"Aku pulang" ujar Kean membuka pintu rumahnya.
Kean dan ibunya tinggal di pemungkiman padat penduduk yang terletak di dekat daerah pesawahan. Ia hanya tinggal berdua saja karena kakaknya memilih untuk mengikuti sang ayah yang tiga tahun lalu bercerai dengan ibunya dan memilih selingkuhannya.
"Udah pulang kamu ke" balas sang ibu berjalan ke arah meja makan membawa beberapa hidangan
Tania, merupakan wanita muda berumur 35 tahun yang bekerja sebagai pembantu di rumah tetangganya. Ia dulunya sangat cantik dan terawat. Semenjak kepergian sang suami ia memutuskan keluar dari rumah mewah besar suaminya dan memilih tinggal hidup sederhana dan pas-pasan dengan anak bungsunya
"Udah bu" Kean menyalami tangan sang ibu yang dulunya lembut sekarang kasar
"Gimana? " tanya Tania
"Hmm. Syukur bu aku akhirnya dapet kerja dan lusa mulai bekerja" balas kean mendudukan dirinya di kursi dan mengambil piring mengisi nya dengan nasi dan lauk pauk seadanya
"Syukur kalo begitu. Ibu mau balik ke rumah bu Ratna belum selesai nyuci." ujar tania kemudian berdiri dan mengelus kepala sang anak dan pergi keluar rumah
Drtt.. Drtt.. Drtt..
Getar ponsel di meja makan mengalihkan perhatian Kean. Ia biasanya tak pernah mempedulikan apapun jika sedang makan tapi tidak kali ini. Kean mengambil ponsel itu dan melihat nomor asing yang tertera disana mengiriminya sms
💬 +62896424*****
Jam 7 kurang 15 menit kamu harus sudah ada diperusahaanBunyi pesan itu. Kean tau siapa pengirimnya dan tak membalasnya.
Selesai makan ia membereskan meja makan dan mencuci piring bekas makannya. Kebiasaan yang sudah ia terapkan sejak kecil jika setelah makan.
Kean lantas pergi ke kamarnya mengganti kemeja putih dan celana bahannya dengan celana pendek serta baju kaos kebesaran. Ia bukannya tak mau bergaya layaknya remaja-remaja kota yang berpakaian seperti artis dengan logo brand terkenal di pakaian yang mereka kenakan. Hanya saja ia selalu merasa tau diri dengan keadaannya.
Banyak diluaran sana para remaja yang berdandan bak selebgram tak melihat bagaimana lelah dan cape nya orang tua mereka mencari Rupiah.
Kean bukannya alergi berpakaian mahal. Hanya baginya asalkan pakaian itu nyaman dipakai, ia akan mengenakannya tak peduli bagaimana pandangan orang lain. Ia hanya menampilkan yang ingin ia pakai bukan yang ingin orang lihat.
Kean lantas mulai mengambil sapu dan membersihkan lantai dan beralih ke barang lain yang sekiranya butuh dibersihkan
Beginilah kehidupan kean setelah beberapa bulan lalu menganggur membersihkan rumah menggantikan sang ibu dan setiap sabtu dan minggu pergi ke tempat fotokopian di dekat perempatan jalan raya bekerja sebagai penjaga toko yang tiap wekkend selalu dipenuhi oleh para mahasiswa yang mengerjakan tugas kuliah.
Setelah membereskan rumah, kean lantas pergi ke tempat fotokopian untuk membantu menjaga Warnet milik temannya yang tiap hari dipenuhi oleh kalangan remaja-remaja seumurannya yang belum bekerja maupun yang bolos sekolah
"Sore bang Dion" sapa kean setibanya ia disana. Toko penuh oleh banyak orang dan dion kelihatannya sangat kepayahan mengurusi dua kerjaan sekaligus
"Sore ke. Bantuin abang jaga warnet ya. Ini anak-anak SMA banyak yang punya tugas fotokopian" balas Dion yang kebingungan.
Tanpa menjawab, kean lantas masuk ke dalam warnet dan mulai mengoprasikannya
"Bang PC no 10 dua jam ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think
General FictionSaat tidak memiliki tujuan hidup, cobalah ikuti alurnya. Rasakan sensasi saat dimana kau bahagia, kecewa, senang, dan bahagia secara bersamaan Ada pepatah yang menulis 'Your Only Life Once' Hidup hanya sekali jangan pernah menyesali apa yang per...