BAB - 4

24K 1K 14
                                    

Suara alarm ponsel yang berbunyi tiada henti membuatku mengumpat emosi. Apa-apaan ini!
Siapa orang gila yang niat banget ngerjain aku sampe masang alarm di pagi buta begini. Sambil berguling aku mengulurkan tangan ke permukaan nakas untuk meraih ponsel sialan yang sudah mengganggu tidurku.

Seketika mataku melebar melihat layar ponselku. Itu ada pengingat kalender yang sengaja ku pasang empat kali dalam sebulan untuk selalu mengingatkanku Hari minggu adalah hari untuk mengabdi kepada Nyonya Rumah.

Setelah mencuci muka dan berhasil mengumpulkan kembali kesadaranku, aku bergegas turun ke lantai satu untuk menjalankan tugasku.

Nyonya rumah yang biasa ku panggil Ibu Mila adalah anak dari seorang tentara yang tak lain adalah kakekku.
berkat didikan dari kakek yang keras sehingga lahirlah Ibu dengan segala keputusannya yang tak terbantahkan.
Ibu itu bagaikan Bom waktu, siap meledak kapan aja. Selalu berhasil menaklukan anak-anaknya dengan ancaman dan kutukan.
Bahkan Ayahku pun masuk ke dalam daftar suami-suami takut istri, kalo kata Adikku Ayah itu Bucin - Budak cinta.

Ayah itu termasuk orang yang terlalu sabar, saking sabarnya Ayah bisa masuk ke dalam nominasi Ayah tersabar di dunia. Ayah hanya akan bertindak ketika emosinya sudah berada di ujung tanduk, selain dari itu Ayah hanyalah penonton setia di tengah-tengah keributan antara Ibu, aku dan Elfaro, adik sialanku.

Kalau aku tipe anak rumahan yang lebih nyaman di kamar seharian nonton drama korea. Namun, berbeda dengan Elfaro. laki-laki yang usianya tiga tahun lebih muda dariku itu lebih betah di luar rumah setidaknya sampai SMS dari Nyonya yang berisi segala jenis kutukan masuk ke ponselnya.
Maka dapat di pastikan Elfaro akan sampai di gerbang rumah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Elfaro yang kini duduk di bangku kuliah itu memang sudah banyak berubah. Kalo dulu dia selalu berhasil memicu perkelahian yang berujung pada tragedi sapu terbang.
Entah kerasukan jin apa, semenjak kuliah Elfaro lebih bijak dalam mengajakku berkelahi. Setidaknya di saat terpurukku dia memilih untuk diam dari pada memperburuk keadaan.
Elfaro yang sekarang sedang mendewasakan dirinya untuk melindungiku. Terbukti dari kesuksesannya menyingkirkan para kaum Adam yang ingin mendekatiku.
Katanya, baik buatku belum tentu baik buatnya. Sejauh ini alasannya masih bisa di terima.

• • •

- Jadwal PR -

Pak Dirga : Cuci motor/mobil
Ibu Mila : Masak, ngepel
Elena : Cuci piring, cuci/jemur baju
Elfaro : buang sampah, nyapu

Itu adalah perintah yang tidak bisa di ganggu gugat. Berani protes? Sapu melayang.

TTD : Nyonya Rumah

• • •

"Kak, bantuin gue dong. Gue udah janji mau nemenin cewek gue belanja." Rengek Elfaro dengan muka memelasnya.

Aku memutar bola mataku kesal, bisa-bisanya adikku itu berpikir untuk meninggalkan kewajibannya hanya untuk cewek yang belum tentu jodohnya.

"Ih nggak ya, awas aja kalo sampe lo kabur." Ujarku ketus tanpa mengalihkan pandangan dari tumpukan pakaian yang akan ku jemur.

"Susah ya ngomong sama orang jomblo, gak ada pengertiannya sama skali." Ledeknya.

"Oh lo ngatain gue? Dasar Bucin, mending kalau jodoh. Kalo nggak? Rawat tuh jodoh orang." Ujarku kesal.

"Siapa yang Bucin sih julaeha? Sebagai laki-laki sejati gue cuma gak mau ingkar janji." Elaknya.

"Gaya lo saprudin!"

"Kak, lo kayaknya butuh asupan belaian kasih sayang deh! keliatan banget hidup lo gak berfaedah." Elfaro terbahak puas lalu berlari masuk ke dalam rumah.

"Anjir---"

"Elena Al-Madina, tolong itu mulutnya di KON-DI-SIKAN." Teriak Nyonya dengan nada memperingati.

"Iya Bu, maaf!" Aku menghentakkan kakiku kesal sedangkan Elfaro terbahak di tempatnya.

Hayati gak kuat ya Allah, pengen nangis trus nanya sama Roy Kinderjoy dosa apa yang sudah ku lakukan sampe dapet Karma kayak gini.

Elena's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang