14 || Di Balik Panggilan

29.9K 3.7K 384
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


LAYAR ponsel Fatma dimonopoli oleh beberapa panggilan tak terjawab, dan ratusan pesan tak terbaca baik dari medsos maupun aplikasi berkirim pesan yang menyebut namanya.

Fatma baru membuka paket data internet. Sebenarnya ini hari kerja, tetapi dia sedang sakit jadi baru bangun menjelang siang. Tentu Fatma tak menyangka akan mendapat kejutan ini. Nih orang-orang pada mention-mention gue, ada apa deh? Jangan-jangan, mereka nemuin video-video alay gue yang entah gimana tiba-tiba viral!

Takut-takut, Fatma membuka pesan-pesan dan membacanya dari awal. Dia terkejut mendapat kabar baik yang tak dia sangka-sangka. Dia membuka media sosial, dan rata-rata temannya juga membahas topik yang sama. Topik yang memunculkan cengiran Fatma dan membuatnya terburu-buru turun ke lantai satu untuk memanggil-manggil ibunya. Tak peduli bahwa tiap langkah membuat dentuman di kepalanya bertambah.

"MAMIII!" seru Fatma sambil berlari ke teras belakang, mencari-cari sosok ibunya di taman belakang rumah. Ibunya biasanya berkebun pada jam ini. "MI, BANG REMI, MAMI!"

"Fatma...." Rania, sang ibu, menghela napas, seperti sudah hafal kelakuan anaknya. "Kalau mau ngobrol itu mendekat, sini, jangan teriak-teriak gitu. Kamu kan juga lagi sakit!"

"Tapi ini Bang Remi, nih, Bang Remi!" Fatma berhenti sejenak, menyadari bahwa dirinya turun hanya bertelanjang kaki. Di ujung pintu halaman, tak ada sandal lagi baginya untuk mendekati sang ibu. Fatma memutuskan mengobrol di situ saja. "Mami bakal punya besan, yuhuuu!"

"Besan apa?

"Besanan, menantu! Bang Remi habis ketangkep basah sama cewek lho, Mi!"

"Ketangkep basah lagi ngapain, coba? Palingan juga kamu nemu foto dia lagi jalan berdua sama cewek. Itu mah biasanya teman atau rekan kerja Remi."

Fatma terkikik. "Ketangkep basah lagi ciuman sama cewek."

Hal itu segera mencuri perhatian ibunya. "Hah? Yang bener kamu?"

Fatma manggut-manggut antusias.

Rania segera berjalan ke arah Fatma. Melupakan sesi berkebunnya sejenak. "Mana coba? Mami mau lihat ceweknya."

"Beuh, cantiknya kayak bidadari, Mi." Fatma menyerahkan ponselnya.

Rania menarik napas. Dia sudah tahu bahwa Remi ingin mendekati seorang gadis keturunan Soerjodiningrat. Namun Rania tak menyangka bahwa gadis di layar inilah orangnya. "Ini bukannya MUA yang suka kamu ceritain ke Mami, ya? Yang kayak boneka itu."

"Iya, Mi! Bang Remi lagi deket sama Kael!"

Rania memandangi foto jelita di layar ponsel Fatma. Lalu menarik napas. "Ya sudah, kalau memang benar abangmu itu deket sama Kael, nanti biar Mami tunggu dia kenalkan Kael ke keluarga kita. Biar kami semua saling kenal dulu sama satu sama lain barulah—"

"—mereka MENIKAH! Ohohohoho!" Fatma tertawa berkacak pinggang, terlihat begitu puas dengan pengambilan kesimpulannya. Namun ketika dia melihat sang ibu menatapnya datar, Fatma langsung tersadar. "Eh, bukan ya?"

Rengat (Bisai #1) | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang