Keadilan dan kegelapan bagian 6

8 0 0
                                    

Click….click…
Suara cetikan mouse terdengar memenuhi ruangan. Rupanya, suara itu ulah S yang sedang sibuk dengan kasusnya.
Bunyi notifikasi muncul. Tanpa berpikir panjang, S membukanya. Benar sekali, pesan itu dikirim oleh tuan Mura.
Ah… tuan Mura pasti sudah menemukan sesuatu.
“S, saya menemukan fakta menarik. Pegawai tersebut mengenakan topeng ketika foto pegawai dan ia bernama Rue.”
“Pastinya, pegawai ini sangatlah orang yang menarik bagi korban. Terima Kasih, tuan Mura.”
“S, di ruangan kerja Steve, aku menemukan sebuah buku yang berjudul S. Dan ketika aku membukanya, halaman pertamanya bertuliskan, ‘Besok aku akan melakukan pembunuhan yang kedua.’ Seperti itulah kira-kira. Apakah mungkin petunjuk itu mengarah ke nama atau lokasi korban selanjutnya?”
“Ya, bisa jadi.”
Begitu ya, jadi kamu benar-benar akan bermain-main denganku, R.
S hanya tersenyum mendengar perkataan tuan Mura. Wajahnya tidak akan pernah bohong. Ia sungguh menikmati kasus ini, seakan-akan sedang bermain game. Tetapi, game ini benar-benar nyata. Mereka tidak bisa mereload hasil pencapaian , tidak bisa memperbaiki kesalahan, dan tidak bisa memutar kembali waktu. Inilah game yang dimainkan para monster.
Game yang berakibat pada semua orang. Entah itu orang bersangkutan atau tidak. Semua orang yang tidak tahu apa-apa, selama mereka didekat monster-monster ini. Besar kemungkinan mereka terlibat dalam game ini. Bahkan, mereka yang terlibat bisa menghilangkan nyawanya sendiri. This is Death game.
“Tuan Mura, bisakah saya melihat hasil jepretan anda?”
Segera tuan Mura mengirimkan foto yang ia peroleh di perusahaan Steve.
“Maaf tuan Mura, anda kalah cepat dengan R.”
“Apa maksudmu?”
Tuan Mura terkejut dan terheran-heran. Sangat aneh jika S berkata demikian hanya dari melihat foto.
“Kertas biodata yang anda foto, masih terlihat bagus. Sangat beda dengan yang lainnya. Kemungkinan terburuknya, R telah mengganti biodata dan fotonya beberapa saat yang lalu.”
“Ah… sial. Kamu benar, S.”
Tuan Mura sependapat dengan S. Ia juga merasakan sendiri tekstur kertas biodata dan tinta tersebut. Teksturnya halus, terasa masih baru. Sepertinya, mereka harus bergerak lebih cepat untuk menemukan R.

Tatapan itu mengheningkan seisi ruangan. Seolah tidak ada suara lain, kecuali suara tombol mouse. Hingga pukul 22.00, S belum memecahkan clue yang diberikan R. Matanya benar-benar terjaga, tidak ada tanda-tanda kantuk, kecuali lipatan-lipatan kantung mata yang menghitam. Dari sekian kasus yang dihadapi, baru kasus ini yang menantang.
Kode apa ini? Baiklah, akan aku selesaikan kode ini.
Kali ini, S mencoba menyederhanakan kode itu dengan menghilangkan tanda kurung. Dari sinilah, ia menemukan paduan angka dan huruf yang tidak asing.
Sepertinya, aku pernah melihat. Tapi…
S mencoba mengingat-ingat pola-pola abstrak itu. Ia mencoba dengan menggabungkan antara kode yang disederhanakan dengan papan catur itu.
Tunggu dulu, ini seperti… Aku tahu… aku menemukan hubungan semua ini… Tidak salah lagi…
“Tuan Mura?”
“Ya, S.”
“Tuan Mura, saya sudah memecahkan kasus ini. Petunjuk yang pertama ialah papan catur.”
“Apa maksudmu dengan papan catur?”
“Papan catur hanyalah media untuk memecahkan kode yang ada di tubuh korban. Pastinya, itu bukan kode matematika. Tapi, itu ialah kode langkah catur.”
“Maksudmu, jika itu terjadi, kita akan mendapatkan Seperti itu?”
“Ya benar sekali, seperti lampu, dalam papan catur dapat diandaikan hitam sebagai lampu mati, angka 0. Dan putih sebagai lampu hidup, angka 1.”
Analisis yang hebat, tidak salah orang menyebutnya detektif yang hebat. Untuk anak seusia S, aku rasa ini hal yang mustahil dilakukannya. Sungguh luar biasa.
“Lalu, apakah maksudmu itu menghasilkan suatu bilangan biner?”
“Ya, setelah itu jika anda mengonversikan ke dalam bentuk desimal, maka anda akan menemukan angka 11037.”
“Angka apa itu?”
S terdiam, tentu ia belum menemukan maksud dari angka itu. Banyak kemungkinan jenis angka yang terdiri dari susunan itu. Mungkin, itu bisa diartikan alamat rumah. Tetapi, rumah siapa yang memiliki angka sebesar itu.
“Jujur, tuan Mura. Aku belum menemukan petunjuk dari ‘11037’.”
S pun membaringkan badan dan menutup matanya sejenak. Ia terus berpikir dan berpikir, mencari tahu angka yang tepat untuk ‘11037’.
Angka yang rumit. Menyebalkan. Tetapi, aku tidak akan kalah. Aku pasti menemukannya. Lihat saja, R.

S : Pertarungan BermulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang