Everytime 4 | Pulang

2.9K 339 31
                                    

Mencoba menjadi anak yang berbakti. Tidak meminta lebih, hanya ingin meminta kasih sayang, barang sedikit.
.
.
|EVERYTIME|

"MOMMY! KALUNG AIRYS HILANG! PASTI SALAH SATU DARI PELAYAN, SUDAH MENGAMBILNYA!"

Putri rumah ini berteriak di pagi hari. Total, sudah lebih dari seminggu, Arga tinggal di sini. Tentu saja di posisinya, sebagai seorang pesuruh.

"Kalung yang mana, sayang?" tanya sang nyonya rumah. Memang benar, Arga mendengarnya sendiri. Nama tuan dan nyonya rumah ini, benar-benar sama dengan nama ayah dan ibunya. Tidak mungkin kebetulan. Bagaimana pun, wajah mereka sama. Begitu juga dengan nama. Arga semakin yakin, jika mereka adalah ayah dan ibunya. Hanya saja, ia butuh kekuatan lebih. Untuk meyakinkan diri, jika ia bisa!

"Yang beli di London, Mom! Yang dua ratus ribu dollar!"

Arga membelalakkan matanya. Berapa, tadi? Dua ratus ribu dollar? Astaga!

Omong-omong, semua pesuruh di rumah ini pada akhirnya di kumpulkan. Hanya karena kalung dari sang putri rumah, hilang.

Beberapa bodyguard, sudah berdiri. Bersiap menerima perintah.

"Periksa seluruh rumah!" suruh sang tuan besar.

Arga meneguk ludah. Ayahnya terlihat sangat menyeramkan saat serius seperti ini.

Para bodyguard itu, segera melakukan tugasnya. Arga hanya diam, mengikuti seluruh permainan yang terjadi di rumah ini.

Airys Princessa Diaksa. 15 tahun. Dan Axelion Prince Diaksa. 13 tahun. Mereka itu sama, sama-sama tidak suka dengan Arga. Arga saja bingung, memangnya apa salahnya?

Mereka selalu saja mengerjai Arga. Mulai dari mengacaukan segala pekerjaan yang sudah hampir selesai, melempar baju-baju Arga ke kolam renang, bahkan menceburkan Arga ke kolam renang. Padahal, Arga sama sekali tidak bisa berenang. Ia hampir mati waktu itu, kalau saja salah seorang pembantu, tidak menolongnya dengan mengulurkan batang sapu, kepadanya.

Arga jelas tak tau apa-apa. Ia hanya diam, karena takut menjadi anak durhaka. Arga tau, kedua adiknya itu masih remaja. Pemikiran mereka belum dewasa. Selama Arga mampu, ia ingin menjadi kakak yang baik bagi keduanya. Walaupun, mereka tak pernah tau, jika Arga adalah kakak mereka.

Ingin menyerah, tapi Arga ingin menjadi egois sebentar. Ia ingin tinggal seatap lebih lama lagi, bersama keluarganya. Walaupun kedudukannya bagaikan langit, dan inti bumi, Arga tidak peduli.

Tak lama, para bodyguard kembali.

"Bagaimana?!" tanya sang tuan besar.

"Ketemu, Tuan." ujar salah satu bodyguard. Di dalam ransel hitam, di salah satu kamar pelayan."

Tak lama, bodyguard lain datang, membawa sebuah ransel hitam. Sontak saja, Arga membelalakkan matanya. Astaga, itu ranselnya! Bagaimana bisa?!

"Di sini, Tuan." ujar orang itu.

Tuan rumah terlihat murka. "SIAPA PEMILIK RANSEL INI?!"

Semua pelayan terdiam, sambil menunduk. Nenek bilang, ia harus jujur. Membuat Arga, mengangkat tangannya ke udara dengan takut. "Sa-saya, Tuan."

✔Everytime Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang