Mendung...
Langit sepertinya sedang enggan tersenyum, awan kehitaman menutup sebagian kota Surabaya pagi ini. Sepertinya hari pertama orientasiku di kampus akan ditemani oleh hujan. Lucu juga teman pertamaku adalah rintik air yang berasal dari langit.
"Mon! Monika! Ini payungnya bawa, dong! Sepertinya akan hujan deras, jangan pakai jaket saja. Bisa-bisa kamu basah kuyup!" Ibuku memergokiku yang baru saja bersiap melangkahkan kaki menuju kampus. Dia menatap jaket tipis yang melekat di badan kurusku ini. Tatapannya seolah tidak ingin debu pun menempel padaku. Padahal baju putih-putih yang kukenakan pun sudah pasti akan langsung kotor terkena debu jalanan.
"Kamu itu ya... jangan mentang-mentang rambutmu pendek dan bisa cepat kering, kamu malah berniat basah-basahan. Ayo ini dibawa dulu payungnya, nanti malah sakit pas orientasi." cecar ibu lagi.
Aku akhirnya menurut, mengambil payung lipat yang sedari tadi ia pegang, bisa kulihat keriput-keriput di tangannya mulai bermunculan. Aku mencium punggung tangannya, "Monik berangkat dulu ya, bu..."
Ibu mengelus rambutku pelan, seperti sebuah isyarat dia melepaskanku di perantauan ini.
Ah, aku belum memperkenalkan diri, namaku Monika, perempuan asli Maluku yang sedang merantau ke Surabaya untuk berkuliah. Sebetulnya aku memiliki satu rahasia lagi, tapi kusimpan dulu, sekarang aku harus buru-buru ke kampus supaya tidak telat ke orientasi!
*
Suara rintik air hujan beradu dengan atap kampusku, Universitas BL, aku sedang berteduh dengan mahasiswa baru lainnya yang juga baru tiba, kami menunggu hujan reda di teras-teras gedung yang berada di sebelah lapangan.
Aku sedikit bersyukur tiba tepat waktu, telat sedikit saja sudah pasti aku tidak selamat dari kejaran hujan pagi ini. Hmm, tapi sebentar, rasanya ada sesuatu yang kulupakan...
Aku membuka tasku, mengecek ponselku, ada. Dompetku pun ada...
Apa ya?
Kulirik mahasiswa lain di kanan kiriku, semua memakai pakaian yang sama, kaos putih, bawahan putih, lengkap dengan name tag. Semuanya sudah benar. Lalu apa, ya?
Aku mengeluarkan ponselku, mengecek beberapa pesan. Takut-takut ada yang terlewat. Kutelusuri lagi setiap baris pesan di handphoneku, semuanya tidak ada yang salah. Tapi sepertinya masih ada yang kulupakan...
Ah, sudahlah, nanti juga ingat!
Sebuah pesan masuk ke notifikasi ponselku, ternyata dari sahabatku, Ussy. Sebelumnya kami berkenalan lewat internet karena punya hobi yang sama, lalu aku memutuskan untuk kuliah di kota ini supaya bisa lebih dekat dengannya. Meskipun sebetulnya aku tidak terlalu ingin kuliah di jurusan ini, tapi syarat yang diajukan orang tuaku untuk bisa pindah ke Surabaya adalah dengan masuk di jurusan yang sekarang kupilih ini.
Hujan semakin deras, acara orientasi sedikit mundur dari jam yang sudah ditentukan.
Aku memandangi lapangan di depanku yang membasah, sembari berusaha mengingat apa yang sebetulnya kulupakan.
*
Setelah sekitar setengah jam kami berteduh, langit pun berhenti menyirami kami, para Kakak Tingkat –Kating, akhirnya menyuruh kami berkumpul sesuai kelompok. Aku buru-buru masuk ke barisan kelompokku.
Kami semua berbaris sementara para Kating berdiri di hadapan kami, mengenakan jas almamater, wajah yang dibuat seram, lalu jika berbicara nada suaranya ditinggikan. Aku heran kenapa masih ada saja kampus yang melakukan ritual semacam ini?
Hmm... sebentar...
Aku memicingkan mataku ke sebuah lingkaran yang dibuat oleh Kating, beberapa Kating bergerombol di depan anak perempuan berambut panjang, pakaian yang dikenakannya berbeda dengan para Kating atau pun kami, mahasiswa baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beat (Virgo And The Sparklings Spin Off)
Teen FictionMonika, gadis asal Maluku yang merantau ke Surabaya untuk mengejar mimpinya memiliki sebuah band. Namun ternyata membentuk band tidak semudah yang dia bayangkan, bisakah ia dan teman-temannya melewati semua tantangan yang ada?