Saat jam pelajaran berlangsung Arkan serius mengikuti pelajaran sejarah, walaupun perminatan di kelas Mipa.
Tapi Arkan suka sejarah, ia masuk kelas Mipa karena permintaan mama nya. Arkan pun sama sekali tak keberatan jika mengikuti permintaan mama nya. Lagi pun Arkan masih mendapatkan pelajaran favoritnya disekolah.
Hingga satu ketika Arkan melihat Cacha sedang menulis catatan yang ada di papan tulis, Sesekali Cacha membenarkan letak kaca mata nya yang sedikit melorot. Arkan kemudian mengulas senyum melihat tingkah Cacha.
"Jangan Salfok, udah kelas dua belas." tegur Reno
"Apaan sih lo?"
"Gue kasih tau ya, guru sejarah itu galak, jadi kalo lo bengong terus ditanya lo mau jawab apa?"
"Kalo gue bisa ya gue jawab" jawab Arkan "Kalo gak bisa kan ada lu" kekeh Arkan
"Yeee bambwaaaang"
Arkan kembali fokus kepada Cacha, sekarang ini ia sedang membaca catatan nya, terkadang tertawa pelan setelah Hanin membisikan sesuatu.
"Cha tolong kumpulkan catetan teman - teman kamu, nanti taruh ke meja ibu ya!" perintah Bu Asni.
"Iya bu" Cacha mengangguk patuh
Setelah Bu Asni meninggalkan kelas, Cacha pun berdiri mengumpulkan buku catatan, seperti biasa nya setiap satu pekan catatan akan di kumpulkan dan ditanda tangani oleh guru untuk pengecekan.
"Mau dibantu?" tawar Arkan
"Modus tuh Cha. Jangan mau" ujar Reno dengan suara lantang membuat perhatian anak satu kelas menuju ka arah mereka.
Cacha tak menyukai, menjadi pusat perhatian-ia mendengus sebal.
"Iya mending sama gue aja" kata Riko
"Terus kalo lo milih Cacha, Hanin gimana dong?" sergah Reno
"Apaan sih kok jadi gue?" protes Hanin
Reno hanya bisa menyengir ketika Hanin sudah bicara, Reno bisa membayangkan jika gadis itu marah dan menendang nya-mengigat Hanin itu jago banget yang namanya karate.
"Sini aku bantuin" Arkan mulai mengambil alih buku dari tangan Cacha
"Biarin aja Arkan yang ke Bu Asni Cha, lo mending duduk manis bareng kita - kita" ujar Riko yang disusul pelototan Arkan
"Iya udah gue ke kantin aja, kalo lo mau bantuin gue bawa aja langsung ke meja Bu Asni" ujar Cacha,
Arkan melemaskan bahu nya-tak bersemangat. Gagal. Susah sekali mendapat perhatian Cacha, sekali dapat itu pun sangat susah.
"Mampus lo! ditinggalinkan. Makanya jangan sok - sok an sama Cacha. Di gibeng baru tau rasa lo" ucap Reno lalu tertawa keras melihat muka kesal Arkan.
Arkan mengacungkan jari tengah nya ke arah Reno, "Sialan lo,"
****
Setelah kejadian tadi Arkan masih malas dengan Reno, sahabatnya. Arkan tidak ke kantin melainkan ke taman belakang sekolah.
Tapi mata nya menangkap satu sosok yang membuat nya seperti orang bodoh akhir - akhir ini. Cacha-ada disana, duduk di bangku taman dengan gitar di tangan nya.
Gitar?
Cacha bisa main gitar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me
Teen FictionMenjadi murid baru tentu nya sangat asing bagi Arkan Devano, ia rela pindah sekolah demi janji yang ia ucapkan kepada Mama nya. Dalam perjalan kali ini ia harus berusaha menemukan titik temu dari kisah masa lalu. Bertemu dengan gadis yang menarik p...