Keadilan dan Kegelapan bagian 2

8 0 0
                                    

*Ting tong

Bel telah berbunyi, pertanda kelas telah berakhir. Kata orang, masa muda adalah masa yang penuh gairah, semangat, dan tantangan. Anggapan itu cenderung mendekati kebenaran. Buktinya ketika pulang sekolah, siswa-siswi SMA melakukan kesibukan lainnya seperti ekstrakulikuler, organisasi, dan olahraga. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang langsung pulang ke rumah dan Aji termasuk diantaranya.

Sebenarnya, Aji tipikal orang yang introvert. Namun, ia ingin bersosial dengan baik. Kendala yang ia hadapi ialah cara agar dapat mencintai orang lain. Tentunya, ini bukan cinta dalam hal perasaan akan lawan jenis, tetapi ini cinta  universal atau berlaku untuk semuanya. Sangat sejalan dengan perannya sebagai S. Menciptakan keadilan.

Baginya manusia ialah makhluk yang sangat rumit. Tentunya bukan karena bejutaan sel yang ada di tubuhnya, tetapi karena perasaan yang dimilikinya. Manusialah makhluk yang dapat membenci dan mencintai tanpa alasan. Oleh karena itu, Aji senang menyendiri daripada melakukan hal-hal merepotkan dengan manusia. 

“Terima kasih… Pak Guru.”

Pak guru segera meninggalkan ruangan dengan tas kecil dibawanya. Di sisi lain, Aji sedang merapikan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Sudah hal yang rutin, ketika guru akan meninggalkan kelas, ia segera mengemasi barang-barangnya.

Tanpa berkata sepatah kata pun, ia pulang ke rumah. Perlahan-lahan dengan langkah kaki yang teratur, ia berjalan menuju gerbang sekolah.
Untuk menuju gerbang sekolah, siswa-siswi harus berjalan melewati aula sekolah. Di aula sekolah, tiba-tiba jantung Aji berdegup kencang. Atmosfer aula sekolah berubah seketika. Aji merasa seperti ditekan oleh aura yang tangguh.

Orang itu, apakah dia adalah siswa baru yang dimaksud? Aku seperti pernah bertemu dengannya. Tetapi, entah dimana aku lupa. Aduh…. Kenapa kepalaku sakit sekali.

Ingatan-ingatan masa lalu yang samar mulai bermunculan menyapa otaknya. Seolah-olah ada memori yang hilang darinya. Namun, seiring waktu berjalan sakit kepala yang ia alami hilang.

Menurut aji, perubahan ini disebabkan oleh orang yang berjalan berlawanan dengannya. Orang itu begender lelaki, berambut putih, dan berjalan bungkuk. Tatapan dan pandangan orang itu sungguh berbeda, lurus dan kosong. Sekilas, ia tampak bodoh dengan senyumnya yang tak beralasan. Tapi, Aji tidak meragukan kemampuan otaknya tanpa alasan yang jelas. Ia merasa lelaki itu adalah salah satu orang gifted. Meskipun, ia hanya melihat secara sekilas.

Gifted ialah anugerah untuk orang yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. Orang yang diberikan julukan gifted sangat tidak cocok ketika berada di lingkungan sekolah. Karena orang-orang seperti ini tidak mampu beradaptasi ketika berada dikelas. Seharusnya, orang-orang dengan kemampuan seperti ini mendapatkan penanganan khusus ketika belajar. Karena terkadang, mereka mengajukan pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab oleh guru-guru pada umumnya.

Saat lelaki itu berada dibelakang Aji, mereka berhenti seperti adegan dalam sebuah film. Aji perlahan menoleh kebelakang. Tanpa ia sadari, orang itu telah melakukan hal yang sama. Akhirnya, kontak mata pun terjadi. Sebuah kontak mata yang sangat dramatis. Tidak ada yang menyangka akibat yang timbul dari sebuah kontak mata. Seakan-akan kilatan putih menyambar mereka berdua.

Benda-benda yang ada disekitar, seolah-olah hilang, lenyap, dan terabaikan. Dunia benar-benar terasa kosong dan hampa. Mungkin, mereka akan sesak napas ketika berada dalam kondisi ini dalam jangka waktu yang lama. Sungguh menyeramkan suasana ini. Siapa yang menyangka hal seperti ini terjadi.
Setelah mereka berkontak mata sekitar beberapa detik, Aji menyalaminya dan lagi-lagi orang itu pun melakukan hal yang sama. Seolah mereka adalah cerminan diri mereka masing-masing.

“Selamat Siang….. Saya Aji.”

“Selamat Siang…. Saya Alf.”

Alf menjawab dengan suara dan wajah yang datar. Kejadian itu sungguh menggelikan. Bagaimana tidak, mereka berdua mengatakan namanya secara bersamaan. Seolah-olah batin mereka menjadi satu atau saling berkaitan.

Tangan ini sungguh dingin. Apakah dia manusia?? Perasaan ini, seolah-olah aku pernah bersalaman dengannya. Tapi, dimana aku bertemu dengannya. Baru kali ini, aku merasakan hal aneh seperti ini.

Tanpa berbasa-basi, Alf melepaskan genggamannya dan membalikkan badannya. Ia segera meninggalkan Aji tanpa suatu kata yang keluar dari mulutnya selain perkenalan tadi.
Sepertinya akan terjadi sebuah pertarungan sengit diantara mereka berdua.

Entah 2 atau 3 bulan yang akan datang. Tidak ada seorangpun dapat memprediksinya. Dari penampilannya, Alf bukanlah orang yang mudah ditebak. Apa yang ia pikirkan tidak sesuai dengan perilakunya.

Pertemuan dengan Alf membuat Aji menghela napas dalam-dalam. Seketika pikirannya dipenuhi oleh namanya. Bukan karena jatuh cinta, tetapi khawatir akan kejadian yang tak terduga.
Mulai sekarang, aku harus waspada. Bisa-bisa posisiku tidak aman.

S : Pertarungan BermulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang