Siapa yang tak berharap dapat memiliki apa yang telah lama diidam-idamkan? Semua pasti menginginkannya. Hal-hal yang selama ini orang pikir tidak mudah untuk diraih, dengan tekad yang kuat peribahasa berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian bukan hanya untaian kalimat saja. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau berusaha. Karena perjuangan keras takkan pernah sia-sia. Sama seperti orang bertekad lainnya Aura juga memiliki segudang impian yang ingin ia wujudkan satu persatu. Meskipun tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang ia tetap gigih melangkah menghampiri kejora yang bersinar-sinar menyilaukan matanya. Namun tetap keinginan itu dapat terlaksana hanya dengan restu Yang Maha Kuasa. Manusia hanya berkewajiban untuk terus berjuang dan bersyukur.
Aura adalah gadis yang ceria, banyak bicara namun tidak sombong. Dia begitu sederhana bahkan dia tak pernah mencoba untuk mengikuti tren masa kini ala milenia jaman sekarang. Ia adalah tipe orang yang tidak gampang menyerah. Apapun yang ia inginkan sebisa mungkin ia harus dapatkan. Itulah mengapa dia sering dijuluki sebagai Miss Ambis yaitu orang yang sangat berambisi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Kali ini keinginannya adalah untuk dapat kuliah di Jepang. Dan untuk mendapatkan kesempatan itu dia belajar keras agar nanti saat tes dapat lulus dan diterima universitas yang diinginkannya di Jepang.
&&&&
"Ra, kamu yakin mau meneruskan sekolah ke Jepang?" tanya ibu kepada anak keduanya ini.
"Iya bu." jawab Aura singkat. Dia terlihat tengah sibuk dengan PC-nya. Tentu saja untuk mencari informasi mengenai universitas yang ingin ia tuju.
Ibu menarik napas panjang. Ia mendekati putrinya, mengelus rambut Aura dengan lembut. Dari matanya menetes air yang entah sejak kapan deras membasahi pipinya. Isak tangis ibu tak dapat ditahan lagi, ia tersedu memandangi anaknya yang sebentar lagi akan berada jauh darinya. Aura menatap ibu yang menangisinya. Ia meninggalkan PC dan beralih memeluk ibu dengan erat. Ibu semakin terisak.
"Don't be cry, bu. I will be okay!" ucap Aura menenangkan sang ibu.
"Bukan masalah itu Aura. Tapi apa kamu tega meninggalkan ibu sendirian di sini? Kamu tahu kan ayahmu seorang pilot yang selalu sibuk di atas pesawat. Sangat jarang untuk bisa pulang. Dan masmu, dia sudah berkeluarga dan menetap di Jakarta, mungkin setahun sekali dia bisa datang ke Surabaya. Hanya kamu teman ibu satu-satunya. Kalau kamu ke Jepang. Ibu sama siapa?" ungkap ibu yang masih tak rela anaknya pergi jauh darinya.
Sebenarnya Aura tahu bahwa keputusannya ini sangat berat untuk ibu. Namun Aura adalah tipe orang yang sulit untuk mengurungkan niat yang telah lama ia bulatkan sejak lama. Saat ini dia begitu berambisi untuk bisa kuliah di luar negeri. Kebetulan ia adalah seorang siswa berprestasi di sekolahnya. Sebab itulah ambisinya untuk pergi ke luar negeri semakin menjadi. Ia mngerahkan seluruh kemampuannya untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Sungguh berat jika usahanya selama ini ia gagalkan hanya untuk memenuhi keluh kesah ibu. Walaupun sebenarnya ia juga sangat menyayangi ibunya dan tak ingin melihat ibunya bersedih, namun hal-hal semacam itu bukanlah sebuah alasan yang tepat untuk seseorang mengurungkan niat besarnya.
Aura menyeka air mata yang sedari tadi membanjiri pipi sang ibu. Lalu ia mencium pipi yang belum benar-benar kering itu sambil berbisik ke telinga ibu. "Bu, Aura mohon dukung Aura untuk menggapai cita-cita. Aura ingin sukses, bu."
Setelah adegan mengharukan semalam paginya ibu bilang kalau ibu memberi izin kepada Aura untuk menuntut ilmu ke negeri sakura karena bagaimanapun juga ibu tidak boleh egois. Ia harus selalu mendukung apapun yang anaknya lakukan selagi itu hal baik dan demi kemajuan masa depan mereka kelak. Mendengar hal itu Aura sangat bahagia. Tak henti ia menciumi pipi ibu sebagai ungkapkan terima kasih. "I love you bu, i love you so much!"
KAMU SEDANG MEMBACA
F.R.I.E.N.D.S ; The reason of parting (END)
Fanfiction"Aku sangat mencintainya. Setiap malam aku selalu memikirkannya. Tapi apa dayaku? Di matanya aku hanyalah sahabat yang mungkin sudah dianggap seperti saudara sendiri. Kerap kali aku cemburu ketika dia bersama dengan wanita lain. Namun dia selalu tid...