Tak terasa kini sudah memasuki musim dingin. Seluruh tempat juga sudah dipenuhi akan tumpukan salju putih. Pertanda ini juga menyatakan bahwa Kak Tesla harus kembali lagi ke Akademi nya. Dia harus kembali seminggu lebih cepat dari pada murid lainnya, dikarenakan dia adalah salah satu dewan elite yang mengatur akademi tersebut dengan 8 anggota lainnya. Tentu saja seluruh anggota ini bukan sembarangan orang. Mereka diseleksi terlebih dahulu dengan berbagai kemampuan serta bakat yang dimilikinya. Kak Tesla berada di peringkat 4 besar yang memiliki pengaruh serta kemampuan yang menakjubkan.
Sewaktu ingin pergi, Kak Tesla begitu engan meninggalkan Hanz. Dia memeluknya begitu erat yang tak ingin lepas hingga harus Ibu yang menangani permasalahan ini. Ya, tau sendiri saja lah bagaimana cara Ibu menyelesaikan masalah. Kak Tesla dililitkan akan rantai besar yang disertai puluhan gembok yang menguncinya setiap bagiannya. Walaupun terlihat tak manusiawi, ya mau bagaimana lagi.
Kepergian Kak Tesla bagi Chelsea merupakan suatu kegembiraan tersendiri baginya. Dia begitu senang bahwa tak ada lagi yang mengganggunya bersama Hanz.
Di samping itu pula Hanz juga sedang memahami apa saja yang akan dibahas oleh Akademi itu. Ini dipersiapkannya sebelum berangkat ke sana juga, walaupun seluruh keluarga masih ragu serta enggan melepaskannya ke sana.
Akademi Nera, itulah namanya. Terletak di wilayah Greymount yang berpapasan langsung dengan kerajaan Valeford, kerajaan terbesar dari keseluruhan kerajaan Ras lainnya.
Akademi ini memiliki 2 kategori yang akan dipelajari, yakni ilmu berperang dan sihir.
Kehormatan seseorang di Akademi ini tidak didapatkan melalui berapa banyak uang maupun statusnya yang dimilikinya, melainkan kekuatan. Kekuatan lah yang menentukan segalanya di Akademi ini, hingga mendapatkan kiasan “Yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan binasa ” atau yang lebih ringan didengar “Jadilah yang terkuat, maka kau akan selamat ”. Walaupun ini terlihat tak masuk akal, tapi memang inilah kenyataannya.
Kak Tesla begitu marah dan menolak Hanz untuk kembali lagi ke akademi itu. Walaupun begitu Hanz tetap bersikeras untuk kesana, hingga Kak Tesla tak dapat menentangnya karna telah melihat tampang Hanz yang begitu seriusnya(Walaupun sebenarnya keseriusan Hanz datang akan penasarannya tentang bagaimana kehidupan di akademi dunia ini).
Tumpukan buku telah Hanz baca disertai Chelsea yang selalu tertidur pulas di bahunya. Chelsea sangat menempel kini, bahkan lebih sering semenjak Kak Tesla tak berada lagi disini. Dia begitu senang seakan nyaman di dekat Hanz.
Hari-hari pun telah berlalu. Hanz kini sedang berkemas-kemas menyiapkan segala keperluannya nanti.
Ibu menyeru di ujung lorong “Apakah kamu sudah selesai nak!! ”
“Sudah Bu! Aku akan kesana sekarang. ”
Sebuah kereta kuda dengan gerbong di belakangnya sudah tersedia. Ayah sudah mengatur seluruh kepergian ini. Tampang Ibu masih sangat cemas dan Ayah hanya memalingkan wajahnya, walaupun begitu Hanz tetap berusaha untuk tidak membuat mereka tambah khawatir dengan memberikan sebuah senyuman yang begitu lebarnya.
“Tenang saja Yah, Bu ... Aku pasti akan jaga diri kok! ”
Walaupun Hanz sudah mengatakan itu, mereka semua masih tetap cemas dengan wajah lusuh mereka.
Chelsea langsung menyela pembicaraan dengan suara arogannya “Kenapa Ayah dan Ibu segitu khawatirnya? Bukannya ada aku kan?! ”
Setelah Chelsea mengatakan itu, raut wajah mereka perlahan berubah. Mereka kembali tersenyum dengan berbagai makna didalamnya.
Kereta kuda pun berjalan yang dikemudikan oleh seorang Kusir sewaan Ayah. Angin sajuk berhembus dengan kencangnya, hingga beberapa daun masuk ke dalam gerbong lewat jendela.
Chelsea begitu menikmati perjalanan ini, itu jelas tampak dari bagaimana dia menyandarkan pipinya ke lengannya di jendela gerbong. Sesaat dia terdiam serta tersenyum menatap kerumunan perpohonan di samping jalan.
Hanz tak peduli bagaimana dia diperlakukan oleh orang-orang di Akademi itu nantinya. Yang dia inginkan hanyalah membuat beberapa teman disana serta ingin mengubah kehidupan Dia(Hanz) yang menyedihkan dulu menjadi menyenangkan.
Hanz tak sadar bahwa dia tertidur di sepanjang jalan tadi, hingga matahari terbenam. Matahari yang mewarnai keemasan ini terlihat begitu fantastik. Di samping itu juga Kota Valeford juga sudah tampak di depan mata. Kota yang begitu indah, hingga karna sinar emas matahari yang terbenam itu membuat kota itu tampak lebih hidup dengan berbagai warna yang dihasilkannya akan pancaran matahari itu.
Hanz tak sadar bahwa Chelsea tertidur di samping bahunya. Sesekali Hanz menjahili pipinya dengan sedikit menekan ujung jarinya dan mencubitnya sedikit. Pipinya begitu lembut dan kenyal layaknya agar-agar, serta kulitnya yang putih lembut ini membuat Hanz tak bosan-bosan untuk menyentuhnya.
Akhirnya sampai juga di depan gerbang masuk. Penjagaan benar-benar ketat yang dijaga oleh beberapa Knight. Sepertinya beberapa Knight disini begitu terampil dan berpengalaman. Tubuh mereka begitu kekar, serta seluruh tubuh mereka dilengkapi full armor yang terbuat dari baja.
Chelsea mulai membimbing Hanz ke asramanya. Asrama yang sudah lama ditinggalinya dulu, hingga tak ada yang berubah sedikitpun.
Setelah mengantarkan Hanz, Chelsea langsung pamit untuk memberikan beberapa dokumen ke Kak Tesla. Hanz masuk ke dalam ruangannya yang dikatakan ruangannya dulu.
Baru saja masuk ke dalam sana, ruangannya ini begitu berantakan. Beberapa buku berhamburan kemana-mana, baju yang terlihat lusuh, serta beberapa coretan di dinding membuat ruangan ini layaknya rumah hantu saja.
Hanz mulai mendekati coretan di dinding ini. Coretan ini bewarna hitam dengan sedikit bau amis, apalagi coretan ini terlulis 'Dasar monster! ' dengan besarnya. Hanz tak mempedulik dan mencoba membersihkan seluruh kekacauan ini.
Beberapa jam sudah berlalu.
“Fiuh~ akhirnya siap juga! Sekarang tinggal coretan aneh ini. ”
Hanz mulai membersihkan coretan di dinding ini dengan membasuhnya. Coretan ini langsung luntur seketika ketika mengenai air, hingga Hanz mulai terdiam, terdiam tak percaya akan warna yang dihasilkannya. Coretan ini rupanya terbuat dari darah, darah yang begitu kental dan kaya akan bau amis.
Hanz tak kuat menatap darah ini hingga dia langsung berlari ke kamar mandi dan berakhir dengan muntah.
“Hah~ Hah~ Hah~ ... Ap-apa? Apakah aku salah lihat? ”
Hanz mulai menatap tangannya kembali yang kini sedang gemetaran berlumuran darah akan coretan tadi, hingga membuatnya mual kembali. Dengan cepat Hanz langsung membasuh kedua tangannya dan langsung membersihkan noda darah di tembok ini. Tubuhnya sedikit gemetaran dengan wajah yang amat ketakutannya.
Hanz mulai menepuk kedua pipinya dengan kuat untuk memulihkan pikirannya.
*Plok-plok! *
“Apa sih yang ku pikirkan! ”
Dengan cepat Hanz langsung berbaring lesu di ranjangnya, melebarkan kedua tangannya seraya mencoba merenggangkan.
Sesaat Hanz masih terpikir akan noda darah itu.
'Apa-apaan lah tadi itu? Entah mengapa aku merasa bahwa Hanz dulunya begitu menakutkan. '
“Argh!!! Kenapa aku masih memikirkan itu sih! ... Sekarang waktunya untuk tidur oke, tidur dan lupakan apa yang terjadi tadi! ”
___S_E_E__Y_O_U__N_E_X_T__C_H_P___
Salam dari LA®™
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlimited ability: the strongest loser is unmatched
Fantasy[[ Hiatus ]] [ Status : Ongoing ] [ Update : min-1x Seminggu ] [ Maaf kalau ungkapan katanya masih sedikit amburadul. Ya~ intinya bisa dibaca kan~. ] **Sinopsis** Ketika Ia membuka matanya, dia tak menyangka bahwa dia kini sudah bukan lagi berada d...