"Ghena! Balikin novel gue!" teriak seorang siswi SMA Vlamboyan atau sering disebut SEMAVLA. Siswi tersebut berlari mengejar sahabatnya yang mengambil novel miliknya.
"Ghen, sumpah ya! Lo itu, ih! Sebel tau gak sih?"
"Ck, makanya kalo ada yang ngajak bicara itu dijawab kek. Ini malah didiemin, terus ketawa ketiwi sendiri. Untung sahabat," jawab Ghena setelah mengembalikan novel milik sahabatnya tersebut.
"Kan gue udah bilang. Gak mau ke kantin!"
"Ngegas ae lo, Va."
"Ava mah apa atuh? Salah terus gue mah!" Ava berbalik dan berniat untuk kembali ke kelasnya.
"Eh, jangan balik goblok! Lo mah mentingin baca novel daripada sahabatnya sendiri. Heran gue," ucap Ghena menampilkan muka melasnya.
Dengan berat hati, Ava meninggalkan hobbynya dan kembali menghampiri Ghena. Ya, ia lebih baik seperti itu daripada harus diceramahi berhari-hari oleh sahabat cerewetnya itu.
"Pesenin, Ghen, sekalian bayarin. Belum gajian gue,"
Dengan malas Ghena bangkit dari duduknya untuk memesan makanan. Sebelum pergi ia menawarkan kepada sahabat satunya lagi, Luna. Yah, walaupun Ava dan Ghena lebih dekat karena mereka sudah lama bersahabat. Mereka mengenal dan bersahabat dengan Luna saat MPLS SMP dulu.
Flashback
"Ghena!" panggil Ava dengan rambut dikucir dua.
"Mpptt, hahaha. Lucu banget muka lo!" tawanya terpingkal-pingkal.
"Lo mah gitu. Nih, ya, masak gue sendiri yang disuruh kucir dua! Pake rafia lagi ngucirnya! Huh, dasar ketos durhaka!" kesal Ava dengan berkacak pinggang.
"Makan tuh! Makanya yang so-"
Bugh
Belum sempat Ghena menyelesaikan ucapannya. Ada seorang gadis yang sama seperti mereka. Namun bedanya ia terlihat anggun dan, ah seperti bertolak belakang dengan sifat Ava dan Ghena.
"Ma-maaf, aku nggak sengaja," ucap gadis itu menunduk.
"Hei, jangan menunduk. Kami tak apa, santai saja." balas Ghena.
"Em, iya,"
"Oiya, kenalin gue Ghena dan dia sahabat gila gue, Ava." Ghena memberikan tangannya dan disambut baik oleh gadis itu.
"Luna. Hai, Ava," Lunapun memberikan tangannya kepada Ava setelah berjabat dengan Ghena.
"Ava,"
"Eh, lo mah yang baik dikit napa sama orang baru. Muka lo sok datar banget, najis gue!" cerca Ghena. Ghena memang terlihat dengan bar-barnya saat bersama Ava.
"Up to u!"
"Pinteran juga gue bahasa inggrisnya," dengan bangga Ghena mengatakan seperti itu. Yah, walaupun itu memang real.
"Kalian lucu deh, boleh aku gabung?"
"Iya," kali ini Ava menjawab. Lucu memang, dari tadi ia hanya diam menyimak dan mengeluarkan satu kata. Padahal jika sudah kenal, maka ia bisa cerewet. Tidak, lebih cerewet Ghena pastinya.
"Wah, makasih," sahutnya antusias.
"Duduk di taman sekolah aja yuk?" ajak Ghena.
Mereka menuju taman sekolah. Untuk sampai di taman sekolah memang harus sabar, karena melewati kelas IX yang sering sekali menggoda adik kelas, entah cewek maupun cowok.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAVASYA
Teen Fiction-Ava POV- Hay! Kenalin gue Armonica Kavasya, biasanya sih dipanggil Ava gitu. Em, gue berasal dari keluarga konglomerat betewe. Tapi, gak ada rasa bangga sekalipun di benak gue atas semua yang keluarga gue miliki. Malah, gue sering banget iri sama o...