Jangan Pernah Berubah

28.7K 1.6K 20
                                    

Happy weekend!
Enjoy!
❤️
.

"Bara... Ugh!" sial, sejak tadi Bara hanya bermain-main ditubuhku. Dia berlama-lama menyapa seluruh tubuhku. Padahal aku sudah menunggu menu utama untuk yang kesekian kalinya.

Bara memuja tubuhku dengan pujian dan kenikmatan yang tiada tara. Sampai-sampai aku terbakar akan kenikmatan yang dia ciptakan. Membuatku lidahku kelu, aku bahkan tak dapat mengatakan apapun.

Yang keluar dari mulutku hanya desahan.

"Sayang." Bisik Bara sambil merengkuhku kembali dalam pelukan. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku. "Aku... Aahhh."

Aku tersenyum dalam hati saat Bara melengguh nikmat mendapati aku yang kini berpindah keatasnya. Kini, aku mulai belajar menjelajahi tubuhnya. Menghisap rahang hingga turun ke lehernya.

Aku berusaha melakukan hal yang sama pada apa yang dia lakukan padaku tadi. Aku menjilati rahang tegasnya dengan tangan yang bermain membelai tubuhnya.

"Bara, aku buat cap tanda kepemilikan di leher kamu, biar orang-orang tau kamu udah ada yang punya." Bisikku ditelinganya setelah aku menghisap kuat lehernya.

Bara hanya tertawa sambil memejamkan mata. Dia mengusap rambutku sedangkan aku masih bermain ditubuhnya. Sekarang barulah aku bisa benar-benar menyentuh perut Bara yang kotak-kotak itu, rasanya keras, sekeras Batu. Dimana dia buat yang kayak gitu ya.

Saat dia lengah, aku lari terbirit-birit menuju kamar mandi. Lalu menguncinya.

"Shit!" aku terbahak dialam kamar mandi mendengar umpatan suamiku.

Aku sengaja mengerjainya.

"SAYANG, please." Bara mengetuk pintu berkali-kali. Aku tersenyum dalam hati. "You have the heart to leave me in this condition?"

Aku terkikik tanpa suara. Lalu dengan perlahan membuka pintu. Shit, childish banget gue!

Bara memelukku. "Aku hampir kaya Kucing yang kelaparan terus ternyata santapanku dicuri anjing."

"Perumpamaan kamu gitu banget." Bara tertawa.

"Lanjut?" bisiknya.

Aku mengangguk.

"Jangan kayak anak kecil sayang. Aku merasa sedang meniduri anak SMP."

Aku mencibir. "Enak aja anak smp. Aku udah dewasa."

"Sekarang tunjukkan kedewasaan kamu. Dan tanggung jawab atas perbuatan kamu tadi." Bara kembali mengangkat tubuhku. Kali ini dia menggendongku seperti menggendong anak kecil. Kakiku melingkar di pinggangnya. Dan dia mulai kembali menyapa bibirku.

"I want you. More than you ever imagined."

Aku tersenyum. Dasar mesum. Bilang aja mau nuntasin nafsunya.

"Jangan kabur lagi kids."

"Don't call me kids."

"Kamu memang seperti anak kecil."

"Stop it. Atau gak ada jatah malam ini?"

Bara tertawa kencang. "Paling jago kalau urusan ancam mengancam."

"Aku minta maaf." bisik Bara lagi.

"Untuk?"

"Mungkin, kamu malam ini bakal begadang." Bara kembali mengecupi leherku. Turun menuju tulang selangka. Dia bermain di dadaku. Menghisap dan menjilatinya.

"Tubuh kamu juga sudah aku kasih cap tanda kepemilikan." Bisiknya. Aku hanya tertawa geli. Sambil memejamkan mata dan menikmati kembali sentuhan Bara. "Banyak lagi tandanya. Kalau mau keluar jangan pakai syal atau turtleneck untuk menutupinya. Biar saja orang tau kalau kamu sudah jadi milikku. Biar gak ada yang bisa merebut kamu."

Trapped In Marriage (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang