6. PERGI - Dinding Waktu

18 0 0
                                    

Dimana? Tanya gadis itu dalam hati, sambil membuka matanya dan bangun dari berbaring. Amara berada diatas padang rumput yang tumbuh ribuan bunga dandelion. Warna putih bunga tersebut berkebalikan dengan baju yang ia kenakan. Wajah polosnya menatap kedepan, melihat beberapa dandelion itu terbang terpisah tertiup hembusan angin. sejauh mata memandang, padang rumput itu seakan tak berujung. Tak ada seorangpun kecuali dirinya. Kemudian dia bangkit berdiri, berlarian kesana kemari. Beberapa saat kemudian, gadis itu kelelahan dan tertidur diatas bumi berumput itu, dia merasakan adanya sentuhan lembut penuh kasih di atas kepalanya.

Sedikit demi sedikit matanya kembali terbuka, mendapati seorang wanita dengan pakaian panjang berwarna putih, sedang berada disampingnya dengan senyum yang merekah. Amara duduk didepannya, air matanya mulai tumpah membasahi pipi, dipeluknya wanita itu dengan tangisan yang semakin menjadi jadi. Tangan lembut yang membelai kepala Amara, kini pun mengusap air mata gadis yang ada didepannya, dan diciumlah keningnya.

"Sebesar apapun takdir akan mengubah hidupmu, hanya kaulah yang mampu merubah semua itu," begitulah kata-katanya untuk menenangkan Amara. Mata sembab Amara melihat wanita yang sedang tersenyum manis. Kilauan cahaya mengelilingi seluruh tubuh sosok yang ada didepannya, sangat menyilaukan, gadis itu menutup matanya sebentar, dan kembali ia buka, cahaya itu sudah sedikit menghilang, tidak, bukan hanya cahayanya tapi juga raga wanita itu ikut memudar. Beberapa detik, tidak ada lagi suara, selain hembusan angin yang panjang. Keheningan ini membunuh dirinya, kesepian, merasa selalu ditinggalkan, dinginnya situasi yang selalu ia hadapi membuatnya selalu terluka hingga rasa dingin itu menusuk tulang sumsumnya. Dengan lutut yang tertekuk, wajahnya ia tenggelamkan dalam kegelapan.

"Namamu sungguh indah, aku memberikannya agar kau menjadi gadis kuat, memiliki keindahan, yang tetap tegar meski menghadapi keadaan sesulit apapun. Kau berbeda karena kau adalah yang terbaik, jauh disana masih ada yang menunggumu, jadi berjuanglah. Sesulit apapun kehidupan, selalu ada celah untuk keluar," sosok pria yang ada didepannya berdiri tegak dengan celana putih dan kemeja panjang berwarna putih menutupi cahaya matahari. Wajah itu jelas tapi ia tak mengenalinya, semua yang terlihat seakan abadi, tapi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dia sudah meninggalkan Amara sebelum mengucapkan sepatah kata perpisahan. Pria yang terlihat berwibawa pergi menjauh, semakin lama semakin jauh tak terlihat.

Matanya kembali sembab, tubuh mungilnya kembali terjatuh diatas dandelion. Desah nafas yang ia hembuskan seakan dunia mendengar, serpihan bunga putih yang rapuh itu terlihat gelap kala menutupi mentari, beterbangan tanpa arah, berusaha tetap hidup meski mustahil. Mereka selalu berjuang walau tak punya tujuan.

Hari demi haripun berlalu, dia melanjutkan langkah tanpa tujuan tetap jalan kedepan. Mata cokelat itu kembali menangkap pemandangan. Sebuah danau yang berkilau, teratai yang hidup diatas air, dan seorang gadis berambut pirang yang dikepang dengan baju hitam putih diseberang danau. Amara pun berlari mendekatinya, suara kaki yang semakin dekat didengar si gadis pirang. Dengan semangat yang membara terlihat jelas dimata si Pirang, iapun ikut berlari mendekati Amara. Si Pirang itu lebih dulu membuka percakapan dengan Amara, terlihat dari gaya bicaranya, dia adalah gadis yang sama kesepiaannya dengan Amara, tapi dia masih sedikit terlihat memiliki kebahagiaan. Setelah lama mereka saling mengenal dan memahami satu sama lain, terlihat jelas perbedaan diantara keduanya. Si Pirang adalah seorang gadis yang memiliki kharisma, sedangkan Amara tidak memilikinya.

Pikirannya berputar-putar tak henti, kebingungan mewabah diotaknya, sangat aneh sekali, si Pirang itu memiliki wajah yang sama dengannya. Tapi disaat itu, hanya dia yang kebingungan, si Pirang itu seakan menemukan teman baru. Amara tak ingin ikut terbawa alam pikirannya lebih jauh, yang hanya akan memunculkan tanda tanya besar, membuatnya memunculkan pertanyaan-pertanyaan terus menerus yang tak jelas. Si pirang itu memegang pergelangan tangan Amara, terlihat sedikit lebih muda darinya dan ukuran tubuh yang lebih pendek. Anak itu mengajak Amara menuju rumahnya, agak jauh dari danau tempat itu berada. Berdirilah sebuah gua yang sangat gelap,dan Kristal berwarna warni yang gemerlap didalamnya, disitulah tempat si Pirang itu tinggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen [Mem Wattpad Literation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang