-o-
Hari jumat dipertengahan bulan Februari, cuaca bersinar cerah seolah bahagia menyambut kehadiran matahari musim semi yang menawan hati.
Kucoba melangkahkan kaki perlahan-lahan menyusuri jalanan diantara pertokoan Gangnam, menikmati hijaunya tunas daun yang mulai menyembul di sekitar dahan.
Suasana jumat terasa ceria karena penuh gelak tawa terdengar di seberang coffee shop dan pub.
Dari tempatku berjalan,aku melihat sepasang pria dan wanita begitu bahagia menertawakan wajah mereka yang terlihat aneh setelah melakukan selca.
Disebelahnya, empat orang wanita muda mengangkat tinggi-tinggi gelas berisi champagne rose yang berwarna kuning mengkilat diudara seolah hanya ada kebahagian dihidup mereka.
Aku masih terus berjalan dengan langkah pasti menyusuri jalan di pusat pertokoan Gangnam yang terlihat hiruk pikuk siang ini.
Semilir angin berusaha menyapaku sambil menerbangkan beberapa helai rambut hitam panjangku.Kuselipkan rambutku di belakang kedua daun telingaku yang selalu memerah setiap kali terkena udara dingin sambil berharap angin tak lagi mencoba ramah padaku.
Sejujurnya, aku tak menyukai angin musim semi.Kenapa?Entahlah,
mungkin karena angin musim semi selalu mendesak airmataku keluar.
Aku hanya mendesah pelan sambil menggelengkan kepalaku, berusaha sekuat hati menahan kenangan masa muda yang sering mendesak keluar bersama linangan airmata.
Tiba-tiba dua orang remaja sekolah, seorang pria dan wanita menyenggolku dan berjalan bergandengan tangan didepanku.
Mereka sama sekali tidak menoleh kearahku tapi bisa kulihat keduanya saling lirik dan tersenyum malu.
Wajah kedua remaja itu tidak asing bagiku.Kucoba mengerjap beberapa kali untuk meyakinkan diri bahwa ini bukanlah mimpiku.
Aku terdiam ditempatku berpijak melihat keduanya.
Remaja pria itu mengingatkanku pada dirinya yang telah menjauh dari hidupku dulu namun bayangannya menghantui mimpiku sampai sekarang, Jungkook.
Sang remaja pria menggandeng tangan sang remaja wanita dengan penuh rasa hangat.
Dapat kulihat senyum tak pernah lepas dari keduanya yang membuat dadaku berdetak cepat.
Tangan kiri sang remaja pria terulur untuk menyelipkan sisi rambut sang remaja wanita dibelakang telinganya yang memerah.
Dari jarak yang tak cukup jauh, aku bisa mendengar apa yang mereka perbincangkan.
Ah, alangkah indah kenangan yang masih sempat mereka buat.
"terima kasih, Jungkook..." ujar sang remaja wanita sambil tersenyum malu.