" Sayang Bangunlah~ "
Aku mengguncang tubuh jangkung pemuda yang kini sedang tidur tengkurap. Kasur terlihat sangat berantakan dengan selimut dan guling yang sudah tergeletak mengenaskan diatas lantai.
" Sayang~ "
" Hmm "
Pemuda dihadapanku ini terlihat tampan meski baru bangun tidur, ia sedikit mengerang lalu mulai mendudukan dirinya.
Sedikit mengucek matanya yang mungkin masih kabur saat melihat aku berdiri disampingnya dengan apron pink ditubuh kecilku." Kenapa kau jadi susah bangun sayang." keluh ku sambil ikut mendudukkan diri disampingnya.
" Mungkin akhir-akhir ini aku terlalu lelah, apalagi aku kemarin harus pulang pergi Seoul-Busan."
Dia menarik tubuh mungilku kedalam pelukannya, pelukan yang sangat hangat dan nyaman, pelukan kesukaanku.
" Aku sayang papa~ " bisiknya ditelinga ku.
Papa?
Ya, benar dia Sehun.
Dia adalah putraku, putra kesayanganku.
Ini sudah 20 tahun berlalu. Kini sehun tumbuh menjadi pria dewasa dengan paras yang tak bisa diragukan sedikitpun.
Terkadang aku sering merasa kalau tuhan ingin aku untuk selalu mengingat Dia dalam diri putraku dengan memberikan sehun tubuh tinggi, tegap dan sangat tampan seperti dia, daddy nya.
Tentang dia, aku sudah tak lagi membencinya, karena aku selalu bersyukur sehun hadir dalam hidupku .
⚫⚪⚫
Berpindah ke Jepang bersama Bibi Joy dulu, nyatanya merubah hidupku 100%.
Aku kembali sekolah jalur homeschooling dengan Bibi Joy yang membiayaiku.
Ditahun kelima usia Sehun aku yang sudah bekerja disalah satu toko perhiasan disebuah mall besar Tokyo dipertemukan kembali dengan ayahku yang sudah aku anggap mati bertahun-tahun yang lalu.
Awalnya aku menolak keras permintaan ayah untuk ikut bersamanya.
Tapi saat Bibi Joy dinyatakan positif terkena gagal ginjal. Aku langsung menemui ayah dan jadilah aku mau mengikuti perintah ayah untuk meneruskan perusahaannya agar aku bisa membiayai semua biaya penyembuhan Bibi Joy.
Tapi sayang, seberapapun usahaku untuk membuat Bibi Joy sembuh, tuhan berkehendak lain.
Tepat di ulang tahun Sehun yang ke 8 Bibi Joy pergi meninggalkan kami.
⚫⚪⚫
Sehun, ia memiliki tingkat kecerdasan yang diturunkan dariku. Ia bahkan bisa membantu ku mengurus perusahaan sejak usia 18.
Dan kini saat usianya 20, ia sudah menghandle semua urusan kantor sendiri, aku hanya duduk diam diapartemen sambil menunggunya pulang.
Terkadang aku suka melakukan hal-hal kecil seperti memasak menu baru atau selalu mendesign ulang apartemen kami agar tak terlihat membosankan atau aku juga akan membaca komik.
Entah kenapa diusiaku yang sudah 36 ini sehun menjadi semakin protektif terhadapku.
Seperti contohnya beberapa hari yang lalu kami pergi ke acara pesta kolega.
" Papa kau tak boleh berjauhan denganku.! " desis Sehun.
Aku menatap putra semata wayang ku itu bingung, sampai Sehun menunjukkan beberapa pria sedang menatap minat kepadaku. Aku yang tau akhirnya semakin mendekatkan diri kepada Sehun. Membiarkan sang putra memelukku posesif.
" Papa, ini alasanku tak menyukai undangan dari para kolega. Mereka selalu saja melihat mu dengan mata hampir copot. Padahal jika sedang rapat dikantor juga mereka selalu menanyakanmu. Terkadang aku kesal, kau itu sudah berusia 36 tapi wajahmu masih terlihat sangat muda. Bahkan temanku dikantor selalu tak mempercayaiku kalau kau adalah papaku. " gerutu Sehun kesal.Aku hanya terkekeh kecil mendengarnya.
Sehun memang selalu siaga jika menyangkut soal diriku. Dia tumbuh menjadi seorang pria penuh tanggung jawab dan sangat romantis. Terkadang orang-orang yang tidak tau siapa kami mereka akan mengira kami adalah sepasang kekasih .
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, I Love You! ( Chanbaek )
Short Story' Jujur, aku tak pernah bermaksud membuat hidupnya hancur berantakan. ' - Park Chanyeol