"hiks..."
Eren mengusap matanya kasar. "Udah ah Ren." Jean menepuk - nepuk punggung Eren pelan. "Kasihan itu, baju Mikasa basah kena ingus lu sama air mata lu." Lanjutnya.
"Berisik! Hiks..." Eren yang sedang dipelukan Mikasa menepis tangan Jean.
"Gue ga keberatan." Ujar Mikasa. "Ya iya, kan Eren mungil gitu." Jawab Jean. "Maksud Mikasa ga masalah kalo baju dia basah, kuda!" Hanji menggeplak kepala Jean.
"Iya maap, canda."
Eren udah nangis dari sekitar tiga puluh menit yang lalu di pelukan Mikasa dan mungkin sekitar sejaman bersembunyi di bawa tangga darurat kampus sampai melewatkan MaKul-nya.
Siapa yang tidak malu ketika terciduk membaca artikel memalukan didepan gebetan dan orang banyak?
Malu banget, sampai Eren ngerasa harga dirinya udah sepenuhnya terinjak - injak.
Eh tunggu? Apakah saya mengatakan gebetan?
"Gue harus masuk kelas berikutnya." Kata Jean sambil memandangi jam tangannya. "Mikasa, lu juga kan?"
"Gue sama Eren aja." Jawab Mikasa. "Mana bisa, kita kan presentasi sekarang." Jean mengingatkan. Mikasa menatap Eren, "haa..." Menghela nafas.
"Maaf ya Eren." Mikasa melepaskan pelukannya. "Uhh..." Eren cemberut. "Kalian mau ninggalin Eren?" Tanya Eren. "Kita ada MaKul, Ren." Jawab Jean mewakili Mikasa.
"Armin?" "Maaf, hari ini Erwin-san izin, aku menggantikannya." Jawab Armin yang memang menjadi asisten dosen Erwin.
"Ha-" "-ku bisa ditendang sama iblis karena tidak datang saat presentasi." Potong Hanji.
"Kok sibuk semua?" Tanya Eren. "Maaf ya Ren."
"Jahat ih!" Pekik Eren.
"Ren!" Eren segera menuruni tangga, tidak peduli teriakan teman - temannya. "Gezz... Eren masih suka bertindak seperti bocah." Ujar Jean. "Jadi bagaimana?" Tanya Armin.
"Yasudah, nanti juga membaik."
•
"Nyebelin! Ga ada yang sayang Eren!" Eren duduk diatas kloset yang tertutup, menyembunyikan wajahnya di lutut.
Matanya masih merah, suara sesenggukan terkadang terdengar. "Tok...tok..." Pintu bilik toilet yang Eren tempati diketuk.
"Yang lain kosong kok." Jawab Eren. Ketukan masih terdengar.
"Ih Yang lain kosong! Aku sedang sakit perut! " Eren mulai menaikkan suaranya, kesal.
Sekali ketukan lagi. "IH APA SIH!?" Pekiknya sewot bagaikan cewek yang PMS.
"Ini aku." Suara yang membuat Eren tersentak. Suara kunci pintu yang diputar serta pintu yang dibuka terdengar sangat cepat.
"Kakak~" Eren memeluk sosok yang didepannya. "Ada apa, Hm? Kok marah - marah di toilet?" Tanya remaja didepannya. "Uhh... Teman - temanku meninggalkan ku demi MaKul..." Curhat Eren.
"Yah wajar kan, lagian kamu sendiri bukannya ada MaKul juga? Kenapa bolos?"
"Uhh... Gamau! Ga mood!" Balas Eren. "Mao curhat!" Lanjut Eren.
"Yaudah, ke kafe baru itu yuk." Ajaknya. "Yang diseberang kota itu?" Tanya Eren. Si pirang menganggguk. "Aku traktirin."
"Wah! Ayuk!" Kata Eren semangat.
Si pirang hanya tertawa melihat reaksi Eren. "Yasudah, sana cuci tangan." Katanya. "He?"
"Tadikan katanya lagi sakit perut? Udah ce-"