BAB 9. Lisa Sekarat

8.5K 542 38
                                    

      Komplotan perampok itupun menoleh cepat kearah Lisa. Perampok itu berjumlah lima orang. Dua orang dari mereka sendang sibuk memegangi wanita yang jadi korban. Sedangkan tiga dari lainnya sudah mengobrak abrik mobil yang dipastikan milik korban.

Salah satu perampok itu memberikan smirk. "HAHA! Bocah, apa kau gak kapok berurusan sama kami?!"

Lisa yang masih berkacak pinggang tertawa renyah. "Hum! Sebenarnya sih, gue udah males banget harus ngotorin tangan gue."

Mendengar perkataan Lisa membuat mereka geram habis-habisan. Satu dari mereka sudah melayangkan tinjunya tapi langsung ditangkis oleh Lisa. Melihat itu, dua orang yang lain nya langsung maju secara bersamaan. Jadilah tiga lawan satu, karena dua orang lain nya masih memegangi wanita itu yang sekarang sudah lemah.

Perkelahian pun terjadi, meskipun Lisa sudah mendapatkan memar diwajahnya dan luka dibibir bawahnya tapi dia tetap unggul. Bagaimana tidak, karena tiga perampok itu kewalahan menghajar Lisa yang masih muda apa lagi lihai dalam urusan bertinju. Mereka sudah mendapatkan banyak pukulan dan ada yang sudah terkepar lemah. Sampai pada akhirnya satu perampok yang memegangi wanita itu menghampiri Lisa secara diam-diam sambil membawa pisau ditangannya dan langsung menancapkan kearah perut bagian kiri Lisa.

Lisa yang menyadari dirinya sudah mendapat luka tusukkan membuatnya terhuyung kedepan. Perampok yang masih memegangi wanita itu langsung menampar kuat sang wanita sehingga menyebabkan pipinya merah. Komplotan perampok langsung berlari meninggalkan mereka karena tidak mau ambil resiko. Lisa yang melihat itu masih berusaha menguatkan dirinya, ia menghampiri wanita itu sambil memegangi perut kirinya berusaha menghentikan pendarahan.

"Apa anda masih sadar?" Khawatir Lisa, karena melihat wanita itu sudah tidak berdaya.

Lisa membalik badan sang wanita, yang tadinya terbaring tengkurap karena ulah salah satu perampok itu yang menamparnya kuat. Ternyata wanita yang jadi korban adalah Park Min-young, Ibu dari ketiga kakak beradik yang Lisa kenal. Tapi sayangnya, Lisa tidak mengenal Park Min-young.

Lisa mengoyang-goyangkan badan Park Min-young, berharap wanita itu masih bisa sadar. "Bangunlah!"

Karena menyadari Park Min-young sudah tidak sadar lagi, cepat-cepat Lisa menggendong nya. Meskipun Lisa sendiri mendapatkan luka tusukan. Lisa membawa Park Min-young kedalam mobil untuk segera kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit Park Min-young langsung mendapatkan perawatan tapi tidak dengan lisa, ia malah terlihat sedang duduk diruang tunggu menyandarkan kepalanya pada kursi dan memejamkan kedua matanya. Banyak orang yang memperhatikan nya. Bagaimana tidak, Lisa benar-benar terlihat sangat pucat seperti mayat hidup. Tapi ia tetap menyembunyikan luka diperutnya. Setelah dirasanya cukup lama Lisa pun beranjak dari tempat itu menuju lift dengan tertatih. Ketika ia hendak masuk lift tiba-tiba Jennie keluar dari lift yang berbeda sehingga mereka tidak sempat berpas-pasan. Jennie berlari pelan menuju meja Resepsionis. Wajahnya memancarkan kekhawatiran.

"Suster dimana ruangan ibu saya?" Jennie sangat panik.

Setelah di beritahu suster, dia langsung berlari menuju ruangan Ibunya. la melihat ibunya yang sedang terbaring lemah dengan Infus dan bantuan oksigen.

"Mami kenapa bisa gini?" Jennie menitikkan air mata, di genggam nya kedua tangan Park Min-young.

Jennie pun keluar dari ruangan Ibunya dan pergi lagi ke meja Resepsionis.

"Suster, tadi anda bilang ada orang yang membawa ibuku kemari. Sekarang dimana orangnya?"

Suster itu mendongkak. "Akh, iyaa... Itu disebelah sa-" Ucapannya terhenti karena tidak mendapati Jendra duduk di ruang tunggu. "Kemana dia? Tadi disana! Dia juga keliatannya tidak baik-baik aja. Mukanya pucat banget kayak mayat hidup." Beritahu sang Suster.

Jennie refleks menoleh kearah yang ditunjuk Suster. Dia mengerutkan kening ketika mendengar kata-kata terakhir penjaga Resepsionis itu. "Kayak mayat hidup? Maksudnya bagaimana suster? Kenapa tidak di berikan perawatan?"

"Tadinya, pas orang itu menyuruh saya buat menghubungi keluarga ibu anda, saya sudah menawarkan perawatan buat dia tapi dianmalah nolak." tandas Suster itu mencoba menjelaskan.

Jennie mengehela nafas pasrah, niatnya ingin berterimakasih harus dia urungkan karena sudah kehilangan penyelamat ibunya.

_THE MADAME AT SCHOOL_

Di Kediaman Lisa. Hanbin yang sudah lama menunggu temannya itu pulang akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat Lisa.

Hanbin menyipitkan mata. "Kenapa dia pucat banget?" Monolog Hanbin. Seperti ada yang tidak beres apalagi setelah melihat Lisa yang berjalan tertatih.

"Hanbin..."

Brug! Lisa langsung terjatuh tepat dipelukan Bian.

"Njir! Kenapa lo?" Hanbin kaget, ia mengira jika Lisa sedang mengerjainya. "Si bego... Becanda mulu lo!" Pekik Hanbin.

Tanpa sengaja tangan nya menyentuh dimana luka Lisa berada. "Kok?" Hanbin terbelalak, tangannya sampai bergetar menyadari ia sudah menyentuh cairan darah yang mengental di tangannya. "Wo-woii! Lo kok,"

Hanbin sampai tidak bisa berkata-kata lagi, matanya sudah memerah menahan ingin menangis. "Hiks! Lo bego apa gimana? Sialan! Siapa yang berani ngelakuin ini ke lo, hah?" maki Hanbin lantas menangis sejadi-jadinya. "Lo ngapain nyiksa diri lo sendiri gini sih?"

     Tepat pukul dua puluh Park Min-young sadarkan diri. Disana sudah ada Jennie dan Wendy karena Jisoo dan Irene masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan ayahnya, Suho masih perjalanan bisnis yang diketahui dua minggu lagi baru pulang.

"Mami udah sadar, Kak panggil Dokter!" Dokter!" Perintah Jennie kepada Wendy yang langsung berlari keluar.

Tidak butuh waktu lama untuk Wendy memanggil Dokter. Kini ia sudah membawanya dihadapan Park Min-young.

Dokter pun memeriksa keadaan nya. Setelah itu ia langsung memberitahu bahwa Park Min-young dalam keadaan baik-baik saja. Hanya mengalami Syok ringan atas kejadian yang ia alami dan ia lihat. Setelah menyampaikan pesan, Dokter itu langsung meninggalkan ruang rawat Park Min-young.

"Mi, Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Jennie setelah ia rasa Ibunya sudah lumayan sadar.

Park Min-young mulai menceritakan kejadian itu yang masih dingatnya meskipun tidak sepenuhnya karena ia pingsan pada saat-saat terakhir.

"Apa Mami ingat wajah cowok itu?"

Park Min-young menghela nafas. Ia mencoba mengingat kembali tetapi kepalanya masih terasa pusing. "Huft! Entahlah, pas dia nyamperin, Mami langsung pingsan. Jadi mukanya keliatan samar-samar," Beritahu Park Min-young. Sejurus dia teringat akan satu hal. "Tunggu, apa dia sudah dirawat?"

Jennie menggeleng pelan. "Tidak! Kata Perawat, dia liat orang itu udah pergi," Sungguh, Jennie sangat berat untuk menyampaikan itu.

"Astagaa... Dia di tusuk sama perampok itu," Panik Park Min-young, merasa bersalah atas apa sudah yang terjadi.

Dilain sisi, empat sahabat Lisa sedang berkumpul di depan ruang operasi. Mereka mondar-mandir gelisah, itulah yang dirasa. Wajah khawatir di diri mereka masing-masing bahkan belum juga pudar. Sampai akhirnya dokter pun keluar dari ruangan itu.

Seulgi langsung menyambutnya. "Dokter, apa teman kami baik-baik saja?"

Dokter itu memperhatikan mereka satu persatu. "Dia kehilangan banyak darah tapi untungnya stok darah yang kami miliki cocok dengan darahnya jadi dia sekarang sudah dalam tahap pemulihan. Jadi tinggal tunggu dia sadarkan diri."

Wajah lega terpancar dari keempat cowok itu. "Makasih, Dok!" ucap mereka bersamaan. Setelahnya Dokter itu pun pergi meninggalkan mereka.

"Guys, inget! Jangan sampai ada yang tau soal kejadian ini!" Ucap Seulgi mengingatkan ketiga teman nya itu. "Besok, di sekolah kita kasih alesan kalau dia lagi demam. Mengerti?" tambahnya lagi yang langsung di beri anggukkan mantap oleh ketiga sahabatnya.

_THE MADAME AT SCHOOL_

THE MADAME AT SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang