Ussy membuka pintu rental studio band dan aku langsung mengurus booking studionya. Aku masih deg-degan, cemas apa semua ini akan berhasil atau aku harus kembali mengubur harapan tentang band ini.
Untungnya tempat ini ramai, jadi sedikit membuat distraksi dari ketegangan yang terjadi sedari tadi.
"Sudah kupesan, katanya 5 menit lagi ada ruangan yang bisa kita pakai" aku menghampiri tempat Riani dan Ussy duduk.
"Kamu pesan berapa jam Mon?"tanya Ussy.
"1 jam aja sih Sy, kan cuma buat nyobain doang."
"Ini, bayar pakai uangku dulu Mon. Kamu belum dapat kiriman kan?" Ussy memberikan beberapa lembar rupiah kepadaku.
"Eh? Serius? Enggak apa nih Sy? Makasih ya!" Iya, kan? Ussy ini meskipun sering galak dan judes tapi sebetulnya baik, dan dia engga pernah segan untuk bantu finansial anak kos seperti aku ini. Terkadang aku merasa tidak enak karena sering dibantu oleh Ussy tapi tentu aku berterima kasih punya teman seperti dia. Sayang banget sama Ussy!
5 menit berlalu dan Riani terlihat semakin nervous. Aku jujur saja agak kasihan melihatnya, tapi kalau Riani engga menunjukan kemampuannya Ussy engga akan pernah mengakui Riani di band ini. Dan perdebatan mereka akan semakin panjang. Bisa habis stok obatku di kamar karena migrain menghadapi mereka berdua nanti.
"Hei, ruangannya sudah siap. Giliran kalian ya!" Salah satu staff studio itu menghampiri kita. Meskipun aku enggak tega lihat Riani, tapi aku juga sangat excited bisa nge-band sama Riani! Karena selama ini seringnya kalau nge-band aku cuma berdua sama Ussy, itu pun kadang hanya latihan online lewat webcam karena kami masih berjauhan, aku di Maluku dan Ussy di Surabaya. Kalau nambah personil begini pasti tambah seru! Berasa jadi band betulan!
"Ayo Riani kita nge-band bareng! Aku enggak sabar lihat kemampuanmu lagi!" Kataku yang kegirangan.
"A...anu..." Riani tampak ingin mengatakan sesuatu.
"Kenapa? Takut? Kamu cuma omong besar aja kan tadi? Mending mundur aja dari sekarang! Dasar pengecut!" Potong Ussy dengan sadisnya.
"Heh! Si-siapa takut!! Ayo!!" Balas Riani enggak mau kalah.
"Minggir!!" Riani yang tersulut sampai marah-marah sama orang yang bertabrakan pundak dengannya. Pakaian mereka aneh sekali, emang gak gerah apa ya baju tertutup banget gitu. Tapi mungkin mereka memang sudah pro. Atau jangan-jangan itu Rindu band? Aku membalikan badanku untuk memastikan tapi mereka sudah menghilang.
Hmm.. mana mungkin ya? Mereka pasti latihan di studio sendiri enggak sewa seperti kami.
Aku dan Ussy berdiri di hadapan Riani, melihatnya yang sibuk menyetel gitarnya, enggak sabar lihat Riani berhasil memukai Ussy. Beberapa menit berlalu, Riani belum mulai bernyanyi, permainan gitarnya pun... berbeda?
Tunggu...
Ini masih Riani yang sama kan? Dari tadi dia masih enggak mengeluarkan suara. Wajahnya pucat dan jemarinya terlihat gemetaran. Ussy yang masih belum tenang menjadi semakin jengkel, aku jadi panik juga.
"Ni... Riani, keluarkan aja suaramu... Sudah 5 menit kamu begitu lho..." Aku berusaha menenangkan Riani.
"Huh! Apa kubilang, buang-buang waktu aja!" Ussy berkata sinis, "besok jangan lupa pamer rambut super pendekmu ya! Dasar cabe tukang bual!!" Tambahnya sambil melangkah cepat ke pintu keluar studio.
"USSY TUNGGU!!" Spontan aku berteriak, Ussy pun menghentikan langkahnya.
"Riani, aku bantu iringi ya..." aku menepuk bahu Riani dan segera mengisi kursi di belakang drum. Mengambil stick drum di sampingnya, memutar dan menimbang-nimbangnya pelan lalu mulai memainkan perangkat perkusi kesukaanku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beat (Virgo And The Sparklings Spin Off)
Roman pour AdolescentsMonika, gadis asal Maluku yang merantau ke Surabaya untuk mengejar mimpinya memiliki sebuah band. Namun ternyata membentuk band tidak semudah yang dia bayangkan, bisakah ia dan teman-temannya melewati semua tantangan yang ada?