Rencana

14 0 0
                                    

3 bulan kemudian…
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semesteran.  Zahra berangkat sekolah bersama ayahnya, tak lupa sebelum berangkat sekolah ibunya  selalu menyiapkan sarapan.
"Zahra, sarapan dulu, " ucap Ibu sambil menyiapkan sarapan.
" Iya bu sebentar, " jawab Zahra sambil merapikan tempat tidur nya.
" Ayo cepetan keburu dingin nih, " sahut Ibu dengan nada tinggi.
" Iya bu Zahra datang.”
Sesampainya di meja makan," Waah keliatan nya enak bu, " ucap Zahra  yang melihat telur dadar dengan hiasan kecap diatasnya  diatas meja.
" Iya dong Zahra, masakan ibu pasti enak, " sahut Ayah.
Meskipun serba kekurangan, namun mereka tetap bersyukur karena hari ini mereka masih bisa sarapan bersama. Bagi Zahra dalam keadakaan apaun asal selalu berkumpul bersama itu adalah hal paling membahagiakan dan harus disyukuri. Setelah sarapan Ayah langsung bersiap-siap pergi bekerja.
Dimeja makan Zahra dan kedua orang tuanya, sibuk membahas tentang sekolah lanjutan untuk Zahra setelah lulus SMA nanti. Mimpinya yang ingin meniti karir di Negeri Sakura itu didukung oleh kedua orang tuanya, meskipun Zahra berasal dari keluarga yang sederhana.
Kepandaiannya di sekolah, membuat dirinya optimis dapat mencapai cita-citanya selama ini. “Aku yakin, aku pasti bisa mencapai cita-cita aku bu,” ucap Zahra meyakinkan Ibu dan Ayahnya.
“Iya Nak, ibu dan ayah selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu ya.”
Jam sudah menunjukan pukul 7, Zahra langsung bergegas berangkat kesekolah. "Bu Zahra berangkat dulu ya, Assalamualaikum, " ucap Zahra sambil mencium tangan ibunya.
Sesampainya disekolah, Karin langsung menghampiri Zahra dikelasnya. “Zahra aku mau kasih tau kamu sesuatu nih.”
“Wah apaan tuh?” tanya Zahra penasaran.
“Jadi minggu depan kita ada kumpul-kumpul sama rohis.”
“Hari minggu aku gak bisa, aku ada kajian Karin dan aku gak mau izin.”
“Yah kamu gak ikutan dong?”
“Ya mau bagaimana lagi? Minggu aku gak bisa, kalau mau hari sabtu pagi baru bisa.” Jawab Zahra dengan pasrah.
“Ya udah deh nanti kita atur jadwal lagi ya biar kamu bisa ikutan.” Ucap Karin penuh harap.
Zahra tidak pernah mau menggunakan waktu kajiannya untuk urusan duniawi. Meski dirinya disibukan dengan tugas sekolah, gadis manis itu selalu menyempatkan diri dengan urusan untuk bekalnya diakhirat kelak. Karena sejatinya hidup di dunia hanya lah sementara, dunia adalah tempat untuk mempersiapkan bekal hidup di akhirat kelak.
***
Saat bel istirahat, Karin menanyakan bagimana hubungan sahabatnya itu dengan kakak Himma idamannya. “Oh ya hubungan kamu sama Kak Rahmat gimana?”
“Hmm baik-baik aja kok, Cuma kita belum bisa komunikasi lagi. Dia lagi ada urusan soalnya.”
“Tapi tadi malam Kak Rahmat nitip salam buat kamu. Dia ngasih tau aku kalau kamu harus jaga diri baik-baik.”
“Waalaikumsalam, iya makasih ya Karin udah menyampaikan.”
Selama Zahra dan Kak Rahmat tidak bisa berkomunikasi, Karin lah yang menjadi perantara mereka berdua. Zahra sangat bersyukur karena memiliki sahabat seperti Karin, yang mau menemaninya dalam suka maupun duka.
Kisahnya dengan Kak Rahmat terbilang sangat rawan untuk berakhir, selain karena jarak yang memisahkan merekaditambah dengan kesibukan mereka yang berbeda-beda membuat Zahra sendiri pun takut, hubungannya itu kandas ditengah  jalan.
Saat malam hari, di rumah  Zahra sedang santai, dirinya iseng membuka facebook, berharap ada pesan singkat yang dikirimkan oleh pangeran santrinya. “Kang Rahmat lagi libur gak ya dipondok?” ucapnya dalam hati.
Saat dia membuka facebook, terlihat dikolom pesan, ada satu pesan yang masuk. Langsung saja gadis manis itu membukanya. “Assalamualaikum, Bunga kamu lagi apa?” tanya Kak Rahmat. Ternyata itu adalah pesan singkat yang Kak Rahmat kirimkan padanya.
“Waalaikumsalam, akang lagi libur? Kok bisa buka facebook?” tanya Zahra dengan perasaan haru.
Kak Rahmat langsung membalas pesan singkat yang Zahra kirim. “Iya nih saya lagi gak ada tugas, kamu dari mana aja kok baru buka facebook sih?” tanya Kak Rahmat penasaran.
“Iya maaf kang, aku baru bisa buka facebooknya malam hari.”
“Loh kenapa emang nya? Pake paket chat malam ya? Hehe” tanya Ka Rahmat meledek Zahra.
“Bukan gitu kak, tapi sebelum itu aku harus belajar dulu baru buka facebook deh.”
“Oke lah bagus calon isteri saya rajin ya.”
Melihat balasan Kak Rahmat seperti itu membuat Zahra kebingungan, mengapa Kak Rahmat menganggap dirinya calon isteri padahal Zahra sendiri belum siap menikah. “Kok calon isteri sih kang? Hehe” tanya Zahra penasaran.
“Loh kamu gak mau jadi isteri saya? Saya ini serius tau sama kamu Bunga.”
“Apa akang yakin sama ucapan akang ini?” tanya Zahra dengan penuh keraguan.
“Iya dong saya yakin.”
“Alhamdulillah, aku percaya sama akang.”
“Iya saya juga percaya sama kamu. Kamu tolong jangan hianati kepercayaan saya. Bisa kan?”
“Iya pasti Insya Allah kang.”
“Ya saya berencana untuk melanjutkan S2, setelah itu barulah menikah.”
“Ya Aamiin, semoga sukses terus kang.”
Bagaikan dibawa terbang menuju angkasa, perasaan Zahra sangat bahagia mendengar ucapan Kak Rahmat yang ingin serius padanya. Kak Rahmat yang membuat rencana seperti itu membuatnya yakin pada pangeran santrinya tersebut. Namun dalam hati kecilnya, gadis lugu itu takut semua yang kak Rahmat ucapkan hanyalah sebuah kepalsuan dan pada akhirnya nanti menyakiti hati Zahra.
Tapi untuk saat ini, Zahra hanya bisa mempercayai ucapan Kak Rahmat, memohon yang terbaik pada Allah dan berusaha untuk menjaga hatinya untuk Kak Rahmat meski jarak dan waktu yang memisahkan mereka.

Hati Yang Kau Sakiti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang