Chp 06. Teman pertama

1.1K 89 24
                                    

Matahari mulai menyinari dunia. Hanz terbangun akan silau'an matahari dari jendela kamar yang mengenai langsung ke kelopak matanya.

Dengan tubuh yang amat lelah Hanz terbangun. Merenggangkan seluruh tubuhnya dan mulai keluar dari ranjangnya menuju kamar mandi.

Setelah membasuh tubuhnya, Hanz langsung memakai sebuah seragam, seragam akademi ini. Ini terlihat sedikit familiar karna hampir mirip dengan seragam di dunianya dulu.

*Tok-Tok-Tok* Suara pukulan pintu.

"Kak! Apakah kamu sudah siap? " Ucap Chelsea dari balik pintu.

"Tentu saja. " Ungkap Hanz dengan penuh semangat.

Hanz seakan lupa akan apa yang dia lihat kemarin malam itu seakan sebuah angin lalu saja.

Chelsea membimbing Hanz untuk mengelilingi akademi yang amat luasnya ini. Dengan memengul tangan kanan Hanz, Chelsea begitu bersemangat serta senang dengan wajah riangnya yang tak terkira. Tangan Hanz sampai kewalahan akan pelukan eratnya ini.

Di samping Chelsea yang kini sedang asik membimbing Hanz, sebuah pandangan tak mengenakan terasa dari seluruh sudut. Rupanya ribuan pasang mata hanya tertuju apa mereka. Walaupun begitu Hanz sudah mempersiapkan mentalnya untuk hari ini, bahkan hal yang tak terkira sekaligus nantinya.

Ada yang aneh dengan tatapan yang mereka semua berikan pada Hanz. Tatapan mereka terlihat sangat terkejut, serta beberapa cewek seakan terpesona menatap Hanz. Ini jelas-jelas diluar ekspedisi Hanz.

'Awalnya aku mengira bahwa seluruh orang akan menatapku dengan tatapan jijik mereka semua. Sepertinya aku terlalu berlebihan memikirkannya. '

Hanz mulai merilekskan pikirannya seraya mencoba positif thinking (berpikir positif).

Seluruh tempat sudah diarahkan Chelsea padanya. Karna berkeliling ke seluruh tempat di Akademi ini tadi membuat waktu tak terasa sudah berjalan dengan cepatnya, hingga matahari sudah hampir tenggelam dibuatnya.

Di samping itu pula Chelsea langsung pamit, dikarenakan ada beberapa urusan yang harus dia selesaikan. Chelsea begitu tergesa-gesa pergi seakan benar-benar sudah terlambat. Hanz sedikit tertawa melihat tingkah lakunya itu.

Perlahan matahari mulai terbenam yang diiringi oleh salju yang turun dengan cepatnya. Hanz duduk di atas atap Akademi yang kini sedang tak ada orang. Dia begitu menikmati pemandangan yang tersaji ini.

Hanz tak sabar akan hari-hari yang akan dihabisinya di Akademi ini nantinya.

Karna salju yang makin lebat turun membuat suhu udara semakin dingin. Hanz mulai berdiri dan melangkah pergi.

Sewaktu baru saja ingin meninggalkan atap Akademi ini, seorang pria berambut oranye dengan paniknya datang ke mari.  Suara nafasnya kini terdengar dengan keras yang tak beraturan. Dan ketika ia menatap Hanz, air matanya menetes dengan spontan nya yang membuat Han menjadi makin tak mengerti akan apa yang ia tangis kan.

Dengan cepat ia langsung memegang  pundak Hanz dengan cekatan yang lumayan kuat.

“Apa kau baik-baik saja??!! Apakah kepalamu masih sakit?! ” Ungkapnya langsung tanpa basa-basi dengan cemasnya.

Hanz tak tau akan siapa dia serta apa yang ia maksudkan. Dengan melebarkan sedikit mulutnya ke samping, Hanz seakan tersenyum seraya memaparkan wajah menyesalnya.

Awalnya ia terdiam ketika menatap Hanz yang sedemikian rupa, hingga mulai bergumam kecil, serta cengkramannya makin kuat.

Dengan suara berat ia bertanya “Siapa kau! ”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unlimited ability: the strongest loser is unmatchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang