16 || Di Balik Ruang

25.4K 3.6K 426
                                    

LIGHTYEARS adalah kelab malam yang memiliki interior futuristik, dan desainnya lebih mewah dari dugaan Remi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LIGHTYEARS adalah kelab malam yang memiliki interior futuristik, dan desainnya lebih mewah dari dugaan Remi. Riuh-rendah perbincangan dan musik merambat di udara. Cahaya warna-warni bergerak menyorot satu bagian ke bagian lainnya bagai laser. Ruangan cukup ramai, dan sepertinya akan tambah sesak. Setidaknya keramaian ini masih bias membuat Remi dan yang lain bergerak leluasa untuk berjalan cepat.

Di tengah jalan, Remi memelankan langkah hingga jalannya bersisian dengan Aksel, sementara Kael berada di depan mereka. Dia bertanya kepada Aksel, "Jadi, sebenernya Kael mau minta tolong sama siapa?" Remi lalu menebak, "Hacker?"

Aksel bergumam. "Salah satunya."

"Sisanya?"

"Nanti lo juga tahu pas Kael jelasin tentang masalahnya."

Merasa tidak yakin, Remi bertanya, "Tapi, ini aman, kan?"

Aksel berhenti melangkah dan memejamkan mata. Bibirnya membentuk senyum, terlihat gemas. Matanya terbuka untuk menatap Remi dengan senyum sarkastik di bibirnya. "Semua video intim Kael dan ibunya, semua didapat Erlangga dengan cara ilegal. Minta bantuan aparat keamanan jelas nggak mungkin, mereka bakal lebih tunduk ke Erlangga. Satu-satunya cara cuma pakai cara yang sama kayak Erlangga. And you dare to expect a safe play?"

Remi menatap dingin, tetap tak gentar dikonfrontasi seperti itu. "Iya, gue masih expect apa pun yang mau Kael lakukan ini tetap safe play." Nadanya terdengar datar." Ini bukan masalah ilegal atau legal. Ini masalah keamanan buat Kael. Kesepakatan apa pun yang nanti bakal dibuat Kael dengan entah siapa orang ini, seenggaknya ada yang bisa jamin keamanan untuk Kael sendiri."

Alis Aksel sedikit tertaut. Dia menatap Remi agak lama. "Oke." Dia mengangguk. "Keselamatan Kael terjamin selama nggak ada dari kita yang melanggar kesepakatan dan selama kita nggak alot dalam proses pembuatan kesepakatan."

Kini giliran Remi yang menautkan alis. "Kita?"

"Iya. Kata Kael, lo ikut nemenin kan?"

"Oh, iya gue ikut."

"Tapi lo cuma ikut sampai pertengahan jalan aja."

"Lho? Kenapa?"

"Sel!" seru suara Kael dari jauh. Kael mendekati mereka dengan alis mengerut. "Kenapa malah diem di sini? Orangnya ada di deket sini emangnya?"

"Oh, enggak." Aksel menyengir. "Gue barusan lihat cewek seksi lewat. Maklum, mata gue capek lihat kerjaan dari pagi. Butuh penyegaran dulu."

"Bacot. Ayo jalan lagi. Di mana orangnya?"

"Lurus terus. Gue aja yang pandu jalannya."

Aksel melangkah melewati Kael. Remi dan Kael pun menyusul.

Kaki Aksel berjalan sambil membuka ponsel, seperti sedang membaca sesuatu di layarnya. Matanya lalu bergerak mencari-cari. Kael dan Remi hanya mengikuti hingga akhirnya Aksel berhenti—dihentikan, oleh seorang lelaki berwajah rupawan.

Rengat (Bisai #1) | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang