BENO baru saja selesai menemani Ibunya ke Mall. Beno duduk di sofa ruang tamu, menghela napas lelah. Kini tubuh Beno sepenuhnya memenuhi sofa, tiduran sembari memakan setoples kacang garuda.
Kakinya terasa mau copot, karena sepulang sekolah tadi Ibunya meminta menemani pergi ke Mall. Apalagi Ira, Ibu Beno mengajaknya ke pusat kecantikan. Takutnya Beno khilaf aja gitu. Apalagi Ira tadi sangat lama sekali mengajaknya berkeliling Mall.
Kalo mau nanya, ciwi-ciwi kalo ke Mall itu lama ya?
Kaka tertua Beno datang lalu mengambil duduk disebelah Beno yang tiduran di sofa. Masih menggunakan baju tidur. Ketahuan banget kalau kakanya ini baru bangun tidur.
"Apaan nih?" ucap Beno bingung. Tiba-tiba saja kaka perempuannya ini memberinya uang limapuluh ribuan.
Lili menatap adik cantiknya, lalu tersenyum sumringah, "Beliin gue softex, kembaliannya ambil aja gue baru gajihan," ucap Lili enteng mengambil toples kacang garuda.
Beno bangun lalu menatap kakanya tidak percaya.
"Kalo bercanda kelebihan lo kak," ujar Beno tidak terima, mengambil alih toples berisi kacang garuda dari pangkuan Lili.
"Gue serius. Persedian softex selusin abis," kata Lili santai. Dia melipat kakinya di atas sofa.
"Gak mau gue! Mau ditaroh dimana wajah gue kak! Masa lakik kaya gue beli softex. Dikira lekong ntar gue," sahut Beno sewot. Inilah derita menjadi anak paling bungsu, selalu disuruh-suruh.
"Wajah lo gak usah taroh dimana-mana," ucap Lili tanpa beban.
"Yang wajar dong kak kalo mau nyuruh orang. Beliin teh kek, atau lo minta nyuruh beliin martabak goyang. Mau lah gue,"
"Terus gue nyuruh siapa dong? Kan laki gue lagi kerja?"
"Beli sendiri lah!" tolak Beno mentah-mentah.
Lili mendekatkan wajahnya, lalu mengedipkan matanya sebelah. "Hayulah adik ku yang cantik. Orang-orang gak bakalan ngira lo lekong kalo beliin softex gue. Kan wajah lo kayak cewek." Lili menjauhkan wajahnya, lalu tersenyum jahil, "paling-paling lo ntar diginiin 'Mba mau softex sayap apa enggak', Bhahaha."
Lili tertawa puas. Menjahili dan menistakan adik paling bungsunya memang menjadi hiburan tersendiri.
Beno mendelik, memberikan tatapan garang kepada Kakanya. Susah jadi anak paling bungsu. Selalu dia yang menjadi sasaran candaan kakanya.
Lili menghentikan tawanya, "Mau ya Beno. Gue beliin bola basket baru gimana? Kan bola basket lama lo udah buluk?" tawar Lili, matanya mengerling. Beno itu paling bisa diluluhin hatinya kalo masalah bola basket. Jurus andalan Lili lah pokoknya.
Beno menoleh. Menimang-nimang tawaran kakanya. Ada bagusnya, lagian bola basket Beno udah expired. Tidak layak pakai lagi.
"Hmm. Oke deh. Kembaliannya buat gue," Beno merebut uang dari tangan kakanya. "Sayap, atau enggak nih?"
"Jangan yang sayap. Ntar gue terbang lagi, kan bahaya. Ntar laki gue nangis kejer nyariin gue," sahut Lili kelewat pede.
Beno berlagak seperti orang mau muntah. Memutar bola matanya. Heran, ternyata orang waras macam Kak Arga malah menikahi kakanya Lili yang otaknya kadang geser.
"Nyantet didukun mana kak? Heran gue ada orang sewaras Kak Arga mau sama lo," ledek Beno sambil geleng-geleng kepala.
"Gue jago tendang orang sampai Mesir loh Ben?" ancam Lili sembari mengangkat satu kakinya, hendak menendang Beno.
Beno tertawa ngakak melihat reaksi Lili. Segera menjauh dari ruang tamu sebelum Lili benar-benar akan menendangnya ke Mesir.
Ia menaiki anak tangga, mengambil jaketnya yang ada dikamar sekaligus mengambil masker buat jaga-jaga. Firasatnya mengatakan akan ada kejadian yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cocan Meet Cecan
Fiksi RemajaDi sarankan follow dulu sebelum baca! Ini bukan cerita cinta antara cewe badgirl dan cowo badboy. Hanya mengisahkan jalinan cinta antara Cowo Cantik dan Cewe Cantik. Kisah putih abu-abu antara Beno dan Caca. Dimana pertemuan mereka hanya dihiasi pe...