Bab 11 - Keras Kepala

10.2K 1.4K 37
                                    

Terhitung sudah satu minggu Aimee kembali dari Jerman dan terkurung di kediaman mewah Shane tanpa melakukan apapun. Aimee benci hidup seperti ini. Ia tidak kekurangan apapun di kediaman Shane karena pelayan Shane menyiapkan segala sesuatu untuknya. Akan tetapi, ia manusia hidup, ia tidak bisa hanya menghabiskan waktu di rumah. Ia ingin kembali bekerja, meski uang yang ia hasilkan tidak banyak tapi ia tidak akan merasa bosan.

Aimee merindukan suasana bekerja. Ia rindu menghirup udara bebas. Sepertinya ia harus mencoba bicara dengan Shane, ia ingin kehidupan bebasnya kembali.

Aimee keluar dari kamarnya. Ia menuruni tangga dan melihat Keenan sedang melangkah di dekat tangga.

"Tunggu!" Aimee menghentikan langkah Keenan.

"Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Keenan.

"Tidak," balas Aimee. "Aku hanya ingin tahu di mana Shane."

"Dia sedang berada di Mocorito," balas Keenan. "Kau bisa menghubunginya melalui ponselmu. Atau kau ingin aku yang menghubunginya?"

Aimee menggelengkan kepalanya. "Aku akan menghubunginya sendiri."

"Baiklah, kalau begitu aku pergi."

"Ya."

Setelah bicara dengan Keenan. Aimee kembali ke kamarnya. Ia meraih ponsel yang Shane berikan padanya. Ragu-ragu ia menghubungi Shane. Setelah beberapa detik panggilan teleponnya terhubung.

"Ada apa?" tanya Shane di seberang sana.

"Aku ingin kembali bekerja."

"Aku tidak memiliki waktu untuk berdebat denganmu sekarang, Aimee."

"Kapan kau kembali?"

"Senin depan."

"Kalau begitu aku akan menunggu kau kembali."

Ucapan Aimee tidak dibalas oleh Shane. Pria itu memutuskan telepon begitu saja.

"Aimee, Aimee, untuk bicara saja kau harus mengikuti jadwalnya." Aimee mengejek dirinya sendiri lalu kembali duduk di sofa. Menghabiskan waktunya dengan menonton televisi hingga ia bosan.

***

Shane kembali ke James yang saat ini tengah mengobrol dengan salah satu petugas di kebun bunga itu. Saat ini ia harus fokus pada urusannya, karena hal ini sudah ia tunggu selama lima tahun.

"Cantik, tapi berbahaya." James memiringkan kepalanya menghadap ke Shane yang berdiri di sebelahnya.

Shane memandangi hamparan bunga Poppy yang tersebar luas di depannya. Ia tidak berani menghitung berapa luas kebun bunga itu. Bunga-bunga cantik di depannya adalah bahan untuk membuat opium dan narkotika lainnya.

"Tapi sangat menjanjikan." Shane bicara dengan tenang tanpa menghadap lawan bicaranya. Matanya terus menyebar ke sepanjang kebun. Alih-alih melihat bunga, Shane mengawasi sekitar. Terdapat banyak penjaga bersenjata lengkap. Serta para pekerja yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak.

James tersenyum. "Kau benar. Bunga Poppy bahkan lebih menjanjikan daripada emas."

Shane melangkah ke bagian lain kebun. Di belakangnya ada James yang terus mengikuti. Ia menaiki sebuah pondok, dan semakin takjub dengan luas kebun bunga itu. Berapa banyak bom yang harus ia gunakan untuk menghancurkan seluruh tanaman yang ada di sana.

"Sejauh mata memandang, kau hanya akan melihat bunga Poppy, Tuan Shane." James bersandar di tiang kayu pondok itu. 

"Kau bekerja dengan sangat baik, James. Kebun ini menakjubkan." Shane mengalihkan pandangannya pada James. Tatapan matanya terlihat sangat tenang, James tidak akan bisa mengetahui bahwa saat ini Shane ingin sekali memotong tubuh James hingga ke bagian terkecil, dan ia berikan pada Golden, serigala miliknya.

His PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang