Banyak yang menjalin hubungan, tapi segelintir yang mengalami cinta.
***
Pakh!
Gadis yang berhadapan dengan pria berbadan kekar itu melempar uang yang ia pegang kasar. Sorot matanya tajam melebihi tatapan preman tersebut padanya. Ia merapatkan giginya hingga terdengar suara gertakan karena emosi yang melonjak dalam hatinya.
"Bapak ini tuh orang tua! Lagi pula dia kan sudah bilang kalau dia belum ada uang! Pungut tuh duit dan jangan ganggu pak tua ini lagi! Kalau nggak Rara akan lapor polisi!" gertaknya, tanpa ragu.
"Pftt.. BWAHAHAHAH.." tawa yang begitu kuat pecah oleh preman-preman tersebut. Hingga salah satu dari mereka meneteskan air mata mendengar gertakan Rara yang terdengar mengancam.
"Heh pak tua.. kau dibelain sama gadis kecil ini. Jangan lewatkan kesempatan ini pak tua, cepat lari sebelum kami berubah pikiran" ancamnya, menatap tajam pedagang yang segera mendorong gerobaknya menjauh sejauh-jauhnya dari kumpulan mereka.
Kini tinggal Rara seorang diri, masih ditatap dengan tatapan sarkas oleh ketua preman itu. Ia mengelilingi Rara yang masih berdiri di tengah-tengah mereka.
"Udah kan? Uang udah Rara kasih, sekarang Rara mau pulang" gadis itu hendak melangkah, namun si preman segera menahan lengannya.
"Hish! Nggak usah pegang-pegang!" bentak Rara
"Heh! Kami disini bukan hanya meminta uang, kalau ada gadis cantik yang menawarkan diri ya apa boleh buat. Hahahaha" Rara semakin menatap sebal. Berusaha melepaskan cengkraman tangan si preman namun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga lawannya yang lebih besar.
Tubuhnya mulai gemetar, ia meneguk salivanya berat. "Kenapa jadi gemetaran sayang? Tadi sok kuat banget tuh. Jadi makin bergairah lihat ekspresi kamu yang ketakutan itu" ketua preman itu menyeringai licik.
...
..
."Woe" mereka menoleh serempak, seorang pria muncul dengan Hoodie dongkernya, membawa sebuah senjata berupa senapan kecil atau pistol.
"Lepasin atau kepala kalian ilang saat ini juga" ancam pria itu, membelakangi cahaya hingga wajahnya sulit untuk dilihat.
"B-bos dia bawa senjata.." bisik anak buah si preman.
"Lepasin gua bilang! Denger gak?!" kesal pria misterius itu, mengacungkan pistolnya ke arah preman itu berdiri.
Sontak para preman yang awalnya ingin menyakiti Rara berhamburan pergi. Mereka berlari pontang-panting hingga salah satu dari mereka sempat terjatuh namun berhasil bangkit lagi. Pria misterius itu mendekati Rara. Wajahnya tertutup masker, membuat Rara sulit mengenali siapa dia.
Saat pria itu semakin mendekat, Rara memundurkan langkahnya. "Yop" pria itu membuka penutup mulutnya.
"Kak Diraaa!!!!" Rara memeluk Dira erat saat mengetahui bahwa pria misterius yang menyelamatkan dirinya adalah kakaknya sendiri. Gadis itu hampir meneteskan air matanya.
"Dapat darimana pistol itu?! Kakak pembunuh bayaran?" tanyanya polos.
"Enak aja! Ganteng-ganteng gini dibilang pembunuh anjir. Ini pistol air.."
Currr..
Dira tersenyum, Rara memeluknya sekali lagi. "Ngapain sih lu kesini sini segala. Udah tau disini pentolan preman. Sok-sok jadi pahlawan lagi. Coba gw nggak dateng, udah jadi tempe penyet lu" oceh Dira.
"Rara cuman ikutin jalan pintas yang biasa bibi lewatin. Tapi malah kesini. Untung aja kak Dira datang" lega Rara.
"Lain kali jangan coba-coba. Bibi itu mantan petualang, lu kan anak rumahan. Mana ngerti jalan-jalan terpencil kaya gini. Btw cowok lo mana? Nggak punya niatan gitu buat temenin lu balik?" Dira menyimpan pistol mainannya kedalam Hoodie dongkernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionNara Revitiari dan Diky Rivanno, sepasang kekasih yang tidak terlihat layaknya pasangan. Hubungan yang sudah mereka jalani selama 2 bulan itu terasa hambar, sama seperti sebelum mereka menjalin hubungan. Namun hal itu tidak membuat Nara menyerah unt...