Merasa tak mendapat jawaban apa pun dari Bastian dan juga Renald, pria bertopeng bergerak cepat mengambil kapak berlumuran darah yang tergeletak tepat di sampingnya.
Belum sempat Bastian dan Renald melakukan pergerakan untuk menghindar, kepala Renald sudah menjadi korbannya. Kapak yang diayunkan pria bertopeng tepat menancap di kepala Renald, membuat Bastian terbelalak dan jeritan histeris si perempuan terikat memenuhi ruangan.
Si pria bertopeng mencabut kapak dari kepala Renald yang sudah mengucurkan darah kental, diikuti ambruknya tubuh lelaki itu ke lantai.
Nyawa Renald belum sepenuhnya habis, matanya masih terbelalak dengan tubuh yang menggeliat liar seperti ayam yang baru saja disembelih.
Saat pria bertopeng akan kembali mengarahkan kapaknya ke tubuh Renald, kapak tersebut di tahan sekuat tenaga oleh Bastian yang kini perasaannya sudah campur aduk.
Namun pria bertopeng rupanya juga tak mau kalah, lantaran kapaknya dihentikan, ia memanfaatkan situasi dengan ikut mendorong berlawanan arah kapak yang sedang ditahan Bastian. Menyebabkan kapak tajam tersebut mengoyak sedikit daging tangan Bastian yang kini tampak meneteskan banyak darah.
Tak kehabisan akal, Bastian melayangkan satu tendangan ke arah perut pria bertopeng membuat pria itu terhuyung ke belakang beberapa langkah sebelum akhirnya Bastian mengambil alat tajam lain yang tersedia di sana untuk membalas perbuatan si pria bertopeng sembari memegangi tangannya yang terluka, meringis kesakitan.
Di antara banyaknya alat-alat tajam di sana, Bastian memilih mengambil palu besar yang tampak dilumuri oleh darah kering, kemudian bergerak secepat mungkin menghampiri pria bertopeng yang kini rupanya sudah bangkit, bersiap menyerang lagi.
Ketika pria bertopeng mulai mengayunkan kapaknya lagi, berharap mengenai kepala Bastian, Bastian yang cepat membaca situasi mengelak, balas mengayunkan senjata miliknya dengan sasaran yang hampir sama, di area kepala.
Sayangnya tak seperti Bastian yang dapat mengelak, pria bertopeng justru terkena pukulan kuat dari palu milik Bastian menimbulkan bunyi cukup keras diikuti pecahnya sesuatu yang berjatuhan ke lantai---topeng milik pria bertopeng.Rupanya Bastian memang sengaja menempatkan palu ke arah dahi pria bertopeng, selain untuk melumpuhkan juga untuk mengetahui wajah pembunuh itu sebenarnya.
Pria bertopeng jatuh terduduk sembari memegangi dahinya yang sudah berlubang, membuat darah kental mengucur deras dari sana. Ia mendongak dengan mata mengabur dan kepala terasa berputar, menampilkan wajah penuh lukanya pada Bastian.
"Brengsek, kau! Kau menghancurkan topengku!"
Bastian tak memedulikan makian tersebut, pemuda yang baru saja kehilangan seorang sahabatnya itu bergerak mengambil kepingan topeng yang berserakan ke lantai.
Dalam keadaan napas terengah-engah, ia menaikkan satu alis merasakan bahan dari topeng yang ada di tangannya. Topeng tersebut ternyata berbahan seperti plastik yang bisa pecah dan bagian atas dilapisi dengan kulit yang Bastian tebak sebagai kulit para korban si pria bertopeng.
"Siapa kau sebenarnya? Mengapa menyiksa orang-orang yang tak kau kenali? Kau bahkan sudah menghabisi nyawa sahabatku!"
Bastian menghardik sambil membuang kepingan topeng tadi ke sembarang arah. Ia menatap Renald yang sudah meninggal dalam keadaan kepala masih mengeluarkan darah, terkapar tak berdaya.Pria berambut mohawk itu mengepalkan kedua tangan kuat, wajahnya memerah, diikuti kedua mata yang memerah menahan amarah menatap pada pria bertopeng yang masih memegangi dahinya.
Detik selanjutnya Bastian bergerak cepat menarik jaket yang dikenakan pria bertopeng, menatap tajam pria yang memiliki iris jelaga tersebut.
"Jawab aku! Siapa kau sebenarnya, brengsek!"
Pria bertopeng melarikan tangan Bastian yang mencengkeram kuat jaketnya, memandang Bastian dengan tatapan sinis. "Aku Jack, penguasa di pulau ini! Orang-orang menyebutku dengan sebutan si topeng jahit. Kalian yang datang ke sini hanya ingin merusak wilayahku, bersenang-senang menghabiskan waktu, benar-benar tak berguna! Kalian semua pantas mati di tanganku!"
Bugh! Bugh!
Jack kini dalam posisi terlentang sembari menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya akibat tinjuan Bastian barusan. Ia melirik sengit lelaki tersebut, tak kalah sengit dari tatapan Bastian saat ini.
"Diam kau, brengsek! Kau tak berhak mengambil nyawa siapa pun yang ingin ke sini! Orang-orang yang datang ke sini hanya---"
"Hanya apa? Tau apa kau, hah? Zara dan teman-temannya, mereka semua menyakiti hewan yang ada di pantai, membuang sampah di sana, dan membuat kerusakan lainnya!"
Jack berujar sembari menunjuk ke arah perempuan yang terikat, Bastian terdiam, baru mengerti apa masalah si pria bertopeng ini dan juga baru mengetahui nama dari perempuan yang terikat di sana."Tapi kau tetap tak berhak mengambil nyawa mereka! Bagaimana pun mereka semua berhak untuk hidup!"
Jack mendengkus acuh tak acuh, "Tuhan Jesus memberkatiku melakukan semua itu."
Bastian menghela napas, memilih tak mengindahkan ucapan Jack lagi, ia bangkit, berjalan menghampiri Zara dan melepas ikatan tali gadis tersebut, berniat untuk kabur. Namun di saat Bastian akan memapah tubuh Zara membantunya bangkit, Bastian mengerang saat merasakan kakinya dihantam oleh sebuah benda tajam yang tak lain dan tak bukan adalah kapak milik Jack dan juga dilakukan oleh Jack sendiri.
Bastian menahan kapak yang sebagian sudah tertanam di betisnya, melawan tekanan dari tangan Jack yang semakin menanam benda yang berhasil membuat betisnya mengeluarkan banyak darah.
Lantaran kepala Jack masih berat dan matanya memburam, lelaki itu terbaring tak berdaya sebelum Bastian sempat mendaratkan kaki yang lain ke wajah Jack agar menghentikan kapaknya.
Bastian mencabut kapak yang tertancap di betisnya lalu membuang cukup jauh benda tersebut.
Dengan keadaan sebelah kaki pincang---sama seperti Zara---Bastian tetap berusaha memapah gadis itu dan membawanya ke halaman rumah.
Bastian memandangi Jack yang masih terbaring memegangi kepalanya yang pusing, matanya kemudian melirik ke arah sebuah pedang panjang yang berada di dalam ruangan, tak jauh dari tempat Jack berada.Sebuah ide yang tiba-tiba muncul menyeret kaki Bastian untuk mengambil pedang tersebut dan mengarahkannya ke kepala Jack yang berbaring.
"K-kau mau apa?"
Zara yang duduk persis di depan pintu menatap ngeri ke arah Bastian yang sudah tersenyum miring bak iblis.Mendengar kata-kata Zara, Jack langsung membuka mata, melirik Bastian yang kini sudah berada tepat di sampingnya dengan kedua tangan mengarah ke atas, memegangi pedang tajam miliknya.
Jack beringsut menjauh, berusaha bangkit meski kepalanya serasa berputar. "Mau apa kau, sialan?"
"Membunuhmu." Tepat setelah Bastian mengucapkan kata-kata tersebut, pedang di genggamannya mengayun menebas dengan mudah kepala Jack hingga darah Jack muncrat mengenai kaos putihnya.
Sedangkan Zara yang menyaksikan adegan itu kembali menjerit tertahan saat kepala Jack sudah terpisah dari tubuhnya."Kenapa kau lakukan itu?"
Zara bertanya dengan suara bergetar, bergerak meringsut menjauhi pintu depan."Untuk hiasan di rumahnya sendiri."
Jawab Bastian santai, ia menenteng kepala Jack yang putus ke luar rumah kemudian menggantungnya di antara gantungan kepala tengkorak yang ada di sana."Sekarang, semuanya selesai. Kita pulang."
Tbc...
Ternyata psikopatnya gak cuma Jack gaes, tapi si Bastian jugak😨
Well, dan juga ternyata Topeng Jahit gak akan selesai di part kedua, tapi di part ketiga---InsyaAllah:v.
Maapkeun deskripsi actionnya kurang ngena yak:'v aku memang lemah di bidang itu wkwk:"v
Masih kuat buat lanjut?
Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚❤MelQueeeeeen
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Jahit ✔️ [TAMAT]
Mystery / ThrillerThriller Story. DON'T COPY MY SHORT STORY! Bastian dan Renald, kedua pemuda yang berencana untuk liburan ke pulau iceblue malah harus mengalami musibah di tengah perjalanan. Kapal yang mereka sewa untuk membawa mereka ke tempat tujuan tiba-tiba saja...