BAB - 1

57.6K 1.4K 13
                                    

"Yakin nih! Kalau pagi udah kayak gini pasti kebawa sampe sore. Huh!"

Telat bangun, mandi bebek, dandan kilat ; keringetan!
Naik motor di tengah cuaca yang cukup mendung dan berangin membuat perasaanku mendadak tidak enak.
Dan benar saja! Setelah melihat wajahku di spion, mataku terbelalak sontak ku turunkan kaca helm menutupi seluruh wajahku yang kini dalam keadaan mengenaskan.

Aku menghembuskan napas kasar, merutuki kebodohanku pagi ini yang berhasil membuat beberapa pengendara di lampu merah menatapku penuh tanya.

Ibu-ibu di samping motorku pun melihatku dari atas sampe bawah dengan tatapan menyelidik, "Neng waras?"

Sialan! Pengen gue sleding tapi takut kualat sama ibu-ibu. Kaum mereka kan selalu benar.

• • •

Setelah yakin motor matic kesayanganku terparkir sempurna, aku kembali melihat spion motor. "semengenaskan inikah muka gue ya Rabb?"
Satu tanganku sibuk meratakan bedak di wajahku yang sudah terpencar layaknya peta dunia, aku melirik jam di lengan kiriku. "Ah! Mati gue!" sontak aku berlari secepat mungkin menuju ke alat berukuran kecil untuk absen, sedetik kemudian "Terima kasih." Si kecil bersuara inilah yang menentukan makan tidaknya para karyawan, termasuk aku yang sejak tadi lari dengan perasaan harap-harap cemas mengingat higheel yang ku pakai saat ini setinggi 7cm.

Bisa rame kalau aku jatuh tersungkur dengan tidak elegannya lalu sukses terekam di cctv dan menjadi tontonan seru oleh Bos besar. Mengingat gedung kantorku dan dua gedung perkantoran lainnya berada dalam satu wilayah.

Masih ada satu hambatan lagi untuk sampai ke ruanganku yang berada di lantai dua. Anak tangga yang tidak seberapa dengan heels setinggi ini selalu sukses mengencangkan otot-otot betis hingga ke paha.

Saat memasuki pintu utama yang bertuliskan 'Executive Room' pastikan penglihatan dalam mode siaga satu, mataku menjelajahi isi ruangan yang hanya di batasi oleh kaca gelap itu, Aku menghembuskan napas lega saat mendapati ruangan GM (General manager) yang saat ini masih kosong.

Entah Dewi fortuna yang sedang berpihak padaku atau kebetulan, yang jelas saat ini aku bisa bernapas lega melangkahkan kakiku ke dalam ruangan yang berbagi udara dengan ruangan GM.

Selain Pak Haidar, sebagai GM.
Di dalam ruangan ini juga di huni oleh tiga perempuan, tiga laki-laki serta satu yang masih fifty-fifty. Dan sampai saat ini masih di pertanyakan.

Divisiku bertugas menangani pembebasan lahan untuk bangunan-bangunan pemerintah, mengurus bangunan-bangunan pemerintah yang belum bersertifikat dan menata taman kota.

Kesan pertama saat aku bergabung di dalam divisi ini adalah 'gila'.

Gimana gak gila coba, hari pertama aku masuk aja udah sukses mematahkan seluruh ekspektasiku yang berpikir kerja bakalan sibuk dengan setumpuk berkas yang menguras waktu dan tenaga.

Kenyataannya? SALAH BESAR!

Elena's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang