[cacat rusak]/1/
kota metropolis meneguk habis kewarasan kita yang tinggal seperempat. Di antara bisingnya deru kendaraan yang terbatuk dan ramainya hiruk-pikuk kepala-kepala apatis, kita menjelma polusi yang menyesaki paru-paru;sesak, tercekat, sekarat.
/2/
uang, atensi, kedudukan ialah tujuan mengapa hingga sekon ini kita masihlah bernafas. Berbondong-bondong, saling bunuh, berkhianat hanya untuk mendapatkan mereka. Ketamakan membutakan akal sehat kita.
/3/
banyaknya cinta, pujian, serta atensi yang kita rengkuh di laman sosial ialah titik kulminasi euforia kita. Mengarik, mencuri, mendusta, melabui ialah kelihaian yang absolut kita himpuni. Masa bodoh, kecaman yang memburu di belakang.
/4/
eloknya paras, dan mahalnya sandang yang kita miliki, adalah kunci untuk di cintai sesiapapun. Tidak perlu berlagak munafik, saban sekon, dimanapun, kau jumpai si cantik atau pun si tampan yang mendapatkan singgasana laiknya raja, sedang si buruk rupa ialah kaum proletar yang gemar dipermainkan. Tragis, miris, tetapi manusia memang terlampau dungu menciptakan peraturan konyol seperti itu.
/5/
maaf, seharusnya adalah kalimat sakral yang sukar untuk di ucap seenak jidat. Namun sayang sekali, kita sudah terlampau bermasalah, rusak dan cacat. Mengucap maaf kini semudah membalikkan kedua telapak tangan, entah benar-benar tulus atau setengah enggan—tidak ada yang peduli. Meminta maaf, masalah selesai, tidak perlu di permasalahkan. Selesai.
?
//entah siapa yang salah
semesta atau manusia
tidak ada opsi pilihan
salah-menyalahkan//sebab
//semesta terlampau membuai
sedang manusia terlampau tamak////tidak ada yang salah,
rusak-merusak
bukanlah masalah//karena
//baik semesta
maupun manusia,
sejatinya
sama-sama rusak//hancur lebur,
karut marutlumrah.
!
[]
untukku
untukmu
untuk kita
KAMU SEDANG MEMBACA
terasing
Poetry[antologi puisi] duduklah, kan ku suguhkan kidung-kidung yang terasingkan. mi-casa, 2018 [] start : 2018/11/11 finish : 2019/08/25 pict from Pinterest