CHAPTER 17. THE HEARTBEAT AND KISS

467 44 41
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Salahkan jantungku yang berdebar saat tawamu renyah terdengar.

-Torrent

Aku berusaha menyembunyikan senyum, melihat Lavina sesekali mengernyit, memandangi pepohonan hitam meranggas di sepanjang jalan menuju kastel melalui jendela veronn hitamku.

Sengaja kali ini aku menggunakan kendaraan beroda empat milikku untuk menjemput dan membawa kanayaku ke kediaman. Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah ia akan betah seharian berada di tempat sepanas Belize.

Sepasang neci yang berjaga segera membuka gerbang dan membiarkanku lewat begitu mengenali kendaraanku. Kuarahkan veronn menuju halaman kastel, lalu menghentikannya di parkiran khusus.

Kumatikan mesin kendaraan, membuka pintu dan keluar. Kulihat Lavina pun melakukan hal sama. Baguslah, dia tak menungguku harus membukakan pintu untuknya seperti yang selalu dilakukan Adena dulu.

"Aku pernah mendengar soal pepohonan di Belize yang jarang hijau karena ulah para pengendali api. Kukira tak akan seburuk ini dampaknya," celetuk Lavina seraya mengerutkan hidung.

"Katakan itu pada mereka nanti ... saat kau resmi menjadi czarina tentunya," jawabku enteng.

"Mereka perlu belajar untuk menyalurkan hasrat membakar mereka di tempat khusus, bukan pada pohon-pohon malang itu," ucapnya tandas.

Aku mengangkat bahu tanpa minat, mengingat telah berkali-kali berkata sama pada Papa, tetapi tidak mendapatkan respons positif darinya.

"Aku akan memberimu salam hormat jika kau berhasil meyakinkan papaku membuat aturan itu untuk para pengendali api," balasku santai.

Dia tak akan berhasil. Aku yakin itu.

Kulangkahkan kaki menuju kastel, diikuti oleh Lavina. Dua neci segera membukakan pintu utama setelah memberikan hormat.

Sengaja kubiarkan Lavina masuk lebih dulu sebelum aku bergerak mengikutinya dari belakang.

"Duduklah dulu. Aku akan memberitahu mamaku tentang kedatanganmu," ujarku.

Lavina mengangguk, lalu mendudukkan diri ke sofa. Aku bergegas mencari Mama di arah belakang. Ia pasti di dapur bersama para elda.

Benar saja. Sosok wanita yang kucari tengah memberi instruksi pada pelayan-pelayan, menyiapkan makanan untuk neci-neci yang bertugas hari ini.

"Mama, dia sudah tiba di kastel!" ucapku dengan nada agak keras di antara riuh suara wanita-wanita serta bunyi benda-benda yang bergesekan dan berbenturan di dapur.

Wanita beranting besar segera menengok ke arahku. "Oh, Lavina sudah datang rupanya. Kau temani dia dulu. Mama akan menemui kalian sebentar lagi."

Sehabis berkata demikian, ia kembali sibuk memberikan contoh mengaduk kuah di panci besar kepada seorang elda muda. Mulutnya tak henti memberikan instruksi pada pelayan yang lain.

Jika sudah begini, aku tak bisa berharap wanita itu bakal meninggalkan dapur secepatnya sebelum semua pekerjaan pelayan selesai.

Untuk apa ada ketua elda jika czarina itu harus tetap mengawasi sendiri dan membantu pelayan-pelayan?

Aku mendesah, lalu memutuskan kembali ke ruang utama.

Lavina tampak mengamati pedang hitam Papa yang diletakkan di dalam kaca penyimpanan. Sejak aku ketahuan meminjamnya tanpa izin, Papa menyimpan dan mengunci pedangnya di tempat itu.

TORRENT'S KANAYA (Book 3) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang