7 November 2018

170 23 0
                                    

Kepada,

Rahagi Hadyan Gentala

Hari ini tepat setahun setelah aku memutuskan pergi. Aku ingin tahu kabarmu, Mas. Apakah masih mencintaiku, atau malah sudah hidup dengan baik tanpa kehadiranku. Kalau suatu hari kamu berkesempatan membaca ini dan ingin tahu apa yang kulakukan untuk bekerja, maka aku akan menceritakannya sedikit.

Di hari dimana aku memutuskan pergi darimu, aku pulang ke rumah. Kamu tahu betapa rumah tidak pernah menjadi hangat padaku sejak aku memutuskan untuk jujur dan menerima diriku sendiri. Aku masih ingat aku menangis di pelukanmu dengan tubuh bergetar hebat sambil bercerita bagaimana Ibu menamparku dan Ayah mengusirku dengan tega. Aku ingat kepingan memori itu dengan baik sejelas aku melihat punggung tanganku sendiri.

Kamu mungkin bertanya kenapa aku pulang. Aku hanya... rindu. Rindu rasanya punya tempat untuk kembali. Rindu pada perasaan senang dan aman saat tahu bahwa ada yang sedang menungguku pulang. Mungkin rasa rindu yang hebat itulah yang menjadikanku begitu serakah akan keberadaanmu. Sebab kalau bukan kamu, siapa lagi yang bersedia jadi tempatku kembali di dunia ini?

Aku menemukan rumah lamaku kosong tanpa penghuni. Tetangga bilang Ibu dan Ayah sudah pindah. Ia sampai memelukku karena ternyata semua orang di kampung tahunya aku hilang sejak lama. Aku hanya tersenyum getir sekali wakti itu. AKu tidak pernah menyangka kalau kesendirian akan sebegitu menyeramkan.

Tapi aku tidak lagi takut mati, Mas. Setelah sadar bahwa tidak ada satupun tempat di dunia yang bisa kudiami lagi, aku tidak takut mati. Bagaimana jika ternyata kematian adalah kawanku yang paling setia?

Aku membantu mengajar di madrasah kecil di pinggir kampung. Juga menyambi jadi satpam. Uang  yang kukumpulkan tidak sebanyak upahku saat bekerja sebagai barista di kafe di Bandung. Juga tidak bisa menyamai bayaranku sebagai pengajar private. Tapi cukup untuk mengganjal perut dan menabung sedikit untuk pergi.

Kemana? Entahlah. Saat itu yang kupikirkan cuma pergi. Kupikir kalau saja aku mati, maka aku akan menyesal jikalau tidak mencoba sedikit berkelana.

Sampai di sini dulu ceritaku. Pak Tatang pemilik studio tempatku bekerja sudah menunggu. Semoga Mas sehat selalu.


Salam,

Senin 7 November 2018

Jurnal Arkan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang