BughBugh
Bugh
Gadis itu masih berada pada posisi awalnya, bersembunyi di balik sebuah kotak berukuran sedang. Dirinya dibuat bingung harus melakukan apa. Di Satu sisi, ia tidak akan tega melihat kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang tidak punya hati pada lelaki yang kini sudah jatuh tersungkur tepat di hadapannya.
Namun, jika ia gegabah bertindak seakan menjadi superhero yang tiba-tiba datang saat si korban butuh pertolongan, bukan tidak mungkin ia akan berakhir sama seperti lelaki itu.
Gadis itu, Windiana Azzahra atau kerap disapa Dian. Siapa sangka, dirinya yang baru pulang untuk menuju rumah sehabis menyelesaikan pekerjaannya, malah mendapat tontonan gratis, kekerasan yang dilakukan dua orang bertubuh kekar kepada seorang lelaki yang sepertinya sebaya dengannya.
Dian memberanikan diri bangkit dari persembunyiannya melepas kedua sepatu yang terpasang pada kaki miliknya, ia percaya Sang Pencipta akan selalu melindunginya. Dian membuka suaranya berteriak meluapkan emosi kepada orang tak berhati di depannya.
"Heii!!"
Tak lantas berdiam diri, Dian melemparkan kedua sepatu dengan hak 2 cm miliknya ke arah dua preman dengan sepenuh tenaga. Si preman tersungkur kesakitan karena sepatu milik Dian tepat mengenai mata dan kepalanya.
Dengan secepat kilat, Dian menarik tangan lelaki yang sudah terkulai lemas penuh lebam serta luka di wajah miliknya. Dian mengajak lelaki itu berlari, setidaknya menuju tempat yang lebih ramai dari gang kecil tempat mereka berada sekarang.
Dalam keadaan setengah sadar si lelaki menarik Dian memasuki sebuah minimarket yang masih terdapat beberapa orang di dalamnya. Tetapi, tiba-tiba...
Bruk
"Astagfirullah, Mas sadar Mas."
Lelaki itu ambruk di bawah kaki Dian, sepertinya ia sudah sangat kesakitan. Untungnya, dua orang lelaki penjaga kasir minimarket berinisiatif menghampirinya.
"Mbak, ini kenapa Masnya?" Tanya salah satu pekerja di sana.
"Mas, saya bisa minta tolong bawa Mas ini ke rumah saya? Rumah saya gak jauh dari sini kok." Pinta Dian kepada salah satu dari mereka.
Salah satu dari mereka mengiyakan permintaan Dian untuk membawa lelaki ini ke rumah Dian. Untungnya rumah Dian memang cukup berjarak dari rumah para tetangga, walaupun ia tahu tetangganya pasti akan menjadikannya bahan ghibah seandainya mereka masih ada yang terjaga di jam setengah sebelas malam. Toh niat Dian hanya ingin membantu, tidak ada niatan yang lain.
Setelah menyelesaikan kegiatannya mengobati luka pada wajah dan tangan si lelaki asing, Dian terpaku memperhatikan sosok dibalik topi hitam yang sekarang tengah tak sadarkan diri di atas sofa ruang tamu miliknya. Ia seperti mengenali wajahnya, otaknya terputar mencari jawaban siapakah sosok tersebut. Tapi Dian tak perduli, yang penting niatnya disini adalah membantu lelaki ini saja.
Dian melirik ke arah jarum jam yang menunjukkan angka 11. Mustahil jika ia harus menunggu lelaki ini bangun dari pingsannya, bisa-bisa ia yang tidak tidur. Dia tidak mau kantung hitam melingkari matanya besok.
Dian memutuskan untuk memasuki kamar dan mengunci pintunya, berjaga-jaga dengan sosok lelaki asing yg sedang tak sadarkan diri di atas sofa ruang tamu miliknya.
|W I T H 🖤|
Sepertinya niat Dian pergi dari rumah untuk berangkat kerja harus terhenti sejenak, lelaki asing yang semalaman tak sadarkan diri di rumahnya bangun terduduk di hadapan Dian yang juga duduk di seberang sofa yang ditempati si lelaki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love
RandomDengan cinta, Allah mempertemukan kita lewat suratan takdir yang tak pernah terduga Dengan cinta, Allah mengizinkanmu hadir sebagai penyempurna kekuranganku.. Dan Karena Allah yang memberi kita cinta, aku percaya bahwa dengan cinta kita dapat menjad...