12 || Di Balik Sempurna

31.5K 4.8K 490
                                    


BIBIR sewarna ceri itu digigiti gelisah oleh sang pemilik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BIBIR sewarna ceri itu digigiti gelisah oleh sang pemilik.

Kael telah duduk di depan suatu ruangan selama beberapa menit. Dia menghabiskan waktu menunggu dengan membuka ponsel. Hendak mengecilkan rasa gelisah dan kalutnya. Sebuah pesan masuk dari seseorang.


Cila

Hey girl.
It's that time of
the month, rite?
Are u ok?


Jika dibaca oleh orang lain, mungkin mereka akan mengira pesan ini berbicara tentang masa menstruasi perempuan. Namun bukan itu maksud pesan yang terindikasi.


Kael

A lil bit nervous

Cila

Take a breath
U're going to be OK
I wish I was there to
kiss your pain away


Suara perempuan di meja sekretaris menginterupsinya

"Miss Mikaela, you may come in."

Kael segera berdiri. Dia mengetikkan balasan sebelum memasuki ruangan.


Kael

I'm going now

Cila

I wish you luck


Kael menunggu di depan pintu kayu ganda yang terpelitur sempurna. Pintu tersebut lalu dibuka oleh salah satu penjaga, menampilkan interior mewah dan luas sebuah ruang kerja kantor. Di ujung ruangan, duduklah sosok lelaki di balik meja kerja. Gedung-gedung pencakar langit di balik jendela besar melatari sosoknya yang seperti siluet dari jauh.

Kael melangkah masuk. Suara hak tingginya tak bergema pada karpet yang menutupi lantai di bawahnya. Di balik punggungnya, pintu tertutup. Hawa dingin dari dalam ruangan menambah rasa menggigil Kael, kendati Kael tahu ini efek dari pendingin udara alih-alih dari pria di depannya. Kael berhenti hanya dua meter dari meja kerja. Sang pria masih menunduk dengan dokumen-dokumen di depannya.

Selang beberapa saat, sang pria menarik napas. Dia merapikan kertas-kertas, mengumpulkannya menjadi satu dan diketuk-ketuk di atas meja hingga rapi, kemudian dokumen itu disingkirkan di samping meja. Punggungnya disandarkan di kursi putar. Kedua jarinya bertautan di depan dada. Sepasang matanya memandang Kael tanpa ekspresi. Wajah tanpa ekspresi ini terasa begitu dingin dan jauh. Berbeda dari wajah tanpa ekspresi Remi yang bagi Kael masih menyimpan kehangatan.

Rengat (Bisai #1) | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang