Sasuke mengacak rambutnya dengan kasar. Pikirannya kacau dan kalut. Bagaimana bisa seseorang hampir membunuh dirinya sendiri demi menolak bercerai dari seorang bajingan.
Lampu ruang operasi mati. Tsunade keluar dari tempat itu.
"Sasuke-san, kita bicara di ruangan saya"
Sasuke mengikuti dengan pasrah. Entah mengapa hatinya berharap Sakura baik-baik saja.
"Silahkan duduk"
"Terima kasih. Bagaimana operasinya?"
"Baik, semuanya lancar" Tsunade duduk " Sakura baik-baik saja, tapi"
"Tapi apa? Apa yang salah?"
"Maafkan kami, anak anda tidak selamat. Benturannya terlalu keras dan kehamilannya masih terlalu muda"
Sasuke membeku, pupil matanya membulat "Anak? Sakura hamil? Sudah berapa bulan?"
"Kalian pasangan terlucu. Ekspresi Sakura juga sama saat mengetahui dia hamil" Tsunade terkekeh.
"Ehem, Sasuke-san, maafkan aku tidak bisa menyelamatkan anakmu. Kuminta jagalah Sakura karena dia pasti syok berat. Dia terlihat bahagia saat melihat hasil USG pertamanya"Tsunade bangkit lalu menepuk pundak Sasuke yang membeku. "Dia akan dipindahkan segera ke ruang rawat. Tunggulah sebentar" ujar Tsunade sambil berlalu.
Detak jantung Sasuke terasa berhenti. Napasnya terasa berat mengingat berapa kasarnya dia sebelum kecelakaan itu.
"Kau hamil Sakura? Kejadian waktu itu membuatmu hamil Sakura? Kenapa tak bilang padaku? Kenapa membuatku jadi orang sangat jahat dengan menyakitimu dan anakku sendiri?"
Sasuke menutup wajahnya, air matanya mulai menggenang."Aku membencimu, tapi bukan berarti aku tak berdosa menyakiti anakku sendiri. Sakura, maafkan aku" Sasuke nelangsa. Air mata mengalir turun di pipinya.
Bagi Sasuke, seberapa bencinya dia pada Sakura, tidak sepantasnya dia menyakiti anaknya sendiri.
Sasuke berjalan gontai keluar ruangan Tsunade saat dilihatnya Sakura keluar ruang operasi. Dia mengejarnya, mengikuti masuk ke ruang perawatan.
Sakura tampak tertidur lelap. Kepalanya diperban, masker oksigen ia kenakan. Sasuke beringsut mendekatinya sesaat setelah para perawat keluar. Dengan ragu, Sasuke mengambil tangan Sakura lalu digengamnya.
"Sakura, maafkan aku" Sasuke menunduk, matanya basah. "Segeralah sadar, aku berhutang maaf padamu" Lidah Sasuke tercekat. Tubuh Sakura ringkih sekali. Wajahnya pucat, mengingatkan Sasuke pada memar yang selalu dia torehkan di pipi yang kurus itu.
"Bukannya saat sekolah dia lebih berisi? Kenapa pipi itu jadi sekurus ini?" Sasuke membelai pipi Sakura.Sejujurnya Sasuke tak tau apa yang membuatnya belakangan enggan berlaku kasar pada Sakura. Dia sudah bertekad untuk menikahi Karin, tapi belakangan dia bimbang pada Sakura. Wanita yang terbaring itu telah menyentuh tepat di jantung Sasuke tanpa dia sadari. Sasuke tak tau apakah dia mulai mencintai Sakura belakangan, tapi dia ingin mati melihat Sakura terbaring tak bergerak.
Sasuke menengadah. Sepertinya ada yang telah berubah pada perasaannya. Sasuke menangis, dia diliputi penyesalan.
****
Sasuke terbangun saat pintu kamar terbuka. Ino tampak masuk dengan kilatan amarah di matanya.
Sasuke berdiri. Tatapan dingin menelanjangi dirinya.
Plak
Sebuah tamparan mendarat di pipi Sasuke. Matanya membulat, gadis ini berani sekali menamparnya.
"Kau pembunuh" lirih Ino
Sasuke membeku. Lidahnya tercekat saat kata "pembunuh" menyapa pendengarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
Fanfiction- Kadang cinta yang menyakitimu akan membuatmu jadi lebih kuat- Dia yang sudah cukup bersabar pada onyx yang mematikan harus menyerah. Dia akan bangkit untuk menapaki jalannya yang sudah lama tertinggal Warning!! 18+ (alur cerita, konten, bahasa) M...