Pertemuan Pertama

37 1 0
                                    

"Aduh aku telat gak yah?" Zahra menghela napas panjang lalu masuk ke gerbang sekolah. Untuk pertama kalinya selama dia sekolah, Zahra memiliki pengalaman telat hanya untuk rapat, karena saat pergi sekolah tadi menggunakan angkot dari rumahnya yang cukup jauh untuk ke sekolah, ditambah lagi kemacetan yang terjadi di jalan membuat lamanya ia sampai. Sebelumnya ayahnya sudah menyarankan untuk diantar ayah, tapi Zahra menolaknya dengan alasan karena hari ini ayahnya kerja pagi dan tidak mau menggangu pekerjaan ayahnya.
"Assalamualaikum," ucap Zahra terengah-engah. Terlihat rapat hari ini sudah di mulai, semua anggota rohis dan Himma sudah berkumpul dan langsung saja semua mata tertuju pada Zahra yang terlihat sangat tergesa-gesa.
"Kok tumben sih Zahra telat ya?" ucap Karin dalam hati. Ia tidak berani angkat suara karena suasana sedang serius dan seketika Zahra memecahkan keseriusan mereka.
"Zahra ikut ibu dulu ke kantor ya. Kak Ridwan tolong lanjutkan rapatnya dulu ya," ucap Bu Fatma yang langsung mengajak Zahra ke kantor bersamanya.
Dengan perasaan takut dan gelisah karena ia telat hari ini, Zahra mengikuti Bu Fatma dari belakang dengan langkah kecilnya sambil mengatur napasnya yang belum stabil.
Saat di kantor bukannya Bu Fatma memarahi Zahra krena telat, ia malah memberi tugas padanya. "Ini Zahra uang yang kemarin murid-murid yang bayar ke ibu, gabungkan saja dengan uang yang ada di kamu. Kamu bawa uangnya kan?"
Perasaan tegangnya berubah menjadi tenang dan lega melihat Bu Fatma tidak menghukum atau memarahinya dan hanya menyuruh ia bertugas seperti biasa. "Oke bu saya bawa uang nya ko. Ibu maaf ya saya telat," ucap Zahra dengan wajah tertunduk.
"Ya sudah gak apa-apa lain kali jangan telat lagi ya. Sekarang kamu hitung dan rapikan dulu semua uang yang kamu pegang hari ini, ibu mau melanjutkan rapatnya dulu nanti kalau sudah kamu nyusul saja ya," ucap Bu Fatma sambil pergi menuju ruang rapat meninggalkan Zahra.
Sudah serasa kantor milik sendiri duduk ditempat duduk dan meja guru bersama guru-guru lain yang juga sibuk dengan urusannya. Satu perstu uang dirapikan, dibedakan berdasarkan jumlah rupiahnya dengan teliti Zahra melakukan pekerjaan nya. Namun karena itu ia tidak bisa ikut rapat bersama anggota rohisnya dan Himma.
"Aku harus cepat selesaikan ini, agar aku gak tertinggal rapat untuk sanlat hari kedua ini," ucap Zahra menyemangati dirinya sendiri.
Setengah jam berlalu rapat berjalan dan selesai pula tugas Zahra di kantor, Ia langsung menuju kantor untuk mengikuti rapat. "Assalamualaikum," ucap Zahra sambil membuka pintu dan masuk rung rapat dengan wajah tertunduk karna malu.
Semua mata tertuju padanya, namun Zahra tidak menghiraukan nya. Bu Fatma langsung mempersilahkan nya untuk duduk dan ia langsung duduk di kursi paling belakang karena hanya tersisa satu bangku yang ada di belakang tersebut.
Rapat kembali dilanjutkan sebelum acara sanlat dimulai dengan dipimpin Bu Fatma dan Kak Ridwan. "Nah ingat nanti setelah selesai sesi materi yang kedua sehabis sholat zuhur. Bagi murid-murid yang berminat mengikuti pelatihan ekstrakulikuler langsung diarahkan ke kelas eskul nya masing-masing."
"Terus kak ngedata murid-murid yang mau ikut pelatihan eskulnya bagaimana?" tanya Zahra penasaran. Mendengar pertanyaan Zahra membuat anggota rapat yang lain tertawa, karena Zahra menanyakan hal yang sebenarnya sudah dijelaskan diawal.
Wajah gadis itu menjadi memerah karena malu dan terdiam dengan wajah tertunduk. "Oke tenang semuanya ya jangan ditertawakan. Baik Zahra jadi tadi sebenarnya sudah dijelaskan tadi diawal rapat, ya karena kamu tadi harus ke kantor dulu jadi tidak bisa mendengarkan," ucap Kak Ridwan menenangkan Zahra.
"Oh iya maaf ya ka. Saya tidak tahu," ucap Zahra dengan wajah tertunduk.
Kak Ridwan hanya tersenyum memaklumi dan tertawa kecil melihat sikap Zahra yang langsung terdiam karena candaan teman-temannya itu. "Ya tidak apa-apa, biar kakak jelaskan kembali ya. Jadi nanti pas materi sesi ke dua ditanyain ke murid-muridnya, siapa yang mau ikut eskul nanti sehabis sholat zuhur nah disitulah kamu mendata murid-murid yang mau ikut dan nanti mengarahkan mereka sesuai kelas eskul masing-masing yang akan diberitahu sehabis sholat zuhur berjamaah."
"Baik terimah kasih kak," jawab Zahra singkat.
Bu Fatma langsung mengambil alih rapat dan mengakhiri rapat pagi ini, karena hari sudah menunjukan pukul 07.30 menandakan mulai acara snlat dihari ke dua dimulai dengan sholat dhuha.
Semua anggota rohis langsung mengambil alih murid-murid kelas masing-masing yang sudah di tentukan kemarin. "Oke sekarang kalian silahkan sholat dhuha dulu ya. Ingat jangan rebutan dan harus berurutan," ucap Zahra pada murid-murid di kelasnya.
"Baik kakak," jawab semua murid-murid yang langsung menuju tempat sholat yang sudah disediakan.
***
Pesantren kilat hari ini dilanjutkan seperti sanlat kemarin hanya saja, hari ini akan ada jam tambahan untuk pelatihan eskul bagi murid-murid yang berminat. Semua anggota rohis dan Himma bekerja sama dengan sangat baik, bisa dilihat dari hasil kerja mereka yang memuskan dan banyak mendapat perhatian dari murid-murid yang lain.
Selain itu mereka juga menjadi lebih akrab satu sama lain. Kini Karin ternyata sudah akrab dengan kakak Himma, dia sudah bertukar cerita dan lain sebagainya. Namun berbeda dengan Zahra yang masih terlihat malu-malu dengan mereka.
Kring... kring... Bel istirahat berbunyi menandakan waktu isrirahat pertama. Semua angota rohis dan Himma langsung menuju mushola untuk mereka beristirahat sejenak.
Karin langsung menghampiri Zahra yang sedang duduk terdiam di luar mushola. "Zahra kamu kenapa?" tanya Karin penasaran.
"Eh Karin, aku gak apa-apa kok. Cuma lagi duduk aja," jawab Zahra dengan senyum manisnya.
"Iya kok gak gabung aja sama kita? Seru tau Zahra, ternyata anak Himma itu selain pada pinter agamanya, mereka juga baik banget," ucap Karin bahagia.
Dengan wajah bingung Zahra memperhatikan tingkah sahabatnya itu. " Baiknya gimana emang? Semua orang juga baik kan,' ucap Zahra dengan cuek.
"Maksdunya mereka itu orangnya gak sombong dan mau berbagi cerita-cerita juga . Terus juga mereka menilai rohis kita itu keren," ucap Karin dengan nada melambai sambil menyender kepunggung Zahra.
"Iiih Karin berat tahu. Iya-iya aku mah percaya aja sama aku," ucap Zahra pasrah.
"Waah iya gitu dong. Ya udah ayo gabung kedalam aja yuk dari pada sendiri disini."
"Gak mau ah aku malu. Kamu aja deh Karin," jawab Zahra menolak halus sahabatnya itu.
Kriing... Kring... Bel masuk kelas berbunyi. Semua anggota rohis dan Himma kembali masuk ruang kelas masing-masing. Dan melanjutkan materi ke dua. Kini Zahra dan Kak Yoga masuk bersama kak Adi sebagai pemateri kedua.
Kak Adi menyampaikan materi tentang Quran dan Hadist. "Jadi kali ini kakak akan menyapaikan sedikitnya ayat Al-Quran tentang cara berpakaian seorang muslimah itu ada di surat An-Nur ayat 31. Dari ayat itu diterangkan tentang batasan aurat wanita itu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan yang boleh terlihat."
Murid-murid memperhatikan dengan penjelasan Kaka di dengan baik. Ditengah-tengah Kak Adi menjelaskan materi, Zahra langsung menanyakan pada murid-murid tentang kegiatan tambahan pelatihan esktrakulikuler pilihan.
Dari bangku ke bangku Zahra menanyakan hal yang sama dengan dibantu oleh Kak yoga. Pelatihan eskulnya terdiri dari kelas ceramah, marawis, kaligrafi, qori,pantonim, bahasa mandarin dan masih banyak lagi. Mereka hanya bisa memilih satu diatara semua itu.
Zahra sendiri pun bingung ingin mengikuti eskul yang mana, karena ia menekuni dibeberapa bidang seperti ceramah, marawis dan kaligrafi. Namun akhirnya ia memilih untuk ikut di kelas ceramah.
Kring... kring... Bel istarahat pun kembali berbunyi. Semua murid, rohis dan Himma melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Setelah mereka selesai sholat berjamaah, tiba waktunya untuk pelatihan eskul.
Kak Rizal selaku ketua rohis, mengumumkan kelas-kelas mana saja yang digunakan untuk pelatihan sekul tersebut. Semua murid-murid yang mengikuti pelatihan eskul langsung masuk kelasnya masing-masing yang sudah ada Kakak Himma sebagai pengajar dan anak rohis sebagai penangung jawabnya.
Zahra dan Kak Rizal sebagai penanggung jawab kelas ceramah. "Kak Rizal kita diruangan kelas IPA 2 kan?" tanya Zahra sambil menyiapkan absen. "Iya Zahra ayo kita langsung kekelasnya aja."
Sesampainya mereka di dalam kelas, ternyata belum ada satu murid pun yang masuk ruangan ceramah. "Aduh kak ko gak ada yang dating ya?" tanya Zahra penasaran.
"Gak tau nih kakak juga, padahal tadi dikelas kakak lumayan banyak yang mau ikutan." Jawab Kak Rizal kebingungan.
"Iya sama tadi di kelas aku juga lumayan banyak ka, ada sekitar 4-5 orang yang ikutan."
"Ya udah kita tunggu dulu aja ya, kakak Himma nya juga belum datang." Ucap kak Rizal dengan santai.
Beberapa menit kemudian, akhirya ka Rahmat sebagai pengajar ceramah sudah datang. Namun tetap saja belum ada murid yang masuk ke kelas, hanya ada Zahra dan kak Rizal yang masih setia menunggu.
"Assalamualaikum," ucap Kak Rahmat.
"Waalaikumsalam," jawab Zahra dan Kak Rizal. Mereka berdua langsung menghampiri kak Rahmat yang masih berada didepan pintu dan mempersilahkannya masuk.
"Kak ini anak-anaknya belum pada datang," ucap Kak Rizal yang mulai panik.
"Oh ya gak apa-apap kalau gak ada yang datang gak jadi kelasnya," jawab Kak Rahmat dengan wajah lerunya.
Zahra dan Kak Rizal saling melihat sambil memikirkan ide supaya kelas ceramah ini tetap ada dan bisa dilaksanakan. "Gimana nih kak," ucap Zahra pada Kak Rizal.
"Oh gini aja kak, jadi biar kita berdua aja yang belajar sama kakak," ucap Kak Rizal.
"Iya gimana kak? Bisa kan kak?" tanya Zahra penuh harap.
"Oh ya udah gak apa-apa kalau mau berdua aja juga," jawab Kak Rahmat.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan kelas ceramahnya, walaupun hanya dua orang saja yang mengikuti. Namun Kak Rahmat dengan senang hati mau berbagi ilmunya, walaupun terlihat kurang bersemangat.
"Ya langsung saja ane buka ya. Perkenalkan nama ane Rahmat Hidayat, ane mahasiswa semester 3 jurusan pendidikan Bahasa Arab."
Tak selang berapa lama kemudian datang dua murid lain yang mengintip di depan pintu kelas. "Eh Zahra ini ceramah ya?" tanya Leni salah satu teman Zahra.
"Iya Leni sini masuk aja baru mulai ko," jawab Zahra sambil mempersilahkannya masuk.
"Ya udah deh aku masuk ya,"ucap Leni langsung memasuki kelas. "Eh Leni kamu ngapain?" tanya Andi yang langsung menghentikan langkah Leni.
"Kalian berdua ayo udah masuk aja," ucap Kak Rizal mempersilahkan Leni dan Andi masuk kelas. Mereka berdua pun langsung masuk kelas dan duduk disebelah Zahra.
"Alhamdulillah nambah juga yang ikut," ucap Zahra bahagia.
"Iya ane lanjut ya, kita masuk materi," ucap Kak Rahmat dengan tegas.
"Iya kak," jawab Kak Rizal.
Kak Rahmat menjelaskan semua tentang hal dalam berceramah. "Ya jadi kalau ceramah itu yang dinilai pertama kali adalah cara mengucapkan salamnya. Jadi kita harus punya ciri khas sendiri dalam ceramah, dimulai dari cara pengucapan salam. Jangan meniru cara salamnya dari ustad-ustad ternama tapi kita buat sendiri ciri khas biar orang lain tau kalau itu kita.
Zahra sangat fokus mendengar penjelasan dari Kak Rahmat, karena Zahra sangat ingin menekuni dibidang ceramah karena sejak kecil pun, dia sudah mengikuti lomba-lomba ceramah.
Kak Rahmat duduk dibangku yang sudah disediakan. "Bagaimana ada yang mau ditanyakan?"
"Sepertinya gak ada kak, semuanya sudah cukup jelas," Jawab Kak Rizal.
Diam-diam ternyata Zahra terus saja memperhatikan kak Rahmat, dari mulai dia datang sampai selesai menjelaskan materi. Dalam hatiya Zahra pun merasa kalau Kak Rahmat juga memperhatikannya saja, tapi dia tidak mau terlalu memikirkannya, mungkin saja itu hanya perasaan Zahra saja.
"Ya sudah kalau begitu ane mau dengar cara pengucapan salam kalian masing-masing ya," ucap Kak Rahmat.
Mendengar ucapan Kak ahmat Zahra dan yang lainya merasa tegang takut karena harus mencontohkan penucapan mereka masing-masing. Dalam hati Zahra ia tidak percaya diri, ia takut kalau dirinya tidak bagus dalam mengucapkan salam, tapi ia berusaha menenangkan diri agar tidak terlihat gerogi didepan Kak Rahmat.
"Dimulai dari siapa nih?" tanya Kak Rizal.
"Udah dari Zahra aja tuh," ucap Andi sambil tertawa.
"Jangan dari Kak Andi aja tuh," sambung Leni dengan candanya.
"Ya udah-udah jangan pada ribut, dari kamu aja Rizal." Ucap Kak Rahmat dengan tegas.
" Waduh saya nih kak?" tanya Kak Rizal yang mulai panik.
"Iya udah kakak dulu," sambung Zahra sambil tertawa kecil.
"Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatu," ucap Kak Rizal dengan lantang disertai pantun yang menjadi ciri khas dari Kak Rizal.
"Oke berarti gaya yang digunakan Rizal ini tegas ya, dengan suara lantang dan pantunnya juga. Bagus Rizal kembangkan lagi," ucap Kak Rahmat dengan tegas. "Oke berikutnya, silahkan teteh," ucap Kak Rahmat menunjuk Zahra.
"Hayo Zahra buruan udah disuruh tuh," sambung Kak Rizal meledek.
Dengan perasaan tegang bercampur malu, akhirnya Zahra menunjukan kebolehannya. "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatu."
"Hmm coba sekali teh, Suaranya di lantangin lagi sedikit," ucap Kak Rahmat dengan tatapan tajamnya.
"Oh iya ka. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatu," ucap Zahra sekali lagi dengan perasaan gerogi dan tertunduk malu.
"Ya seperti itu teh. Selanjutnya silahkan," ucap kak Rahmat mempersilahkan Leni.
Zahra hanya mengangguk dan tertunduk malu. Setelah semuanya sudah di tes oleh Kak Rahmat, Mereka merasa lega dan tenang. Kak Rahmat justru memberi mereka tugas untuk membuat ceramah yang akan dilombakan pada hari terakhir nanti.
"Ya jadi pengucapan salam kalian semuanya sudah bagus, namun harus lebih percaya diri lagi. Sekarang ane kasih tugas kalian membuat cemarah untuk lomba lusa nanti," ucap Kak Rahmat dengan jelas.
"Oh jadi nanti akan dilombakan kak?" tanya Kak Rizal penasaran.
"Iya maka dari itu ane kasih kalian tugas. Dari kamu Andi buat tentang bulan Ramadhan, Leni buat tentang puasa," ucap Kak Rahmat menunjuk Andi dan Leni.
"Dan untuk teteh buat tentang malam lailatur qodar, Rizal buat tentang isra miraj," sambung Kak Rahman pada Zahra dan Rizal.
"Siaap terima kasih kak," ucap Kak Rizal.
Andi dan Leni langsung pergi keluar meninggalkan Zahra, Kak Rizal dan Kak Rahmat yang masih berada di dalam kelas. "Kak jadi nanti kita buat ceramahnya sendiri?" tanya Kak Rizal penasaran.
"Iya betul dan nanti itu yang akan menjadi bahan ceramah kalian," jawab Kak Rahmat dengan jelas.
"Siap terima kasih kak," ucap Kak Rizal. Kak Rahmat langsung pergi dari kelas tidak lupa bersalaman dengan Kak Rizal dan Zahra tanpa menyentuh tangan. "Oke semangat ya ane duluan, Waasalamualaikum."
"waalaikumslam," jawab Zahra dan Kak Rizal.
Sudah mulai dari pertemuan itulah Zahra diam-diam menyukai Kak Rahmat. Ya Kak Rahmat itu seperti pangeran impiannya, anak santri dan pinter agamanya. Itulah laki-laki idaman Zahra, namun dalam hatinya ia berusaha untuk tidak menyukai Kak Rahmat terlalu dalam karena ia takut pada akhirnya nanti akan sakit hati dan kecewa.

Hati Yang Kau Sakiti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang