Hilang?! (3)

47 20 7
                                    

18.30 WIB (rumah Nila)

      Jarak rumah Nila dari Versailles Square Park bisa dibilang jauh, namun tetap saja, taman itu adalah taman ternyaman bagi pengagum Alam seperti Nila. Memang ... Tidak bisa dipungkiri betapa asrinya taman itu, perpaduan warna dari pepohonan,bunga-bunga, dan juga langit yang cerah menambah ke indahanan taman tersebut.

      Setelah sedikit lama duduk diam di motor 'ojol' , Nila pun tiba dirumah nya. Sambil sedikit meregangkan badan, Nila membuka pintu rumah nya itu.

  "Mamaaaaa!!!" teriak Nila sambil menutup kembali pintu rumah.

  "Nila pulaaaaang!" lanjutnya teriak sambil berjalan ke ruang tamu.

  "Nilaa! Kebiasaan banget kamu ya, pulang sekolah langsung kelayapan gitu aja. Gak bilang ke mama dulu, telfon mama pun gak diangkat, ka–"

  "Ma, Nila cape nanti aja ya ngomelnya. Nila capeee banget." ucap Nila memotong omelan mamanya.

      Nila sengaja melebih-lebihkan ucapannya, agar tidak diomeli lagi oleh mamanya.

  "yaudah sana mandi dulu, biar capenya ilang. Terus langsung sholat jangan lupa makan nanti dibawah belajar trus tidur." ujar mamanya cerewet.

(ehehehe berhasil sandiwara gua) batin Nila.

      Tante Rini, mama Nila. Belakangan ini sering khawatir akan kondisi Nila, ia tidak ingin putri tunggalnya itu kelelahan. Mengingat 3 hari yang lalu Nila jatuh pingsan saat di jalan pulang. Untungnya ada teman satu sekolah Nila yang melihat kejadian itu, kemudian mengantarnya pulang ke rumah Nila.

"iyaiya Maa. Nila udah besar tau." jawab Nila sambil menyunggingkan senyum kecil di wajahnya.

••••••••

21.05 WIB (rumah Nila)

  "hahh enak beet,"

  "Idup gini amat ya, enak enak bosen."

      Nila terbaring di kasur kamarnya sambil mengelus-elus perutnya yang merasakan kekenyangan setelah selesai makan bersama di bawah tadi.

  "Andai tiap saat gua bisaa ngeliat Alam ... perfect dah idup gua." ucap Nila sambil menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa angkasa itu.

      Yaa ... Selain suka Alam, Nila juga suka akan indahnya angkasa. Menurutnya, dia memang seharusnya menyukai apa yang dihadirkan semesta kepadanya, tidak terkecuali dengan berbagai rasa yang dihadirkan semesta. Sedih, susah, kecewa semua rasa itu adalah anugerah bagi Nila.

"ohh Alaaamm, You'll always in my heart Alam." ucap Nila sambil memeluk guling dan memejamkan matanya, tertidur lelap.

••••••••

22.50 WIB (rumah Jingga)

  "hahh cape aih anjir."

      Langit sudah mulai menunjukkan bintang-bintang terang yang tak lagi terhalang. Jingga yang baru selesai menyelesaikan 'misinya' itu langsung duduk di balkon rumah sambil menatap lekat angkasa.

      Amarah Jingga luluh lantah seketika, saat ia melihat salah satu bintang berkedap kedip seolah memberi isyarat untuk diperhatikan.

      Senyuman terlukis diwajahnya,

  "Kirana ... Gue kangen sama elo na,"

  "Gue masih bingung kenapa lo ninggalin gue tanpa sepatah kata pun."

  "you'll always be the reason to my bad."

      Sekarang cengiran lah yang terlukis diwajahnya.

  "Gue memang suka bintang, tapi gak lagi setelah lo ngilang."

  "ohh jadi anak papa jarang ke balkon saat malam karena teringat mantannya..." ejek Papa Jingga.

      Rio ahmad buana, Papa Jingga. Cukup tampan untuk seorang ayah yang berusia hampir 50 tahun.  Ia bekerja sebagai direktur di salah satu perusahaan biodiesel di kota Tangerang. Jadi, bisa dibilang Jingga terlahir dari keluarga yang lumayan berada. Tidak jarang teman-teman Jingga merasa iri dengan hidup Jingga yang menurut mereka sempurna.

  "Papa denger? Haha." Jingga sedikit tertawa ketika mendapati Papanya tersenyum kecil dibelakangnya.

  "kalau kamu suka sama dia, kejar nak. Kamu kan cowo~" ujar papa jingga sambil menaikkan kedua alisnya.

  "Jingga gak tau dia dimana Pa, lagian jingga udah gak suka lagi sama dia Pa." Jingga tersenyum.

  "Hmm ... tidur sana besok bangunnya jangan terlambat lagi supaya sahabat-sahabat kamu itu gak ngomel mulu" Ujar Papa Jingga sambil mengacak-acak rambut anaknya.

  "iya Pa, jingga juga mau mimpiin Mama. Udah kangen banget hehe" Jingga tersenyum seperti anak kecil.

  "Mirip seperti Mama kamu dulu."
  "hahhaha papa bisa aja.. Papa tidur lagi sana, Jingga bentar lagi balik ke kamar jingga." ucap Jingga tersenyum manis.

      Jingga menghela nafas ketika papanya hilang dalam pandangannya

    "goodbye Ana.. I'd never say see you again"

      Jingga berbalik lalu ikut hilang bersama papanya, kali ini dalam pandangan Kirana. Ya, bintang yang masih mengedap-ngedipkan cahayanya di angkasa sana.





Lo tau?  

Saat orang bener-bener kecewa sama lo, masih ada secercah rasa sayang disana,

Secercah harapan yang berharap untuk lo 'balik lagi'.

Bung, semua orang punya alasan untuk suatu perubahan dalam hidupnya.

We've the reason to be good and we also have the reason to our bad.

Perlu lo tau, gue itu badboy.  B A D   B O Y, Semua sikap buruk ada di gue gak terkecuali dengan kata NAKAL ya teman-teman~

  B A D   B O Y, Semua sikap buruk ada di gue gak terkecuali dengan kata NAKAL ya teman-teman~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lucid Love DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang