BAB 10. Lisa Diusir Dari Sekolah?

7.5K 531 25
                                    

     Di pelajaran pertama kelas 12 Sains ialah Fisika. Semua murid sudah siap dengan bukunya masing-masing karena mengetahui siapa yang akan memberikan materi pembelajaran terlebih dahulu. Joy yang diketahui berstatus Guru Fisika teladan, sudah memasuki kelas itu. Tak heran karena ia seorang Guru yang tepat waktu. Baginya membuat murid pintar adalah tugas utamanya. Karena itu dia berperilaku tegas dan di cap sebagai Guru Killer.

Joy menyincing kan mata, memperhatikan satu per satu murid dikelas itu. "Lisa dimana? Apa terlambat lagi?!" ujarnya yang terdengar seperti membentak itu.

Taehyung sang Ketua Kelas, melirik kanan kiri. "Bu guru, dia lagi sakit." Joy menggeleng antara percaya atau tidak jika Lisa sedang sakit saat ini.

Jennie yang kebetulan melewati Kelas itu sesekali menoleh mencari keberadaan Lisa. Karena dia sudah tahu jika Lisa bertempat dikelas Sains.

"Kemana dia? Apa telat lagi?" batin Jennie.

"Akh, iyaa... Kak, tolong nanti kasih tau Ibu Joy buat kirim hasil ulangan kelas 12 Sains! Karena tinggal kelas itu yang belum aku liat hasilnya." Wendy mengangguk sekaligus bergumam untuk merespon ucapan Jennie.

Setelah memeriksa hasil ulangan. Sekali lagi Jennie memijit pelipisnya setelah melihat hasil ulangan Kelas Sains. Lagi-lagi emosinya meledak, bagaimana tidak ia harus melihat hasil yang tidak dia inginkan. Apalagi setelah melihat nama Liaa yang mendapatkan warna merah tidak melampaui KKM.

"Kak, Tolong suruh siswa itu keruangan ku sekarang juga!" Jennie meninggikan nada bicaranya. Dia benar-benar meredam emosi saat ini.

Dengan langkah cepat, Wendy menuju ruang Kelas yang di huni Lisa. Matanya menyusuri setiap sudut kelas, mencoba mencari keberadaan cowok itu.

"Lisa nya ada?" tanya Wendy kepada dua orang di kelas itu. Mereka adalah Taehyung dan Seulgi. Karena ini waktu istirahat. Jadi semua murid melakukan rutinitasnya masing-masing.

Seulgi yang sekarang duduk diatas meja. Langsung menegakkan badan nya. "Lisa nya sakit kak, jadi gak masuk sekolah."

Wendy terdiam sejenak. "Aduh, bisa marah banget dia." gumam wanita itu mengaduh. Dia sampai memegangi kepalanya menyadari jika Jennie akan marah.

"Ada perlu apa sama Lisa Kak?" tanya Seulgi penasaran. Mereka memang memanggil Wendy dengan embel-embel Kak, karena cukup bingung harus memanggil wanita itu apa, guru juga bukan.

"akh itu.. Nanti kalau dia udah masuk, bilang aja di cariin kepala sekolah ya, suruh keruangan!" Beritahu Wendy, sedikit memaksakan senyuman.

Taehyung dan Seulgi saling menatap, penasaran kedua cowok itu makin meningkat.

"Bisa di wakilin aja gak kak?" Tanya Seulgi, lagi.

"Iya kak, soalnya gak tau dia kapan bisa masuk nya lagi, emph!" Buru-buru Seulgi membekap mulut Taehyung karena hampir saja keceplosan.

Sekarang gantian Wendy yang penasaran, tapi cenggiran dari Seulgi membuatnya mau tidak mau mengurungkan rasa penasarannya itu. "Lagi?"

"Itu! Kan dia lagi sakit kak, jadi gak taukan kapan bisa sembuhnya," Seulgi mencoba menjelaskan berharap wanita itu tidak mengintrograsikan nya.

Wendy mengangguk mengerti, karena apa yang dikatakan Seulgi ada benarnya juga. "Yaudah intinya kapan dia sekolah suruh langsung ke ruangan aja yaa, saya pamit dulu." Lantas ia langsung meninggalkan ruang Kelas itu.

Wendy membuka kenop pintu secara perlahan. Berharap kehadirannya tidak diketahui empunya ruangan. Tetapi nihil, Jennie yang mempunyai Insting kuat menoleh kearah Wendy yang sekarang hanya bisa memberikan cenggiran.

"Hum.. Temannya bilang, dia lagi sakit jadi gak masuk sekolah,"

Jennie menghela nafas panjang. "Sakit apa pura-pura sakit?" gemas Jennie. Harus Wendy akui dirinya menjadi pelampiasan.

"Aku harus kasih dia pelajaran, jangan sampai dia bikin malu sekolah ini. Jennie berseru, emosinya benar-benar memuncak pada saat ini.

LISA PoV

Aku tersadar dari tidur yang lumayan panjang. Ketika hendak membuka mata sedikit demi sedikit, aku melihat ada empat orang sedang menunggu yang sudah ku pastikan mereka adalah sahabat-sahabat ku. Mereka terlihat tersenyum lega setelah mendapati ku membuka mata. Meskipun ada tatapan sendu dimata mereka. Mungkin ada banyak pertanyaan yang mereka pendam, tetapi untuk saat ini aku benar-benar tidak bisa bercerita.

Dua hari aku dirumah sakit dan selama itu aku menjalani perawatan yang belum sepenuhnya. Tapi aku tidak ingin berlama-lama disini. Ada kerjaan yang harus dilakukan dan status ku sebagai seorang pelajar. Karena aku tahu jika Kepada Sekolah itu akan marah besar tidak mendapatiku selama beberapa hari disekolah. Jadi hari ini aku memutuskan untuk masuk Sekolah. Luka tusukan diperut bagian kiri membuatku berjalan sedikit tertatih. Karena rasa nyeri yang belum juga sembuh.

Aku melihat di depan pintu Gerbang keempat sahabatku sudah menunggu dengan senyuman manis mereka yang akhir-akhir ini mereka tunjukkan. Mungkin karena aku sedang mengalami musibah jadi mereka lebih menunjukkan senyum dari pada ocehan kepada ku.

"Madam nyuruh lo ke ruangannya sekarang juga!"

Jimi menoyor kepala Taehyung. "Ckck! Lo jangan bikin Lisa pagi-pagi banyak pikiran dong!"

Aku tersenyum kecut. Aku tahu jika beberapa sahabatku memang menyembunyikan sesuatu agar diriku tidak terbebani.

"Gapapa, gue udah tau," ucapku mencoba meyakinkan mereka jika aku baik baik saja. "Gue langsung kesana aja."

Aku menghirup udara dari rongga hidung berharap dapat kekuatan.

Hanbin menepuk bahu ku. "Kalau ada apa-apa bilangin gue yaa..."

"Wih, pahlawan nih!" Pujiku pada Hanbin yang lebih bermaksud gurauan.

"Cih! Kapan lagi gue kayak gini coba!"

"Ututu..." Aku mengelus rambut Hanbin dengan sayang. "Lo doang yang paling sweet di antara kita-kita."

"Udah akh! Gue langsung kesana dulu, nanti makin marah beliau kalau kelamaan." Pamitku kepada mereka.

"Semangat Brother!" teriak mereka dari belakang, setelah beberapa langkah aku berjalan.

Aku menoleh lalu mengangkat tangan kanan ku. Menunjukkan jika diriku semangat dan siap mendapatkan ocehan dari sang Madam yaitu Kepada Sekolah.

Mataku berkelana kesetiap sudut dan tidak mendapati seorang pun di ruangannya. Mungkin mereka belum datang pikirku. Aku mondar-mandir mencoba bersabar menunggu mereka. Tepat dimenit kelima mereka tiba. Maksudnya Kepada Sekolah, karena tidak dengan Managernya.

Kedatangannya membuatku sedikit merinding ketakutan karena merasa aura yang begitu sangat mencengkram. Bagaimana tidak, dengan raut wajah datar dan dinginnya itu, aku sudah tahu jika dirinya akan marah besar. Aku menegguk saliva ku susah payah. Dia melewati ku tanpa menoleh sedikitpun. Aku hanya bisa menundukkan kepala, bersikap sesopan mungkin kepada dirinya, bertepatan dengan dengan dia sampai di kursi kebangaan nya.

LISA PoV End

Cukup lama mereka saling diam sampai akhirnya Jennie membuka suara.

"Apa kau tetap ingin sekolah?" tandas Jennie sambil melepas kacamata hitamnya. Matanya langsung menatap lekat ke manik mata Lisa. Dengan tatapan tajamnya itu yang lantas mampu membuat Lisa terdiam mematung.

_THE MADAME AT SCHOOL_

THE MADAME AT SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang