(Satu) Dia.. selalu di mimpiku

72 1 0
                                    

Mimpi itu terulang lagi. Mimpi yang sama setiap harinya. Seorang perempuan cantik di tengah luasnya taman bunga. Ia duduk di atas rerumputan berbunga itu, kepalaku berada di pangkuannya. Mengelus rambut hitamku yang panjang, tak lupa senyum menawan itu menghiasi mukanya. Hangat.. aku merasa kehangatan yang begitu nyata.

Tok tok tok. Ketukan pintu itu membuatku terbangun, menyadarkanku kalau ini semua hanya mimpi. "Stella, bangun sayang waktunya sarapan" seperti biasa, suara ayah menjadi alarm setiap jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. "iya ayah.. aku akan turun". Kubuka pintu kamarku, kulangkahkan kaki di setiap anak tangga, berjalan menuju ruang makan. "Selamat pagi ayah!" sapaku, "oh, pagi sayang!" jawabnya lagi. "Jadi ayah, apa itu yang kau masak?" tanyaku, "Salmon panggang akan mengisi perutmu hari ini", "Jangan lupa perasan lemon ayah! aku benci bau amis" pintaku, "Tentu" jawabnya. Diletakkan piring berisi salmon itu di depanku, "ah bau amis ini masih terasa" bisikku dalam hati. Tetapi itu tidak menjadi alasan agar tidak menghabiskan makanan yang dimasak oleh ayah dengan penuh cinta. Ya.. dari dulu aku memang hidup hanya berdua dengan ayah, kata ayah ibuku meninggal ketika aku dilahirkan. Jadi sampai detik ini, ayah yang menjadi pengganti ibuku, memasak untukku tiap pagi, mengajariku matematika dan pekerjaan lainnya yang mencerminkan seorang ibu. Ayahku orang yang sangat hebat, di samping menjadi seorang ibu bagiku, ia tetap tidak melupakan takdirnya menjadi seorang ayah. Ia bekerja banting tulang untuk membiayai kebutuhan yang semakin banyak. Akhir-akhir ini ia sering pulang malam, kerja lembur membuatnya kelihatan sangat lelah. Tapi aku heran, kenapa senyum tulus itu masih bisa tergambar di wajahnya setiap pagi, menyemangati pagiku sedangkan harinya juga sudah sangat melelahkan. "Hei, sudah jam berapa ini. Cepat habiskan sarapanmu, ayah tunggu di mobil" perintah ayah, "ah sial, aku melamun lagi". Dengan cepat aku menelan semua makananku dan bergegas ke mobil. Selama di perjalanan, seperti biasanya radio memainkan lagu-lagu kesukaan kami. Bernyanyi sepanjang jalan menuju kampus.

"Tak terasa aku sudah harus menginjak dunia perkuliahan" bisikku. "Good luck kesayangan ayah" sambil memelukku dengan erat, perasaan haru sangat jelas tergambarkan di wajahnya. "Anak ayah sudah besar", "aku tidak akan mengecewakan ayah" sambil melambaikan tangan, ayah memasuki mobil dan berangkat ke tempat ia diupah. "Fiuhhhh.. univ life, please be nice!"

Broken WingsWhere stories live. Discover now