Bagian 16

1K 116 1
                                    

Bangun dengan rasa pusing yang mendera membuatku melupakan segala hal sebelum tak sadar.

Memilih menikmati rasa sakit kepala daripada memikirkan hal yang sama sekali tak membuatku bahagia.

Sekalipun, dirumah sakit ini aku sendiri, sepi yang menemani. Aku tak peduli.

Aku tak peduli dengan segala hal.

Dimana putra-putra ku? Dimana suamiku?

Masih bisa ya kuanggap sebagai suami?

Keluarga. Kupikir setelah berumah tangga, hidupku akan bahagia. Merasakan kehangatan yang selalu ku damba, yang selalu kuimpikan.

Tapi harapan tetap akan menjadi harapan, mimpi akan terus menjadi mimpi. Keluarga yang ku bangun tak lebih dari 2 tahun terhantam batu besar.

Dan kami belum membahasnya barang satu pun.

Air mataku leleh, bersamaan isak tangis yang mengisi ruangan dengan nuansa putih yang kutempati.

Aku kehilangan cinta, kasih sayang, perhatian bahkan kepedulian serta kekhawatiran Kim Taehyung.

Pria itu tak peduli lagi padaku, tak menungguku padahal sebelum aku tak sadar dia berada disampingku.

Sebegitu tak cinta nya dia padaku?

Aku tak punya Ayah, Ibu ku jalang. Nenekku entah kemana, kenapa lagi dengan wanita tua itu? Aku cucunya, kenapa dia tak menemuiku.

Kurasa aku perlu membenturkan kepala ku ke tembok.

"Hei! "

Aku menoleh, dengan mata yang sembab aku menatap seorang wanita berjas dokter dihadapanku.

Wanita itu terlihat panik, sepertinya aku membuat kesalahan.

"Jisoo-noona, berhenti menyakiti dirimu. Anakmu bisa terluka"

Anak?

Siapa yang wanita ini maksud.

Deg.

Jantungku berdetak lebih kencang. Apa artinya aku hamil? Anak Kim taehyung.

'Maafkan aku nak'

"Jangan pikirkan hal yang berat Jisoo-noona. Seseorang menitipkanmu padaku"

Antara bahagia dan terluka. Apa bisa aku merawat anak ini dengan tanganku sendiri.

Cepat lambat Taehyung akan meninggalkanku, meninggalkan ku bersama anak-anakku.

***
"Dengarkan aku Jisoo-ya"

Aku memalingkan wajah sembabku, sudah dua jam kami berdebat.

"Jangan pernah membohongiku! "

Aku menyentak kasar tangan Taehyung yang berusaha menggapaiku.

"Aku tak bohong, aku bersumpah tak memiliki hubungan apapun dengan Irene"

Plak.

Aku menamparnya, menampar wajah Suamiku.

Taehyung membeku, apa aku keterlaluan?

"Kumohon dengarkan aku. "

Suara lirih Taehyung memenuhi lerung hatiku, aku luluh lagi dengan Taehyung. Lelaki itu benar-benar kekuatanku.

Aku hanya diam, memilih mendengarkan. Dan berusaha percaya.

"Aku sudah tahu apa yang Kai dan Irene katakan pada Jennie"

"Kai menyukaimu Soo-ya. Pria itu menginginkanmu"

Sesaat aku menatap mata kelam Kim Taehyung. Benar, tak ada kebohongan.

"Dia tak mengatakan pada Irene bahwa kau telah menjadi istriku. "

"Pria itu mengatakan Jennie teman dekatku, membuat Irene terpaksa harus membuat Jennie mempercayai perkataannya lalu mengatakannya padamu"

Apa itu benar? Bisa kulihat raut keputusasaan di wajah Taehyung.

"Ku mohon, percayalah "

Aku menghela nafas, apa lagi yang ingin ku salahkan atas semua ini? Semua sudah jelas. Ah iya.

"Lalu? Berpelukan diapartement juga sudah disetting? Cih. Drama sekali"

Aku melengos, menunjukkan ketidak masuk akalan jika memang itu di setting.

"Jadi kau lihat? Maafkan aku Jisoo ya, bukan maksudku menyembunyikan nya. Irene menemuiku untuk meminta maaf, dan aku menerimanya. Setelah melihat foto pernikahan kita, wanita itu menangis. Meminta pelukan terakhir padaku sebelum memutuskan untuk pergi. "

Pria itu memelukku erat, mengatakan seolah-olah aku barang berharga yang tak boleh hilang.

Bolehkan aku merasa begitu? Kuharap semua yang dikatakan Kim Taehyung sebuah kebenaran, bukan sebuah kebohongan.

Dan bisakah aku percaya pada Kim Taehyung untuk sekali lagi?

Dan aku memilih untuk membuka kesempatan kedua untuk duniaku.

***


Hubungan kami membaik. Persis apa yang aku inginkan.

Rintangan selalu menghadang disegala hubungan, baik hubungan percintaan maupun persahabatan. Semua tak bisa lepas dari hal itu.

Aku bahagia, mendengar tak lama dari sekarang aku akan memiliki putra keempat.

Taehyung masih merencanakan untuk mempublikasikan hubungan kami, dan aku tak sabar untuk itu.

"Kangen gak sama mommy? "

Aku tersenyum simpul menatap putra sulungku. Anak itu masih fokus memainkan mobil ditangan mungilnya.

"Kangen mom"

Daehan sudah lancar berbicara, walau belum fasih dalam melafalkan huruf 'R'.

Kami masih dirumah sakit, Taehyung menemaniku sepanjang waktu. Begitu pula ketiga putra kami.

"Adik bayi nya mana mom! "

Aku menggeleng. Tak habis pikir dengan tingkah hyperaktif si bungsu Manse. Anak itu selalu bersemangat.

"Adeknya disini sayang, diperut mommy"

Manse memeluk Taehyung erat, lalu kembali melontarkan berbagai pertanyaan.

"Manse-ya sana ikut kakakmu bermain. Biarkan mommy disini sama daddy! "

Anak itu menurut,membuatku menoleh pada Taehyung yang kini telah berada di hadapanku.

Sungguh, aku sangat merindukan dunia ku ini.

"Makasih kamu udah mau memaafkan ku. Terimakasih sayang"

Setetes kristal bening keluar dari mata indah milik Taehyung. Aku merasa sedikit bersalah.

"Sudah. Biarkan hari kemarin menjadi pelajaran bagi kita. Bukankah kita harus bahagia bersama bukan?"

Aku tersenyum cerah, merentangkan tanganku. Membawa Taehyung kepelukanku.

Rasanya aku tak akan bisa hidup tanpa cinta-ku, Kim Taehyung

"Aku mencintaimu Taehyung"

"Aku lebih mencintaimu Jisoo-ya"

TBC

Perfect Marriage° Jisoo×Taehyung✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang