BAB 11. Lisa Dikeluarkan dari Sekolah?

7.6K 493 37
                                    

JENNIE POV FLASHBACK.

Hari ini aku memutuskan untuk rapat dengan Dewan Guru. Mengingat perlakuan seenaknya dari salah satu Siswa disini yang sudah berapa hari tidak masuk.

"Saya sedikit pusing menghadapi siswa itu," Ucapku yang mermbuat Dewan Guru kebingungan. Bisa kulihat jika mereka tidak mengerti dengan apa yang aku maksud.

"Saya juga sedikit mengeluh dengan anak itu. Apa lagi ini sudah kelas 12 yang sebentar lagi mereka akan mengadakan ujian," Komentar Joy, sang guru Fisika.

Bagus akhirnya ada yang mengerti dengan apa yang aku maksud dan pendapatnya juga sama sepertiku. Wakil Kepala Sekolah terkesiap. Mulutnya ternganga siap mengatakan sesuatu.

"Akh, iya Bu! Saya mengerti sama apa yang anda maksud," Tebakan ku benar. Ternyata beliau mengerti juga. "Tapi dia sedang sakit sekarang,"

"Saya tidak peduli, dia sakit atau tidak! Yang jelas saat ini saya ingn meminta pendapat dengan kalian." Semua yang berada diruangan sejurus terdiam.

"Pendapat bagaimana maksud anda?"

Aku menoleh kearah wanita paruh baya yang bertanya kepadaku. Beliau adalah Guru Biologi jika aku tidak salah.

"Saya akan ambil jalan tengah, yang dimana saya akan memindahkan dia disekolah lain atau jika dia tidak mau dia bisa memilih untuk keluar!"

Ruangan kembali sunyi. Tetapi raut wajah mereka yang berbeda saat ini. Aku tahu jika mereka akan kaget dengan apa yang sudah aku rencanakan.

"Apa anda yakin dengan keputusan itu?" Rosé mulai membuka suara, ia lebih terlihat tenang dari yang lain. "Maksud saya dia seorang anak perantau yang kami disini semua tidak tau dia berasal dari keluarga mana, dia mungkin tidak bisa mengurusi dirinya sendiri,"

Pernyataan dari Rosé membuatku sedikit goyah. Jujur jika seperti ini aku juga tidak tega harus mengeluarkan nya. Tetapi sekali lagi Sekolah ini punya aturan.

"Hum... Baiklah saya rasa rapat nya cukup sampai disini."

Aku memutuskan untuk mengakhirinya saja. Karena perlu memikirkan sangsi apa yang harusnya aku berikan untuk Lisa.

Ternyata, sampai diruangan aku juga belum bisa memutuskan hal itu. Malah semakin membuatku pusing. Tetapi aku harus konsisten dengan apa yang sudah ku rencanakan.

"Jennie, apa kamu yakin sama keputusan kamu itu?" Aku kaget dengan apa yang ditanyakan Wendy. Karena memang dari tadi kami saling diam sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Sekarang aku lagi gak mau mikirin soal itu."

Aku terpaksa berbohong agar Wendy tidak mengetahui jika aku sama saja memikirkan anak itu. Tetapi sepertinya aku perlu pendapat Wendy.

"Ekhem! Menurut Kakak, apa yang harus aku lakukan?"

Wendy menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi sibuk menatap Laptop. la menghadap kearahku.

"Kenapa gak kamu paksa aja dia belajar?" Ucapnya yang membuatku mengerutkan kening. "Maksudku carikan guru les atau aku bisa mengajarinya." Tambahnya sedikit menggodaku.

Aku terdiam, memikirkan apa yang Wendy katakan. Setelah beberapa saat aku mulai mendapatkan ide. Karena jujur aku juga merasa kasihan terhadap anak itu kalau-kalau jadi gelandangan di Kota orang jika aku memberhentikan Sekolahnya.

JENNIE POV FLASHBACK END.

"Apa kau tetap ingin sekolah disini?"

"Sialan! Si Madam bener-bener ngusir gue." batin Lisa.

Tanpa menjawab pertanyaan itu Lisa pun yang tadinya duduk sekarang bangkit berdiri. Tanpa sepengetahuan Jennie, ia berjalan sedikit demi sedikit meninggalkan tempat itu. Mungkin saat ini dipikiran nya lebih baik diam dari pada harus melawan Kepada sekolah itu. Terlihat dari raut wajahnya Lisa benar-benar sedih.

Jennie yang masih sibuk dengan handphone nya sambil membelakangi pintu tidak tahu sama sekali jika Lisa diam-diam meninggalkan ruangannya sampai akhirnya Wendy pun masuk.

"Ternyata kamu memilih ngusir dia yaa..." Ucapan Winnie membuat Jennie memutar kursinya dengan cepat.

Mata Jennie mencari keberadaan Lisa. la menghela nafas setelah tidak melihat keberadaan cowok itu. "Kapan dia keluar?"

"Mungkin dia sudah di gerbang sekarang."

"Ckck! Dia bodoh banget, aku belum selesai bicara jadi gak seharusnya dia langung pergi gitu aja!" gerutu Jennie. la benar-benar di buat marah Lisa sekali lagi.

_THE MADAME AT SCHOOL_


Sedari tadi Lisa hanya bisa meratapi nasibnya. Matanya sudah hampir berkaca-kaca. Tapi ia tidak bisa menjatuhkan air matanya saat ini. Itulah Lisa, orang yang sangat kuat mampu menahan luka dihatinya. Duduk ditaman sambil menimati hembusan angin yang melewati wajahnya.

"Tuan... Sepertinya dia tidak masuk sekolah hari ini. Maksud saya sepertinya dia sedang membolos." Seorang Pria berpakaian serba hitam sedang berbicara lewat telepon. Matanya fokus memperhatikan Rajendra.

"Apa yang anak itu coba lakukan? Saat ini, itu tidak penting. Tetap awasi dia jangan sampai dia membatalkan rencana ku selama ini." Titah orang yang ditelepon. Lantas ia memutuskan panggilan secara sepihak.

Setelah Bel istirahat dibunyikan. Seulgi, Hanbin, Jimin dan Taehyung langsung berlari keluar kelas untuk mencari keberadaan Lisa. Tetapi usaha mereka sia-sia karena Lisa tidak juga ditemukan.

Mereka sudah mengelilingi seluruh bagian sekolah itu. Seulgi yang sambil terus menghubunginya tetap percuma karena handphone Lisa yang di nonaktifkan.

Bruk! Hanbin menabrak Wendy sehingga mengakibatkan Wendy hampir terjatuh tapi masih bisa diselamatkan oleh Hanbin. Karena pada saat itu ia langsung memegang kearah pinggang Wendy. Sedangkan Wendy langsung dengan cepat berpegangan di bahu Hanbin. Kejadian itu membuat mereka saling menatap cukup lama.

Deg! Hanbin menelan salivanya susah payah. Setelah ia menyadari jantungnya berdetak. la sampai cegukkan karena hal itu.

"Jangan menatapku seperti itu! Lepasin aku cepat!" Wendy meninggikan nada bicaranya yang langsung membuat Hanbin tersadar.

"Akh! Ii-iyaa kak," Cicit Hanbin, setengah grogi.

Setelah sedikit membereskan penampilannya. Wendy langsung beranjak meninggalkan tempat itu tapi langsung ditahan oleh Hanbin.

Wendy melihat kearah tangan nya yang di pegang Hanbin. "Kakak ada ngeliat Lisa gak?"

"Hum... Mungkin dia sedang dirumah meratapi nasibnya." sungut Wendy dengan acuh. Kakinya melangkah meninggalkan Hanbin.

"Njir! Sombong banget tuh orang." pekik Hanbin, di rabanya tempat dimana area jantung nya berada. "Tapi kenapa jantung gue?"

Jimin yang memperhatikan Hanbin dari kejauhan. Tiba-tiba sebuah ide muncul dikepalanya setelah melihat Hanbin dengan tatapan kosong. Lalu ia mendekat kearah Hanbin dengan cara mengendap-endap.

"WOI!!" teriaknya tepat ditelingga Hanbin. Sampai-sampai membuat Hanbin memasang kuda-kuda.

"Sialan! Awas lo yaa..."

Jimin sudah tertawa lepas dibuat reaksi Hanbin.

"Haduh ngakak banget anjir!" Hanbin sudah mencibir, ingin sekali dia menghabisi sahabatnya itu sekarang juga. "Gimana? Lo liat Lisa gak?"

Hanbin menepuk jidatnya karena sampai lupa jika dirinya sedang mencari Lisa. "Bego! Bisa bisanya gue lupa kalau lagi nyariin Lisa,"

"Lo bego banget sumpah! Pikun lo gak ilang ilang heran," celetuk Jimin, dia mendengus beberapa kali.

"Yaa... Maaf atuh, tapi tadi kata dayangnya si Madam kalau Lisa nya mungkin sekarang lagi merenungi nasib di rumah," Beritahu Hanbin, untungnya dia masih ingat sama apa yang di katakan Wendy.

Jimin menoleh cepat. "Maksudnya merenungi nasib?"

"Jangan bilang?" Hanbin Sekilas refleks menutup mulutnya.

"Dia di keluarin?" tambah Jimin untuk melanjutkan kalimat dari sahabatnya itu.

_THE MADAME AT SCHOOL_

THE MADAME AT SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang