"Gimana? Lewat jendela belakang. Fiks gak ada bantahan."
"Kamu gila ya? Jendela belakang itu lumayan tinggi, enggak-enggak."
"Terus lu mau nunggu disini sampe lumutan, iya? Lu gak ngeliat sebanyak apa wartawan didepan?." Ketus Gavin.
Dengan terpaksa Dian menuruti usul Gavin melewati jendela belakang. Dian memandang khawatir pemandangan di bawahnya, ayolah, bisa retak tangannya kalau sampai jatuh kebawah. Sementara Gavin ternyata sudah mendarat terlebih dahulu di bawah.
"Woi cepetan ini keburu ada yang ngeliat, abis kita." Panggil Gavin dari bawah. Gavin mengalihkan pandangan ke sekitar, memastikan tidak ada yang melihat acara kabur mereka tapi tiba-tiba
Bruk
"Uhuk-uhuk. Minggir lu dari badan gua, cepet."
Bagaimana bisa gadis itu dengan seenak jidatnya melompat turun dan mendarat di punggung Gavin, hancur-hancur lah badannya mungkin, untung gadis ini tidak terlalu berat, walaupun punggungnya terasa nyeri karena pendaratan tiba-tiba yang dilakukan Dian.
"Itu Gavin sama pacarnya di belakang, ayo kita datengin." Teriak salah satu wartawan yang berhasil menemukan keberadaan Gavin dan Dian.
"Aduh ayo cepet-cepet lari, kita ketauan itu."
Dian bangkit dan secepatnya menarik tangan Gavin. "Dimana manajer kamu?" Tanya Dian dengan nafas terengah-engah. Gavin menunjuk mobil suv putih yang berada beberapa meter didepan mereka berdua. Secepat kilat mereka berlari diikuti para wartawan di belakang mereka.
Gavin sudah berhasil masuk ke mobil. Sayangnya, ketika masuk ke mobil, tangan Dian ditarik oleh salah seorang wartawan yang sudah berdiri di pintu masuk mobil. Gavin dengan bersusah payah ikut menarik tangan Dian yang sudah berada di dalam mobil. Untungnya tenaga Gavin memang lebih besar daripada wartawan itu, Dian akhirnya tertarik ke dalam mobil dengan posisi wajah tepat berada di depan wajah Gavin serta satu tangannya yang masih dalam genggaman Gavin dan satu tangan Dian yang berpegangan pada kursi mobil. Dan terjadilah acara tatap menatap antara mereka berdua. Sialnya, momen tersebut sempat diabadikan oleh salah satu wartawan yang tentu akan menyebarkan berita terbaru lagi tentang mereka.
Manajer Gavin yang duduk di kursi depan berdehem membuat Gavin dan Dian kaget lalu saling menjauh.
"Itu manajer kamu?" Tanya Dian pada lelaki yang duduk jauh di sampingnya.
"Kenalin, aku Hana, manajernya Gavin." Ucap Gadis yang merupakan manajer Gavin tersebut. Dian cukup tak percaya, bagaimana seorang Gavin dengan 1001 imej negatifnya ternyata memiliki manajer berhijab yang terlihat begitu baik.
"Saya Dian." Jawab Dian singkat.
"Kita bahas soal ini begitu sampai ya!"
"Gak bisa. Saya harus kerja, nanti pulang dari kerja baru saya bisa bahas soal ini." Jawab Dian kepada Hana, manajer Gavin.
"Gua juga ada rekaman jam 9, Han." Sambung Gavin.
Mereka mengantar Dian terlebih dahulu ke tempat kerja, khawatir jika Dian akan diserbu para wartawan di tempat kerjanya. Dian yang fokus ke handphonenya membaca berita-berita menyebalkan tentang dirinya dan Gavin beberapa waktu lalu menoleh kearah Gavin yang sedang meringis.
Tidak lama, mereka tiba di tempat kerja Dian. Benar saja, kantor Dian sudah di tunggu banyak wartawan. Dian memilih masuk lewat pintu belakang diikuti Gavin yang mengantarkannya ke dalam. Ketika tiba di ruang kerjanya, beberapa rekan kerja Dian begitu kaget mendapati Dian diantar oleh rapper terkenal.
"Inget, pulang lu kerja masih ada yang harus dibahas." Ujar Gavin datar. Dian mengangguk lalu masuk ke ruang kerja diikuti tatapan kepo para karyawan di tempat kerjanya, sepertinya Dian harus bekerja keras menjelaskan kepada rekan-rekannya.
|W I T H 🖤|
"Sorry agak telat, Gavin ntar nyusul selesai rekaman." Ujar Hana menghampiri Dian yang sudah duduk menunggu dengan es kopi yang sudah tersisa separuh.
"Soal berita-berita itu, kayanya kita gak bisa minta mereka berhentiin beritanya gitu aja." Mendengar pernyataan gadis cantik manajer Gavin itu, Dian menghela nafas lesu.
"Gue punya usul kalau loe mau ikutin. Ini usul satu-satunya yang paling baik buat kalian berdua."
Dian yang masih asik menyeruput es kopinya mengangkat sebelah alis seolah bertanya usul apakah itu?
Dengan wajah serius, Hana terdiam sebentar lalu menjawab pertanyaan Dian.
"Loe taaruf beneran sama Gavin."
Pfft
Beruntung sekali Hana sempat menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena ia tau pasti hal ini akan terjadi. Dian mengelap mulutnya berkedip bingung.
"Enggak! Aku memang mau taaruf, tapi ya sama orang baik-baik. Bukan orang yang model Gavin begitu!" Sewot Dian tak terima dengan usul Hana.
"Gue serius, Dian. Gavin gak seburuk fikiran loe kok. Ayolah, bantu Gavin. Kalau loe terima hal ini, nama Gavin yang buruk mungkin bakalan berkurang di mata masyarakat."
"Itu salah dia sendiri, siapa yang suruh dia berbuat hal-hal buruk kaya gitu?" Jawab Dian ketus.
"Dian, Gavin itu di fitnah. Berita jelek itu dibuat sama orang-orang yang gak suka sama Gavin." Bela Hana.
"Gavin di fitnah salah satu model yang suka sama Gavin dan sempet jadi backdancer dia. Gue serius, Gavin gak pernah nyangkal berita-berita buruk itu karena dia sibuk ngurusin papanya di rumah sakit. Mana sempat dia ngurusin hal-hal kaya gitu." Jelas Hana panjang lebar, sementara Dian masih terdiam memproses fikirannya.
"Maaf kalo mungkin gak profesional, tapi jujur Gue itu sepupu Gavin, gue kenal dia dari kecil. Dia gak pernah berbuat aneh-aneh. Dia di fitnah sana-sini sampai digebukin orang pun dia gak perduli. Gavin itu baik, dia sayang banget sama papanya yang lagi koma. Kalau loe gak percaya, gue bisa anterin loe ke tempat papanya sekarang."
Dian masih tenggelam dalam fikirannya, dalam hati, ia sedikit ragu. Gadis berhijab di depannya ini mana mungkin berbohong, tanggungan di hijab yang dipakainya itu berat.
"Kali ini aja gue minta tolong, gue gak tega ngeliat Gavin yang imejnya udah jelek. Kalau loe mau bantuin Gavin pasti semua bakal berbeda, percaya gue."
"Gak usah dipaksa kali, kalo dia emang gak mau." Ujar Gavin yang mengambil tempat di samping Hana dan menyeruput minumannya.
"Oke, saya coba."
"Uhuk-uhuk, yakin lu? Kita bahkan belum 24 jam kenal." Ujar Gavin terkejut.
"Serius? Alhamdulillah, seneng banget gue aduh. Akhirnyaa, Oke besok pagi kita adain konferensi pers tentang hubungan kalian ini. Jadwal gue gak padet-padet banget mulai besok, bisa deh gue kencan sama Ibra." Ujar Hana.
Sementara Dian dan Gavin saling menatap menjelajahi pikiran masing-masing, ini pasti akan berat bagi mereka berdua.
|W I T H 🖤|
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love
RandomDengan cinta, Allah mempertemukan kita lewat suratan takdir yang tak pernah terduga Dengan cinta, Allah mengizinkanmu hadir sebagai penyempurna kekuranganku.. Dan Karena Allah yang memberi kita cinta, aku percaya bahwa dengan cinta kita dapat menjad...