4. PERGI - Not Bye

13 1 0
                                    

Tokoh : Tom Holland ( Peter Parker ), Robert Downey Jr. ( Tony Stark )

New York, 2033

Sepuluh tahun berlalu bersamaan hilangnya pahlawan muda Spiderman, Peter Parker. Tak ada yang menyangka bahwa ayah angkatnya, Tony Stark mengusirnya karena kesalahpahaman yang dibuat sang musuh.

Pemuda itu menghilang tanpa jejak dan kembali bukan sebagai Spiderman, namun Spi-boss. Pemimpin para mafia ternama di dunia, Zelos. Peter yang lugu dan murah senyum berubah menjadi Peter yang keji dan sombong, dan sekarang dia membenci para Avengers.

"Menjadi buronan selama 7 tahun? Apa itu menyenangkan?"

Peter hanya melirik wanita berjas putih di hadapannya. "Bagiku, mungkin bagimu adalah keberuntungan." jawabnya.

Hana, seorang dokter psikolog pribadi Peter. Sudah dua tahun ia bekerja padanya, walau itu sebuah ancaman hidup atau mati.

"Aku dengar Alex sudah bertemu dengan adiknya, apa itu sebabnya dia tidak kemari?"

Peter hanya mengangguk lalu menyesap kopi panas buatan Hana. "Adiknya salah satu agent Nick Fury, aku heran bagaimana dia bisa panjang umur seperti itu." ujarnya.

"Seorang anak dewa menjadi anak buah Nick Fury, kepala direktur SHIELD? Apa dia agent khusus?"

Peter menggendikkan bahunya tak tahu.

Alexander Nathanie Henderson, putra Dewa Helios dengan Dewi Atena. Dia seorang elf berjiwa dewa, sama seperti adik perempuannya Zaralia. Alex bekerja pada Peter dan dia dipilih menjadi tangan kanan Peter karena kebijakan dan ketegasannya dalam bekerja.

"Pulanglah, Pete. Semakin lama kau di apartemenku kau tidak bisa pulang dengan selamat."

"Yasudah, aku menginap disini saja."

PRAAK!!

"Semalam pun tidakku izinkan kau menginap disini!"

Hana menggebrak meja makannya karena kesal. Peter tidak terkejut malah menatap Hana dengan tatapan tajamnya.

Peter menjauhkan cangkirnya dari tanganya, tangan kirinya menopang dagunya seraya mengelusnya. "Aku tidak macam-macam denganmu, Hana. Kau bisa tidur di kamarmu sedangkan aku di sofa depan." ujarnya.

Kedua pipi Hana memanas, bisa-bisanya dia berpikir kotor seperti itu. "A-aku tidak berpikir seperti itu! Pulang ke tempatmu, Pete!" ujarnya sedikit mengusir Peter.

Peter beranjak dari meja makan menuju ruangan dengan pintu berwarna hitam. "Aku baru tahu kau memiliki kamar tamu, aku tidur disini saja." ujarnya.

"Jangan masuk ke ruangan itu! PETER!! "

Terlambat bagi Hana memperingati pria keras kepala itu, Peter sudah membuka lebar pintu berwarna hitam itu. Ruangan yang didominasi dengan warna putih itu adalah kamar mendiang ayahnya dulu.

Perlahan Peter masuk ke dalam, mengamati setiap sudut ruangan itu. Matanya tertuju pada pigura kecil yang digantung di sebelah almari, itu foto ayah angkatnya dengan Hana dan seorang pria tua bermata sipit. Tangan kanannya terulur melepas pigura itu dari gantungan, mengamatinya dengan lekat.

"Itu saat ayahmu berkunjung ke kampusku, aku dan appa berfoto dengannya saat itu."

Peter menoleh pada Hana dan tersenyum. "Olimpiade Sains bukan?" tanyanya. Hana hanya mengangguk pelan. Peter mengembalikan pigura yang ia pegang kembali ke tembok kemudia berjalan ke arah kasur. "Hanya semalam saja, besok subuh aku sudah pergi."

Hana menghela nafas gusar, dia juga kasihan dengan pria itu. "Terserah kau saja, tapi setelah tidur kau rapikan lagi kasurnya." tawarnya.

Peter tersenyum mendengar tawaran Hana, malam ini dirinya bisa tidur dengan tenang tanpa memikirkan mimpi-mimpi buruk yang sering kunjung di mimpinya.

Kumpulan Cerpen [Mem Wattpad Literation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang