriban disana dulu" Ucap Bunda.
"Yaudah, Rama pamit ya bun, ra" Ucap Rama menyalimi Bunda lalu sedikit isyarat kepada Dara.
"Cepet sembuh" Ucap Rama lalu berdiri.
Rama pun menuju pintu keluar setelah berpamitan juga dengan Naura.
"Ngapain kamu disini?!" Tiba-tiba suara keras berasal dari pintu kamar Dara membuat semuanya terperanjat kaget.
Rama melirik Dara sekilas lalu mendekati Jordan.
"Maaf yah--"
"Ga ada yang mengizinkanmu tetap memanggil saya Ayah" Ucap Jordan. memelan tapi sangat dingin.
Rama menghembuskan napas pelan.
"Iya om, maaf, Rama cuma mau jenguk Dara dan bawain makanan kesukaannya" Ucap Rama.
"Saya masih mampu membelikan sebungkus martabak itu. Terserah apa alasan mu itu. Keluar" Ucap Jordan tegas. Rama pun hanya mengangguk mengerti lalu pergi setelah mengucapkan salam.
Setelah itu, Jordan lalu menghampiri, dan membawa sebungkus martabak yang belum dimakannya itu. Iya, Jorsan membuangnya.
Dara menyaksikan itu, di depan matanya sendiri, dan Dara pun menutup dirinya dengan selimut. Lalu menangis. Laras dan Naura pun langsung berusaha menenangkan.
"Aku bakal jelasin sama dia, aku bersih bersih dulu. Tenangin dulu dia" Ucap Jordan pelan kepada Bunda.
Setelah keluarnya Jordan, Dara membuka selimutnya. Lalu berusaha memberhentikan tangisnya.
"Bun, kenapa ayah sebenci itu sama Rama? Dara aja yang disakitin ga sebenci itu, kenapa Ayah bisa sebenci itu?" Tanya Dara berusaha menahan tangisnya.
"Ayah sayang sama kamu melebihi kamu menyayangi diri kamu sendiri ra, itu alesannya. Kamu bakal ngerti" Ucap Laras lembut.
"Tapi, Apa perlu ayah bentak bentak Rama, bahkan depan Dara?" Ucap Dara yang tak bisa menahan tangisnya.
"Ayah cuma refleks, percaya sama bunda. Naura, tolong tenangin Dara dulu ya? Biar Laras selesein dulu sama ayah" Ucap Bunda dijawab anggukan oleh Naura.
"Udah ra, Ayah lo pasti punya alesan. Lo pun tau seberapa sakit hatinya lo waktu itu, dan yg perlu lo tau, ayah lo ngerasain sakit yang lebih ra, karena ayah lo sayang nya lebih lebih sama lo." Ucap Naura.
"Ayah sayang sama gue, tapi ayah bentak Rama kaya tadi depan gue, sama aja ayah nyakitin gue Nau" Ucap Dara dengan tangis nya yang tak henti.
Naura diam sesaat.
"Lo baca" Ucap Naura memperlihatkan ponselnya
Ramaza : Gue chat ke no Dara ga di read, tolong bilangin ke Dara, 'Gausah nangis nangis cuma gara-gara yg tadi, ayah kamu cuma kelepasan marah didepan kamu, dia pasti ga bermaksud. Percaya, Ayah gini karena sayang sama kamu. Tenang, aku baik baik aja ga ada yang perlu dikhawatirin. Yg penting kamu cepet sembuh. Besok aku temuin dicafe deket sekolah. Ya? Udah jangan nangis mulu. Jelek. Ilyou:)' Thanks.
"Rama aja yang diomelin kalem kalem aja, udahlah ngapain lo nangis nangis?" Ucap Naura.
"Asal lo tau, seumur hidup gue, gue cuma pernah liat ayah marah sampe ngebentak, tadi doang nau. Jadi, seberapa marahnya coba ayah? Gue gakuat nau liat Rama tersiksa terus gara-gara dimaki sama ayah" Ucap Dara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks: crestfallen
ФанфикTerima kasih bumi, dengan lahir nya para manusia disini sebagian dari kami jadi tahu mana yang baik mana yang buruk. Mana yang tulus mana yang khianat. Mana yang benar-benar mencintai mana yang hanya sekedar bermain. Terima kasih kamu, dia, dan sem...