7

306 47 9
                                    

Pukul setengah satu malam Irene dan Sehun baru selesai dengan kegiatan panas mereka.

"Terimakasih" bisik Sehun lembut. Irene mengangguk sebagai bentuk jawaban.

Cup.

Sehun kecup kening Irene cukup lama sebagai bentuk rasa terimakasihnya pada Irene.

Setelah itu Sehun menyingkir dari atas tubuh Irene kemudian merebahkan dirinya di samping Irene, menarik selimut untuk menutup tubuh keduanya lalu Sehun mendekap tubuh Irene dengan sayang.

Irene dan Sehun sama-sama terdiam, napas keduanya masih tampak ngos-ngosan seolah mereka habis lomba  marathon.

"Rene" Sehun memanggil lembut.

"Hmmmm" gadis---ah bukan, Irene bukan gadis lagi sekarang, melainkan wanita.

Irene menyahut dengan gumaman, wanita itu masih mencerna apa yang baru saja dia lakukan bersama Sehun.

Apakah mereka benar-benar melakukannya barusan? Ah, Irene benar-benar tidak mengerti bisa-bisanya dia tidur dengan suami dari adiknya sendiri.

Irene berharap kejadian barusan itu hanyalah mimpi tapi rasa nyeri di bagian bawahnya terasa sangat nyata dan Irene bisa pastikan kalau kejadian barusan benar-benar nyata Irene benar-benar telah melakukannya bersama Sehun.

Irene merutuki dirinya sendiri, dia terlalu terbawa suasana sampai-sampai membiarkan dirinya di gagahi oleh Sehun.

Tapi Irene tidak munafik, dia menikmati  percintaannya bersama Sehun.

Suami adiknya.

"Hun--kita--barusan" Irene bertanya untuk memastikan lagi.

"Kita--beneran ngelakuin itu?".

Irene berharap Sehun akan mengatakan tidak namun itu langsung sirna saat Irene melihat Sehun mengangguk, sebagai jawaban kalau mereka benar-benar telah melakukannya.

Menghela napasnya kasar, seketika Irene langsung merasa bersalah pada Salsha.

"Aku ngerasa bersalah sama Salsha, Hun" kata Irene murung.

Kening Sehun mengkerut, lelaki itu bingung, lantas Sehun bertanya.

"Kenapa? Kenapa kamu harus merasa bersalah sama dia?".

"Ya.... kita ngelakuin itu-- kamu suami Salsha dan aku tidur sama suaminya" Irene terbata.

Sehun berdecak malas, "Aku udah bilang sama kamu Rene, aku nikahin dia karena terpaksa, cepat atau lambat kami akan bercerai!" jelas Sehun.

Mengusap pucuk kepala Irene, Sehun memberikan kecupan di sana.

"Waktu kamu bertugas ke luar kota, kakek Dinata dan kakek Irawan--mereka sempat sakit".

Deg.

Mata Irene membola, bertanya-tanya kakek nya sempat sakit? Kenapa tidak ada yang mengabarinya?

Irene akui ketika dirinya sedang bertugas menjadi relawan di luar kota memang susah sekali untuk dihubungi karena daerah itu mengalami bencana alam, jangankan sinyal listrik pun masih belum stabil juga di sana Irene jarang sekali memegang ponselnya.

Mungkin itu alasan kenapa tidak ada yang memberitahunya perihal sang kakek.

"Mereka sakit dan minta cucunya untuk nikah, kakek Dinata pengen aku nikah dan kakek Irawan mau cucunya nikah" tutur Sehun mulai menjelaskan.

"Aku udah bilang sama kakek kalau kita akan menikah dalam waktu dekat, setelah urusan kamu pulang dari tugas sebagai relawan kita akan segera menikah tapi keadaan kakek Dinata waktu itu tidak memungkinkan, keadaan kakek Dinata terlalu lemah dan kakek ingin aku secepatnya menikah".

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang