Satu kebiasaan yang menjadi hobi yang menyenangkan bagiku, mengkhayal. Dan pada malam ini aku sedang mengkhayal pria idamanku. Lucu memang, tapi topik itulah yang menarik untuk dikhayalkan. Aku melihat jam dinding di kamarku. Sekarang pukul 23.03 WIB, aku beranjak dari meja belajar dan menutup buku bersampul hijau yang sedari tadi aku coret-coret. Menuju kasur, lalu memejamkan mata.
***
Aku mengerjap mataku berulang kali. Menyipitkan mata, lalu melirik jam beker di atas nakas sebelah tempat tidur. Tepat pukul 5 pagi. Dengan gontai, aku beranjak dari tempat tidur. Meregangkan tubuh, mandi, bersiap untuk pergi sekolah.
Masih ada sekitar setengah jam sebelum aku harus pergi ke sekolah. Aku terpaku pada buku bersampul hijau di atas meja belajarku. Dan aku kembali duduk di meja belajar, dan seperti biasa aku kembali mengkhayal. Tanpa diperintah, aku mulai berimajinasi tentang pria berseragam putih abu, tinggi, putih, berkaca mata, cool, smart, dan yang terpenting handsome. Aku terkikik geli, memukul pelan kepalaku sembari mencoret buku bersampul hijau.
Oh ya! Aku Maurina Pranciska, cewek yang suka mengkhayal, berambut hitam panjang yang lebih sering aku ikat ekor kuda. Sekarang aku duduk di bangku SMA tepatnya kelas X.***
“Rina! Rina! Ya ampun, kamu belum bangun? Nih anak gadis kok kelakuannya, ya ampun .... Rina bangun!” teriak seorang wanita paruh baya sembari mengetuk pintu sedikit keras.
Aku terbangun setelah mendengar keributan itu. Melirik jam di dinding. Dan ....
“Mama Rina telattttt!” teriakku spontan. Aku berdiri dari bangku belajarku dan bergegas mengambil tas sekolah. Aku membuka pintu kamar.
“Sudah ketebak, pasti kamu ngelamun lagikan setelah bangun tadi? Dan ketiduran? Untung udah siap. Buruan nanti telat.” Mama berkacak pinggang.
“Ah ... Mama tau aja. Rina pergi, enggak usah sarapan. Dadah Ma.” Aku berlari menuju ke luar rumah. Tampak Mamaku menggeleng kecil.
Aku pergi menuju sekolaah dengan motor metic. Semoga saja gerbang belum ditutup. Oke aku bakalan jadi Rossi dalamwaktu 5 menit, jika tidak aku terpaksa bolos. Dari pada dijemur, mendingan bolos.***
Aku memarkirkan motorku, lalu bergegas menuju kelas tanpa ketahuan guru. Beruntung saat memasuki sekolah gerbang belum ditutup. Beruntung punya satpam sedikit teledor.
Aku berjalan cepat bahkan nyaris berlari kecil. Melewati ruang guru dan ...
“Nak!” seru suara yang tak asing. Aku membalikkan badan ke belakang. Ternyata itu suara Pak Ahmad. Oke, sekarang aku sangat takut. Perlu kalian ketahui di deretan guru-guru killer di SMA ini, salah satunya Pak Ahmad. Aku melirik laki-laki di sebelah pak Ahmad.
Deg!
“Nak kemari!” dengan masih terpaku pada laki-laki di sebelah Pak Ahmad aku berjalan pelan ke depan pak Ahmad.
“Tolong kamu antarkan Nak Rio. Antarkan ke kelas XI IPA 3 yah. Saya kebetulan harus menghadiri rapat penting.” Ujar Pak Ahmad sembari meninggalkan kami tanpa menunggu jawaban dariku. Lalu, tinggal kami berdua dengan aku yang masih menatap laki-laki berseragam putih abu di depanku dengan pandangan tak percaya. Dia pria dalam khayalanku!
“Hem ... telat yah?” ujar laki-laki yang disebut Rio itu. Aku tersentak lalu membuang muka ke arah taman di sebelahku.
“I-iya. Hem, mari aku antar.” Aku berjalan kaku di sebelahnya. Oh ayolah aku masih belum percaya! Dia seperti anak baru dan dia sangat mirip dengan pria idamanku!
“Namanya siapa?” Oh tidak! Dia bertanya namaku.
“Rina!” ujarku bersemangat. Lalu aku baru menyadari sikap anehku. Aku meringis kecil. Laki-laki itu tersenyum menanggapiku. Tak terasa kami telah sampai di depan kelasnya.
“I-ini Kak, kelasnya aku permisi,” ujarku lalu menunduk, menghindari tatapannya.
“Oh iya, terima kasih Rina,” ucapnya pelan. Aku mengangguk lalu pergi menuju kelasku.***
“Chika!” aku berteriak saat memasuki kelasku, setelah melihat meja guru masih kosong. Aku berlari ke barisan tempat duduk yang letaknya tepat di tengah-tengah kelas. Semua temanku mengabaikan tingkah anehku.
“Berisik oy! Kenapa sih? Ngasih tau kalo sekarang jam kosong karena Pak Ahmad ada rapat? Basi beritanya! Oh ya, lo telat kenapa lagi? Gara-gara ngayal lagi?” cerocos Chika setelah aku duduk di bangku tepat di sebelahnya.
“lo tau enggak? Gue ketemu sama pria idaman gue! Astaga gue masih enggak percaya,” ujarku semangat dengan mata berbinar mengabaikan pertanyaan-pertanyaan sahabatku ini.
“Hah? Seriusan lo? Di mana? Beneran nyata nih? Lo enggak lagi halukan?” tanya Chika ikut antusias.
Aku mengangguk antusias. “Pokoknya nanti lo harus temeni gue ke perpustakaan!” tangkasku, mengabaikan pertanyaannya lagi. Chika mendengus mendengar permintaanku.
“Emangnya kenapa sih? Pertanyaan gue diabaikan semua nih! Kesel gue.” Chika menekuk wajahnya. Merajuk.
“Ih ngambekkan! Jadi tadi gue telat terus pas lagi ngelewati ruang guru. Gue dipanggil Pak Ahmad terus dia minta tolong nganteri anak baru ke kelas XI IPA 3. Dan lo tau? Anak baru itu adalah pria idaman gue! Aih namanya Rio BTW.” Aku menyenderkan punggung ke bangku. Tersenyum puas melihat Chika terkejut.
“Seriusan lo?” ujar Chika masih tak percaya dengan ucapanku. Aku mengangguk meresponnya.
“Nih ya namanya tuhkan Rio pas banget sama nama gue. Rina Rio, bisa tuh jadi 2R kayak Risky Ridho. Atau Double R atau bisa juga R Sejoli, Aihhh ....” Aku berdecak kagum bangga pada diriku sendiri. Tawa Chika meledak meresponsku. Aku dan teman sekelasku menatapnya heran, tak lama kemudian tawanya meredah bersamaan dengan teman kelasku yang mulai mengabaikan kami lagi.
“Lucu banget sih lo! Haduh perut gue sakit. Lagian juga nama lo itu Maurina bukan Rina.” Chika tertawa kecil.
“Ah, Resek lo! Siapa tau itu juga nama panggilan dia. Mungkin huruf nama depannya M juga!” ujarku membela diri.
Chika menjentikkan jarinya. “Mungkin namanya Mario! Mario Teguh! Atau lebih anehnya Mario Bross, games kesukaan adik gue tuh!” celetuk Chika. Chika kembali tertawa lepas, geli dengan celetukkannya.
Aku berdecak kesal, “Enggak asyik loh!” Aku mengabaikan tawa Chika.
***
Sesuai dengan rencana, aku dan Chika bakalan ke perpustakaan sekolah. Sebenernya sih cuma mau ngeliat Kak Rio, karena kelasnya tepat di sebelah perpustakaan. Saat kami tiba di depan perpustakaan, aku memperlambat jalanku tanpa sepengetahuan Chika sehingga dia berjalan masuk perpustakaan tanpa aku. Aku melirik ke dalam kelas XI IPA 3, berusaha mencari keberadaan Kak Rio.
“Rina! Lagi ngapain?” Aku tersentak mendengar suara yang memanggilku. Saat kulihat ternyata itu Kak Rio yang sepertinya sudah keluar dari kelasnya sedari tadi.
“Eh ... iya, Kak. Lagi-lagi ... nyari Chika! Iya, nyari Chika temenku,” ujarku gugup. Aku menyelipkan anak rambut ke arah belakang telinga.
“Aku pikir kamu lagi nyari aku. Kebetulan aku mau lihat-lihat Laboratorium. Hem ... tapi kayaknya kamu lagi sibuk.” Kak Rio memandangku penuh minat. Eh?....
“Bisa kok bisa. Chika palingan pergi ke kantin baren temen yang lain. Aku bisa temani Kakak keliling sekolah kok,” ujarku antusias. Kakak Rio tertawa kecil mendengarku, aku memalingkan wajah.
“Yaudah, ayo!” dan waktu istirahatpun aku habiskan bersama Kakak Rio. Chika? Hem ... nanti aja deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen [Mem Wattpad Literation]
Historia CortaKumpulan cerpen yang bagus dan keren😍