1

743 71 11
                                    

1.Awal Pertemuan

"Come here, play with me." —Saka Anggara.

Happy Reading.
————————————————————

Seorang gadis berusia tujuh belas tahun mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata karena jalanan cukup lengang dan sepi, hingga tiba-tiba ada orang yang berhenti di tengah jalan—menghadang mobilnya. Gadis itu langsung mengerem mendadak karena kaget melihat orang tersebut,tubuh gadis itu menubruk stir mobil. Ia mendongkakkan kepala,ingin melihat  siapa yang tadi berdiri di tengah jalan.

Gadis itu mengernyit bingung, sosok orang yang ia jelas lihat tiba-tiba menghilang.

"Apa iya gue nabrak orang itu?" tanya gadis itu dalam hati.

Dengan ragu gadis itu berjalan keluar mobil, sepi. Tak ada seorang pun disini selain dirinya. lalu kemana orang tadi?apa dia hanya berhalusinasi?Ah tidak mungkin.

Saat ia berbalik badan ingin masuk ke dalam mobil lagi. Tiba-tiba dari belakang ada seseorang memukul punggungnya menggunakan benda tumpul. Gadis itu jatuh terduduk ia merasakan punggungnya sakit,ia mendongkak ingin melihat siapa yang memukulnya. Sial, ia di jebak.

Di hadapnya kini terdapat tujuh orang laki-laki tua mengepungnya dan jangan lupa masing-masing orang membawa benda tajam maupun tumpul. Shit!

Harusnya ia tadi langsung pergi saja tanpa harus memperdulikan orang yang ia lihat tertabrak. Ini jalanan yang sepi, pasti sulit untuk meminta bantuan mengingat hari semakin larut.

Gadis itu bisa saja melawan—tetapi, ia kalah dalam segi jumlah dan kekuatan.

Ia mencoba berdiri, ia tidak boleh terlihat lemah karena jika begitu mereka akan mudah menyakitinya. Namun, ia harus melawan bagaimanapun resikonya nanti.

Tujuh lawan satu?its okay, pasti gue bisa— Batin gadis itu.

"Mau apa kalian?" tanya gadis itu setelah berdiri tegak.

"Pertama kami mau mobil serta semua harta lo, kedua kami mau tubuh dan nyawa lo!" ujar seorang cowok yang berhadapan dengan gadis itu. Mereka bertujuh tertawa sinis.

"Cuih! Kalo mau itu berusaha jangan kek gini cara lo pada!" sarkas gadis itu sambil meludah wajah pria yang ada di depannya. ketujuh pria itu langsung marah besar. Bersiap memukul gadis yang berada di depanya.

"Cowok apa banci!? main barang sama cewe!" ucap gadis itu sontak membuat mereka makin tambah marah.

"Banyak bacot!" laki-laki yang memegang pisau menendang gadis itu, beruntung ia masih sempat mengelak.

Bugh

Gadis itu belum sempat berdiri seimbang langsung dipukul oleh cowok yang memegang tongkat baseball. Ia mundur beberapa langkah sampai menabrak mobilnya sendiri, rasa sakit punggungnya semakin bertambah sampai keseluruh tubuh.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Ia terduduk lemas di atas aspal, tubuhnya di pukul berkali-kali tanpa henti. Ia tidak boleh diam seperti ini,bagaimana pun caranya ia harus melawan.

Seseorang mencengkeram rahang gadis itu dengan kuat."Gadis cantik, mau melawan?hm"ucap orang itu.

Ia menutup mata sejenak dan mengeluarkan smirk, tanpa aba-aba langsung menendang bagian intim pria yang berada tepat di depanya dengan kuat. Pria itu mundur beberapa langkah.

Ia tersenyum sinis menatap ketujuh pria yang berada di depannya.

"Bangsat anjing!" pria itu meringis menahan sakit luar biasa di bagian intimnya.

"Habisi dia!" titah pria tersebut kepada enam teman lainnya.

Gadis itu sadar bahwa yang ia lakukan mungkin malah semakin membuatnya dekat dengan kematiannya.

Gerombolan itu kembali maju secara serentak berniat mengepung dia. Gadis itu langsung menerjang laki-laki yang berada tepat di depanya dan berlari kecil menghindar dari gerombolan tersebut. Ia harus mencari celah agar bisa menghabisi gerombolan ini.

Ia menatap laki-laki yang memegang tongkat baseball. Sebuah smirk mengembang di bibir gadis itu.Ia melangkah maju berhadapan dengan laki-laki yang megang tongkat baseball tersebut dan memukul tepat di rahangnya. Laki-laki itu terkapar meringis kesakitan.Ini kesempatannya untuk mengambil tongkat itu. Gadis itu langsung berlari kecil berniat mengambil tongkat tersebut, namun sial ia di hadang oleh pria bertubuh gempal.

Pria itu melayangkan pukulan tapi tidak mengenai gadis itu. Ia kehilangan keseimbangan. Laki-laki ketiga langsung menendang tepat di bagian betis sampai gadis itu tersungkur.

Para gerombolan itu menendang dan memukuli gadis itu tanpa ampun. Mereka tidak peduli bahwa yang mereka pukul dan tendang adalah perempuan.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Gadis itu tidak bisa melawan lagi. Sekujur tubuhnya mati rasa,kakinya terasa lemah untuk di gerakan. Sial!

Rahang gadis itu kembali di cengkram kuat oleh laki-laki yang memegang pisau. "Lo udah tau mau mati, dan lo masih mau melawan untuk mempercepat kematian lo gadis kecil!" Laki-laki itu melepaskan Cengkramannya begitu saja kemudian berjalan mundur menatap Gadis di depannya sadis.

Ia meminta pistol kepada teman yang berada di belakangnya, menodong tepat di kening gadis itu.

"There are the last words of the little girl?" tanya pria itu sambil tersenyum penuh kemenangan.

Belum sempat laki-laki itu menembakkan peluru le arah kening gadis itu, suara seru motor yang berhenti berhasil mengalihkan perhatian mereka. Disana seorang laki-laki seumuran dengan gadis itu turun dari motor dan membuka helmnya menatap datar kepada ketujuh orang yang terkejut melihat kehadiran laki-laki itu.

"Banci!Come here,play with me!" ujar laki-laki itu dengan nada rendah tapi mematikan bagi yang mendengarnya. semua orang bergidik ngeri mendengar suara laki-laki itu termasuk gadis yang terduduk lemas di aspal jalan. "Bukan sekedar banci tapi lo semua pengecut yang beraninya sama cewek main keroyokan lagi!"

Gadis itu tidak mengenal siapa laki-laki yang berada jauh di depannya tapi melihat ketujuh orang yang mengeroyoknya tadi bergetar ketakutan, Ia tau bahwa laki-laki itu adalah penyelamat hidupnya malam ini. Tidak salah bukan bila ia menaruh harapan kecil pada laki-laki itu?

Pemuda itu menatap sengit tujuh orang laki-laki di depannya. Dia tidak suka melihat kekerasaan di daerah kekuasaannya apalagi terhadap seorang wanita.

Dia suka berkelahi tapi dia tidak pernah membuat keributan. Tidak seperti ketujuh orang di hadapannya yang selalu membuat keributan di daerah kekuasaannya.

"Gue udah peringatan lo semua,kalo gue gak suka ada orang yang membuat keributan di daerah kekuasaan gue kecuali lo pada mau gue ratain semua" pemuda itu berujar santai seolah dia tidak takut dengan mereka yang membawa senjata semua.

"Ini bukan daerah kekuasaan lo lagi Saka,karena lo bukan lagi orang yang kami takuti!" laki-laki yang memegang pisau itu terlihat menahan emosi yang siap meledak. Kemudian laki-laki itu melangkah maju mendekati pemuda tersebut.

"Apa yang gue genggam tidak bisa di ambil oleh siapa pun itu!" Pemuda bernama Saka itu berujar menampakkan smirk khasnya.

"Songong banget lo!" Laki-laki itu maju melayangkan pisaunya ke arah pemuda bernama Saka dengan cepat Saka menghindar ke samping.

"Gue bukan songong,tapi emang dasarnya kalian semua gak tau diri" Saka mendengus menatapa remeh laki-laki yang ingin menusuknya.

Laki-laki itu langsung merampas pistol yang di pegang oleh temannya dan mengarahkan tepat di kepala Saka.

Laki-laki iti menyeringai "Ucapkan selamat tinggal pada dunia Saka Anggara!"

Dorr

————————————————————

AN: Cerita Ardhito aku revisi jadi ini.Semoga kalian suka dengan cerita ini ya!:)

Jangan lupa vomment and vote.

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang