Aku bertahan, dengan menggenggam pecahan kaca.
Iya, pecahan kaca.
Yang menampakkan sosok indahmu,
yang dulu terpancar.
Namun hilang,
serentak dengan heranku melihat pecahnya kaca yang mengukir indahmu.
Aku bertahan, sampai aku tergores.
Berdarah, tak terobati.
Kamu, memang berasal dari kamu.
Dan kamu pula yang hanya bisa menghapus luka.
Kasih, buatlah aku untuk tetap bertahan.
Tapi bukan dengan pecahan kaca.
Tapi dirimu yang nyata,
bukan hanya pantulan tak bernyawa.
Tapi jiwa yang penuh cinta.
Hangat tak membeku.