CHAPTER 12. PROVE IT

369 46 23
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Bila kau sungguh tulus ingin memilikiku, buktikan itu!

-Lavina

Mataku melebar, tak percaya dengan apa yang kakakku barusan katakan. "Bre'a bilang apa?!"

Bre'a Raven tetap bersikap santai. "Aku bilang, kita semua menunggunya datang melamarmu secepatnya."

"Bre'a gila, ya?! Sebegitu inginkah kau menyuruhku pergi dari rumah sebagai pengantin? Aku bahkan tak yakin apakah ia benar-benar menginginkanku atau tidak!"

"Karena itu, aku memintanya datang melamar. Kita lihat saja nanti," sahut Bre'a Raven enteng sambil menikmati pijatan istrinya di bahu.

Aku terperenyak di kursi kamar kakakku. Kepalaku tiba-tiba terasa berat. Aku akan menjadi istri si Alvern Aneh? Dia pasti berniat menindasku setiap waktu. Ini hukuman seumur hidup namanya!

"Tidak!" kepalaku tanpa sadar menggeleng cepat.

Bre'a Raven menatapku dengan senyum mengejek. "Kenapa tidak? Terima kenyataanmu, Lavina. Kau akan berada dalam tanggung jawab pemilikmu. Bebanku dan Ibu akan berkurang."

"Bre'a jahat!" raungku tak bisa lagi menahan diri.

"Raven! Kau keterlaluan. Lavina pasti masih kaget dan bingung tentang menjadi kanaya seseorang. Apalagi seorang pemilik yang dia bahkan tak begitu mengenalnya. Seharusnya kau memberitahunya baik-baik," tegur Lilian, membuat suaminya terdiam.

Wanita itu mendekatiku dan mengelus-elus rambutku. Aku merangkulkan tangan ke pinggangnya sambil tersedu-sedu, menyandarkan kepala ke perut kakak iparku.

"Lavina, menjadi milik pemilikmu tidaklah semenakutkan yang kau bayangkan. Tidak ada alvern bangsawan yang tega menyakiti kanayanya tanpa alasan. Selama kau bersikap patuh dan menghormatinya, pemilikmu pasti akan bersikap baik padamu," ujarnya.

"Aku bukan pelayan! Kenapa aku harus patuh dan hormat padanya?!" isakku lagi lebih keras.

"Karena kita adalah miliknya. Sudah semestinya seorang kanaya patuh dan hormat bila sudah menjadi tanggung jawab sang pemilik. Sekuat atau sehebat apa pun kita, harus tetap menghargai dan memosisikan diri di bawah levelnya," tuturnya lagi.

"Aku tak mengerti ... apa maksudmu, Sre'a?" tanyaku bingung sambil mengusap air mata.

"Kanaya bertugas melayani apa pun kebutuhan pemiliknya. Saat sudah resmi menjadi miliknya, kau tidak boleh menolak apa pun yang ia perintahkan, kecuali bila dia memerintahkanmu melakukan kejahatan. Kau baru berhak menolak," ujar Lilian lagi.

"Bagaimana jika aku menolak pemilikku?" tanyaku.

Lilian melebarkan mata, begitu juga Bre'a Raven.

"Tidak! Kau tak boleh menolaknya!" teriak Bre'a.

"Kakakmu benar, Lavina. Sebaiknya kau tidak melakukan itu. Menolak pemilik akan membuatmu menjadi perempuan yang tak berharga di mata bangsawan lain. Tidak akan ada lelaki waras mau menikahi kanaya yang menolak pemiliknya, kecuali jika pemilikmu menolakmu atau kau belum bertemu dengannya," jawab Lilian lembut.

"Ini tidak adil!" isakku lagi setengah putus asa.

Aku tak sanggup membayangkan harus berhadapan, bahkan serumah dengan si Alvern Aneh yang menyebalkan.

Lilian mendesah seraya terus membelai-belai rambutku, berusaha menenangkanku.

"Kau akan baik-baik saja, Lavina. Aku berjanji padamu. Pemilikmu tidak akan menyakitimu ...."

TORRENT'S KANAYA (Book 3) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang